Sudah dua jam lebih Minho berdiam diri di balkon keluarga Lee, berdiam diri dengan duduk di kursi roda. Sebenarnya ia tak terlalu butuh benda ini tapi Jisung memaksa dirinya untuk memakai ke mana pun dia pergi.
"Kamu mau cepat sembuh tidak?!!" Jisung dengan wajah seriusnya berbicara sarat akan ketegasan.
Huft, pasangan hidupnya itu overprotektif sekali dengannya. Kan jadi makin sayang dan cinta.
Omong-omong, Jisung sedang membeli makan siang untuknya. Anggota keluarga Lee lain ada kegiatan dan hanya Jisung yang bersamanya.
Ternyata Jisung tidak terlalu bisa memasak, ia hanya bisa memasak yang simpel-simpel, telur dadar misalnya.
Makanya Jisung memutuskan untuk membeli keluar padahal Minho sudah menyuruhnya untuk delivery order saja.
Karena sudah dua jam lebih dia duduk di sini, tadi sih ditemani Jisung tapi kan sekarang dia sendiri. Jadi, Minho memilih untuk pergi ke kamarnya saja.
Di dalam kamar, Minho malah menatap kerdus-kerdus yang seharusnya sudah terpindahkan kemarin tapi karena kecerobohannya selama sedetik, rencana yang sudah dia dan Jisung tata harus batal.
Dia tahu Jisung sudah tidak sabar untuk tinggal di rumahnya sendiri. Pasti Jisung sebenarnya juga tidak nyaman tinggal bersama keluarga Lee meski tersayangnya itu tak pernah mengeluh.
"Maaf ya Ji," gumam Minho pelan lalu menatap pigura besar dengan foto pernikahan mereka yang sudah dilepas dan disenderkan pada tumpukan kardus.
Minho tahu Jisung kemarin malam kembali menangis ketika menatap pergelangan kakinya sembari memijat pelan area kaki ㅡtentu saja tanpa mendekati pergelangan kaki, Minho mengintip sedikit dalam kepura-puraan tidurnya.
"Maaf Minho ya, aku tidak bisa menjagamu. Seharusnya aku punya feeling dan berujung melarangmu pergi ke tempat latihan tadi pagi."
Minho rasanya ingin memeluk Jisung saat itu tapi tidak jadi karena pasti Jisung malah akan menangis.
Jisung itu gampang sekali menangis.
Jangan beritahu Jisung ya, tapi Minho kerap menemukan Jisung menangis hanya karena membaca cerita di portal online waktu malam hari, tentu saja waktu Minho pura-pura tidur atau terbangun di tengah malam.
"By?"
Minho menoleh dan mendapati Jisung sedang berjalan ke arahnya dengan membawa semangkuk makanan, terlihat seperti bubur.
Aduh mengapa Jisung memilih bubur? Yang sakit itu kaki Minho bukan area lain.
Minho kan tak terlalu suka bubur sebenarnya tapi membayangkan Jisung yang bersusah payah mencari bubur di siang hari seperti ini, Minho memilih mengalah. Dia akan makan buburnya.
Jisung mendekat ke arah kursi roda Minho dan mendorongnya dekat kursi agar dirinya bisa duduk di kursi sembari menyuapi sang suami.
"Baby, peluhmu loh, kamu pasti tergesa-gesa kan tadi?"
Jisung mengangguk, "Aku takut kamu menunggu terlalu lama, by."
Ya ampun apakah ada orang lain selembut hati Jisung?
Jisung mulai menyendokkan buburnya ke arah mulut Minho yang telah dibuka oleh pemiliknya.
"By, aku janji akan segera sembuh dan kita akan segera pindah. Aku tidak sabar untuk bebas."
"Makanya kali lain hati-hati, jangan ceroboh, aku tidak suka kalau kamu terluka begini," Jisung kembali menyuapkan buburnya.
"Maaf ya, janji aku sebisa mungkin akan hati-hati."
"Iya, sekarang habiskan bubur ini dulu."
"Terima kasih baby," Minho mendekat ke arah pipi gempil Jisung dan menciumnya.
Gemas!
Love you all ♡♡♡Betewek, monggo kalau mau baca di akun awgincu yaw. Sampun tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janur Kuning | minsung✓
FanfictionJisung tidak tahu salah satu alasan perubahan sikap kakek Han adalah dirinya yang ingin dijodohkan.