Lama sekali dari terakhir kali wanita karir tersayang Minho datang ke rumah, kisaran satu bulan lebih sampai youtube fanfessnya sudah selesai digelar. Pun juga Minho masih belum bercerita mengenai dirinya yang menjadi pemimpin perusahaan.
Jisung penasaran tapi tidak mau jika bukan sang suami yang bercerita sendiri, mungkin Minho memang belum percaya sepenuhnya dengan dirinya. Meski kecewa, Jisung pun sadar diri jika mereka belum lama kenal walaupun telah menikah.
"Baby?"
Jisung berjengit kaget ketika Minho tiba-tiba berucap di samping tengkuknya.
"Hmm?"
Saat ini Jisung sedang memasak sayur, sekadar sayur sop tapi itu bertanda jika Jisung perlahan mulai bisa memasak sayur. Memang benar pepatah yang mengatakan jika kebiasaan yang membuatmu bisa. Mumpung hari Minggu, pikir Jisung.
"Aku ingin bercerita."
Masih mengecek kematangan sayur tapi Jisung memberikan atensi penuh pada apa yang akan diceritakan Minho, telinganya dia pasang tajam.
"Ini soal keluargaku."
Kompor dimatikan. Kini Jisung penuh afeksi menatap Minho, berharap cerita Minho kali ini adalah cerita yang ingin dia dengar, yang dia tunggu-tunggu sampai sering tidak bisa tidur.
Minho yang menatap binar wajah sang tersayang pun mengangkat tubuh Jisung dan dia naikan pada kabin dapur.
"Dengerin ya, maaf aku baru bercerita," Minho mengelus puncak kepala Jisung. Yang diperintah mengangguk mantap.
"Papa, mama, dan Daehwi bukan keluarga kandungku," Minho berucap.
Jisung sebenarnya tidak terlalu terkejut tentang masalah ini. Fakta itu sudah sangat jelas dia dapat ketika Mimi kemari.
"Orang tua kandungku meninggal karena kecelakaan, tentu saja aku sangat terpukul waktu itu. Ditinggal sendiri tanpa saudara membuatku jadi pemurung, pendiam, dan takut. Takut menghadapi dunia karena aku sendiri."
Minho bergeming sejenak.
"Lalu kakek membawaku ke rumah adik dari papa dan bilang jika paman dan bibi mulai saat itu akan jadi orang tuaku."
Kini berganti Jisung yang mengelus rambut Minho. Pemuda manis itu tau, sulit menceritakan kenangan pahit masa lalu seperti ini. Jisung pun menyuruh berhenti jika tidak kuat tapi Minho memilih berlanjut.
"Tapi aku lupa, aku punya kak Mimi. Yang selalu ada, selalu siap sedia, tempat aku bersandar bagaimana pun keadaanku. Dari pemikiran itu pun aku memilih tetap tinggal di rumahku yang dulu dan papa mama beserta Daehwi yang mengalah. Sungguh mereka adalah keluarga yang paling sempurna yang kumiliki, meski aku terlambat menyadari."
Minho menunduk sebentar, tangan Jisung senantiasa mengelus yang kini berganti di kedua bahu sang suami.
Minho tersenyum mendapat perlakuan lembut Jisung, tangannya terulur mengelus surai Jisung kembali, kini ditambah senyum manis.
"Aku mulai kembali menjadi sosok Lee Minho yang ceria dan mulai mengejar cita-cita sebagai penari. Tapi ternyata itu tidak bertahan lama karena cinta pertamaku, kak Mimi meninggalkanku. Iya baby, Kak Mimi cinta pertamaku, maaf jika kamu bukan yang pertama menerima perasaan ini-"
"Hei kenapa minta maaf? Yang penting aku menjadi yang terakhir."
Minho tersenyum, lalu melanjutkan bercerita, "Kala aku sadar jika aku menyukai kak Mimi, aku malah kembali ditinggalkan, dari sana aku kembali menjadi sosok pendiam, pemurung, bicara seperlunya, dan itu berjalan sampai aku sekolah menengah atas."
Jisung senantiasa menyimak dengan wajah manisnya, membuat Minho merasa bersyukur.
Bersyukur jika takdirnya adalah lelaki di depannya ini, lelaki yang akan terus dia jaga. Minho telah berjanji di depan Tuhan.
"Aku tidak lagi seterpuruk waktu ditinggal orang tua kandungku pergi. Aku tetap menjadi pribadi yang haus mengejar mimpi, tidak pantang menyerah, namun aku melupakan sesuatu. Aku lupa untuk mencari teman. Hal itu membuatku hanya memiliki dua teman dan ya salah satunya aktor favoritmu itu."
Jisung sedikit meringis, berpikir jika kehidupannya lebih beruntung dari Minho.
"Sampai aku mencapai mimpiku, menjadi solois dan pelatih tari dengan kemampuan serta kerja kerasku sendiri."
Jisung bangga. Teramat sangat. Sang suami tetap dapat menggapai mimpinya meski banyak halangan.
"Lalu aku bertemu denganmu, tujuh tahun lalu, di blog unggahan fanfiksimu. Entahlah, hanya saja aku merasa hidup kala membaca ceritamu. Dan aku kembali merasakan jatuh cinta. Kamu tidak tahu betapa bahagianya aku ketika kakek menjodohkanku denganmu, baby. Aku merasa takdir sungguh berbaik hati menyambungkan benang merahnya darimu untukku."
"Baby," Jisung bergumam ketika sadar Minho meneteskan air mata. Terburu-buru tangan mungilnya menghapus tetesan air itu, tidak dibiarkannya mengalir di pahatan sempurna milik Tuhan yang dititipkan di wajah sang suami.
"Sebenarnya aku tidak tertarik menjadi pemimpin mantan perusahaan papa kandungku, tapi karena Daehwi telah menemukan jati diri dan kekasih, dia tidak mau melanjutkan perusahaan. Otomatis, penerus perusahaan harus aku. Ternyata itulah yang membuat kakek menjodohkan kita. Kakek mau aku memimpin perusahaan ketika aku sudah punya pendamping," jelas Minho ketika dirasa air matanya sudah lumayan berhenti jatuh.
Jisung masih memandang Minho penuh kasih.
"Omong-omong tau aktor Bae Jinyoung?"
Jisung mengangguk, "Tau, dia kan main drama di mana-mana."
"Dia adalah calon suami Daehwi, sebentar lagi mereka menikah," pernyataan Minho membuat Jisung berteriak kaget.
"Benarkaan??? Uwaaaa!!" Teriakan dan bertepuk tangan Jisung lakukan.
Minho mengusap wajahnya dengan kedua tangan, "Sekarang tidak ada lagi yang kusembunyikan darimu. Aku sudah sepenuhnya percaya padamu, baby. Maaf membutuhkan waktu lama."
Jisung turun dari kabin dan mendekat ke arah Minho lalu memeluk tubuh tegap nan tegas itu dengan posesif.
"Terima kasih telah percaya padaku, baby."
Dua insan itu pun menghirup aroma yang saling membuat candu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Janur Kuning | minsung✓
Fiksi PenggemarJisung tidak tahu salah satu alasan perubahan sikap kakek Han adalah dirinya yang ingin dijodohkan.