13. Bantu Mertua

2.1K 310 16
                                    

Acara pindahan belum bisa terlaksana. Minho masih belum terlalu pulih dari cederanya jadi Jisung memutuskan untuk menunda, mungkin sampai kakak kembarnya pulang, setidaknya saudara tidak tahu diri macam kakak kembarnya itu akan membantunya dalam pindahan nanti saat Minho tidak bisa bergerak banyak.

"Pagi Jisung," sapaan dari mama Lee alias mertuanya terdengar di gendang telinga Jisung ketika lelaki manis itu sedang mengambil air mineral di dapur. Dia berencana menaruhnya di atas nakas kamar supaya suaminya bisa minum itu setelah bangun nanti karena dia tadi telah menghabiskan semua persediaan setelah bangun tidur.

"Air untuk Minho?"

"Iya ma," Jisung menjawab, "Jisung ke atas dulu ya," tambah Jisung.

Setelah diiyakan oleh sang mertua, Jisung melanjutkan perjalanan untuk ke kamar.

Minho ternyata masih tertidur. Dia kemarin mengurusi berkas perusahaan bersama dengan Daehwi. Sepertinya mereka berdua kerja sampai larut malam.

Jisung meletakkan air yang diambilnya dari dapur tadi di atas nakas.

"Selamat pagi baby," Jisung mencium dahi Minho lembut, tak berniat membangunkan sang suami. Jisung memutuskan untuk pergi ke dapur kembali guna membantu mama Lee memasak.

Sebagai seseorang yang tidak bisa dibilang kaya karena keluarga Lee nyatanya berada di atas level bernama kaya, sangat kaya tepatnya, keluarga Lee adalah keluarga yang sempurna. Dilihat dari tidak adanya pekerja rumah tangga di rumah sebesar ini. Semua dikerjakan oleh mama Lee kadang anggota keluarga yang lainya pun ikut membantu.

Sampai di dapur, mama Lee ternyata sudah tidak sendiri, ada Daehwi di sana.

"Pagi kak Jisung," Daehwi menyapa ketika berbalik badan dan menemukan kakak iparnya berjalan mendekat.

"Kalian sedang membuat sarapan? Ada yang bisa Jisung bantu?" Sebenarnya ini basa basi, kan Jisung tidak bisa memasak.

"Kak Jisung kupas dan potong wortel saja ya?"

Jisung mengangguk mengiyakan. Hanya kupas wortel, hal yang mudah. Batin Jisung sudah senang. Sepertinya Daehwi tahu jika dirinya tidak bisa memasak.

Pemuda manis mirip tupai itu sudah siap perang. Dia kupas wortel yang telah disiapkan Daehwi.

Awalnya mudah tapi lama kelamaan menjadi capai. Padahal ini belum ada tiga buah yang terpotong.

Memang kalau tak terbiasa ya pekerjaan apapun jadi sulit.

Jisung lirik mama dan putranya yang sedang berduet memasak, sesekali saling icip hasil masakan mereka. Pemandangan yang indah menurut Jisung.

"Aw," rintih Jisung ketika menyadari jari tangannya mengeluarkan darah karena salah memotong. Dia lirik kembali dua orang yang kini agak jauh darinya karena berada di depan kompor.

Jisung mengucap syukur karena kejadian salah potongnya tidak diketahui oleh mereka. Buru-buru dia bawa jarinya ke arah baju guna meminimalisir keluarnya darah. Sembari meringis perih, Jisung menekan-nekan jarinya. Kini ada noda darah di ujungnya bajunya, semoga bisa dihilangkan.

Kembali Jisung fokuskan atensinya pada mama Lee dan Daehwi yang kini telah memasukkan bahan untuk sop.

"Wortelnya sudah selesai, Ji?" Tanya mama Lee.

"Sudah ma, ini," Jisung memberikan wadah berisi potongan wortel tadi.

Mama Lee dan Daehwi telah menyelesaikan banyak lauk sedangkan dirinya baru selesai memotong wortel. Sungguh, dari tadi melakukan apa Lee Jisung?

Mama Lee dan Daehwi sangat mahir memasak, Jisung jadi minder di depan mereka berdua jika seperti ini.

Agak menyesal Jisung selalu berada di kamar untuk main gawai atau bermain game dengan kakak kembarnya saat ibunya memasak di dapur. Pasti jika dia ikut memasak bersama ibunya dulu, sekarang Jisung bisa memasak.

"Pagi baby," panggilan dari belakang tubuh Jisung terdengar. Di pinggang Jisung telah melingkar tangan seseorang membuat dirinya harus menghentikan aktivitas memotongnya, kini memotong kubis sebagai bahan terakhir.

"Pagi," Jisung melanjutkan aktivitasnya.

Minho tak kunjung melepas tangannya yang masih berada di pinggang Jisung. Kegiatan pelukan dari belakang itu lebih kurang lima menit mereka lakukan. Oh iya, Minho telah membuang kursi rodanya.

"Aduh mata, mataku," pekik Daehwi sembari membawa mangkok ke meja makan saat dirinya melewati pasangan baru itu.

Jisung yang tahu jika harus bekerja membantu Daehwi meletakkan makanan di meja makan pun mencoba melepas tautan Minho.

"Aku bantu Daehwi dulu."

"Sebentar," Minho berucap lalu membawa jari Jisung yang terkena pisau tadi ㅡuntung darahnya telah berhenti lalu menciumnya. Bibirnya itu juga dengan cepat mencium bibir Jisung.

Jadi Minho mengetahuinya?

Jisung sedikit takut jika Minho mengolok-oloknya.

"Jangan sakit baby, hati-hati," bisik Minho lirih sembari menatap Jisung khawatir.

Minho tak mencemooh Jisung karena bisa terkena pisau hanya karena mengiris wortel.

Jisung tersenyum, kekhawatirannya tidak terjadi. Dirinya mengangguk patuh lalu segera membantu adik iparnya.

 Dirinya mengangguk patuh lalu segera membantu adik iparnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Vibeku galau mellow mulu akhir-akhir ini jadi susah buat bikin cerita unyu penuh keju huuuks maafkanㅠ

Janur Kuning | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang