3

2K 135 15
                                    

Bunyi bunyi burung terdengar, Raga juga merasakan silau matahari yang terasa hangat.

Tadi malam dia bermimpi sangat aneh, mulai dari bertemu sukma yang bernama Fitri, menciumnya dan mengajaknya tidur.

Belum juga pikirannya tenang, tiba- tiba saja saat dia menggerakan tangan kanannya, ada gundukan, seperti... Ya kalian pasti tau dan sial nya lagi yang di bawah bangun, oke ini mungkin  kebiasaan bangun pagi, tapi apa salahnya melihat gundukan itu bukan?

Raga terkejut, ternyata saat dia bertemu, mencium dan mengajak tidur seorang arwah atau sukma itu benar adanya dan sekarang tangan laknadnya memegang dada sukma tersebut.

"ANJING." telat memang, maklum baru bangun.

"Ehmm, berisik banget." Fitri merubah posisi dengan lebih ke arah kepala kasur dan memeluk tubuh Raga yang dia anggap sebagai guling.

"WOY!" Raga segera berdiri meski sulit dan menggantikan tubuhnya dengan guling sebenarnya, Raga berlari ke arah kamar mandi untuk memulai rutinitasnya yang hari ini cukup ambyar.

Selesai mandi Raga mendapati Fitri sudah berdiri di balkon, apakah Raga sudah menjelaskan kalau gadis itu menggunakan piayama tidur Avengers? Sepertinya gadis itu sama dengan... Entah siapa Raga juga sudah lupa.

"Lo suka Avengers?"
"Iy---ih sono pake baju!" Fitri menatap kesal laki-laki itu.
"Hm."

"Ayo." Mereka berdua turun bersama tapi pasti yang di lihat hanya satu orang.

"Ngekuli kak?"
"Iya, kalian kok udah pulang? Bukannya camping?" Tanya Raga basa basi. Fitri memeluk Raga erat dan Raga semakin bingung di buatnya.

Lalu saat ia menajamkan penglihatannya dengan kacamata yang tadi berada di kantong bajunya, dia tau. Kalau camping adiknya tidak baik- baik saja tadi malem.

"Ada kesurupan massal, untung gue sama Sukma ga kena kak."

"Btw lo ada liat sesuatu ga di tubuh gue atau Jiwa?" Seluruh keluarganya tau Raga memiliki indra keenam, karena sedari kecil dirinya sudah bertingkah laku aneh.

"Ada." Fitri semakin mengeratkan pelukkan nya, matanya pun sudah terpejam sedari tadi, dia benar-benar takut dengan setan yang ini.

"Dimana? Dimana?! Di tubuh siapa?!"
"Kunti di tubuh Sukma, maklum mereka kan genit."

"Pergi ada yang takut sama kehadiran lo." Usir Raga pelan.

"Gue gak takut kali bang, udah biasa."
"Iya, Jiwa juga."
"Bukan elo yang takut, nih temen gue."

"Mana kak?"
"Kebiasaan banget bang temenan sama setan, mba kunti di gue ajakin nih."

"Makasih!" Ketus Fitri.
"Pergi oy! Gue bilanggin presiden lo ya, biar di usir dari negara lo!"

Wush. Setan itu pergi dengan wajah kesal menerpa tubuh Raga.

"Wih badan gue enteng, dia gue gendong ya?"

"Hm. Udah ga ada." Seru Raga lebih untuk hantu yang memeluknya.

"Serius?" Tanya Fitri masih memeluknya. Jiwa dan Sukma sudah biasa melihat kakaknya seperti orang gila seperti itu.

"Masak apa Bibi?"
"Nasi goreng."
"Udah pergi. Mau makan gak?"

"Ih iya! Mau!" Raga mendekat kearah meja makan duduk dan membagi dua sarapannya.

"Perlu gue teriakin Bibi buat bikin nasgor lagi gak? Temen lo kayanya laper."

"Ga usah, kesian Bibi."
"Kalo gitu besok gue minta tambahin Bibi satu porsi, kalo temen lo pergi tinggal gue bawa bekel."

"Urus." Fitri duduk dan memegang sendok dan melahap makanan dengan nafsu yang menggebu-gebu.

"Masakan orang Jawa ya."
"Hm."

"Bang, demi apapun gue ga pernah liat sendok melayang." Jelas Sukma yang di angguki Jiwa dengan keras. Raga tertawa.

"Jadi lo pikir tadi gue boong?"
"Enggak, tapi ga nyangka aja."
"Dia ini arwah, bukan setan jadi gatau cara makan yang bener gimana."

"Emang gimana?" Tanya Fitri kepo.
"Kan harusnya mereka makan di hirup kan?" Tanya Sukma.

"Iya, tapi gapapa lah, jadi makanan Bibi abis beneran."

"Iya juga ya, kalo di hirupkan masih komplit isinya, yaudah kalo gitu Jiwa sama kak Sukma berangkat deh!"

"Assalamualaikum." Seru Sukma dan mereka berdua berlalu pergi.

"Adik elo asik, ga kaya elo."
"Dari kecil bisa liat yang gabisa di liat orang lain, lo bakalan bersikap apa?"

"Hmmm. Pasti gue depresi."
"Begitu juga gue, tapi sekarang gue udah biasa, tapi sulit untuk mempunyai sikap asik seperti adik-adik gue."

"Kalo nikah sama lo. Bakalan nurun gak indra keenam lo?"

"Gue nurun dari Bokap."
"Berarti, nurun. Ih gue ga mau nikah sama lo, kesian anak gue entar depresi."

"Siapa juga yang mau nikah sama lo newbie."

"Monyong!"

Comebackkkk

Cowo Indigo (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang