6

1.6K 110 9
                                    

"Apa pendapat kalian tentang video di depan ini?"

"Simple mau dia kaya, mau dia orang ga punya sekalipun, kalau udah punya penyakit ngutil, ya ngutil teros." Semua mengangguk, Raga mengacungkan tangannya.

"Tapi apa sebenernya yang menjadi masalah disini?"

"Mengikuti zaman. Jelas-jelas di video dia iri liat temennya beli ini sama itu." Saut Gery ketus.

"Ya bener, tapi masalah sesungguhnya ada di keluarga. Kalo dari kecil dia di awasi, pasti itu semua ga akan terjadi. Ini semua terjadi, karena terbiasa."

"Yap benar. Kleptomania adalah penyakit yang tumbuh saat remaja atau mungkin baru muncul saat dewasa. Pokoknya lebih jelas nya lagi cari saja di google, jadi pada intinya hari ini adalah..."

"JANGAN MENCURI KAWAN-KAWAN NANTI KALIAN DIKUCILKAN." Seruan Alif berhasil membuat hampir menganggetkan seluruh kelas, lalu di gantikan dengan tawa.

"Mereka pasti ingin berhenti, tapi memang sulit." Lirih Raga, Fitri menatap iba. Semakin banyak beban di pikiran laki - laki itu.

Singkat cerita

"Tumben lo makan mie."
"Lagi cakung."
"Woy ga usah pake cakung juga dong bahasa nya, ambigu gua!"

"Cowo itu selalu salah."
"Baper dah.... itu Lucy?" Terlihat para gadis duduk beramai-ramai di meja kantin, entah apa yang mereka lakukan.

"Lo kenal?" Raga agak terbatuk sedikit, pipinya pun memerah.

"Kakel dua tahun lalu."
"Ya dia memang masih baru."
"Nah, kok cowo nerd kaya lo bisa kenal? Atau dia nya yang terkenal?"
"Nerd gini, gua famous."
"Bukan famous karena di bully kan?"
"Terserah. Lo ga makan?"
"Sisain gua mie lo dikit aja."
"Gak."
"Gaada uang kampret." Jitakan pun melayang di udara berhasil membuat Raga tersendat dan terbatuk-batuk dengan parah, Fitri menahan tawa nya.

"Mampus."
"Gua mati, awas aja."
"Eh dia kesini!"
"Misi... Kak Raga kan?"
"Ya." Sebenarnya gumam an Raga lebih ke arah bertanya.

"Aku Lucy dari Fakultas Akuntansi, dari lama aku udah merhatiin kakak, aku.... Aku suka sama kakak!" Hening... seluruh kantin hening. Lucy bukan lah orang yang terkenal yang mungkin bisa menjadi perhatian seperti sekarang ini. Dia adalah orang yang tertutup, suasana hening karena orang-orang terkejut.

"Terus?"
"Boleh minta nomor kakak." Raga mengambil gawai nya "Nomor lo aja."
"Kosong, delapan, tujuh, delapan, kapan-kapan kita ke Dupan!" Raga tersenyum, boleh juga pikirnya.

"Serius."
"Sini sini, banyak tau yang mau nomor aku."

"Percaya." Diambillah gawai milik Raga dan di kembalikannya ke tangan besar laki-laki itu.

"Kalo gitu aku balik dulu kak."
"Hm."
"Acia cia cia cia! Chat gece!" Pekik sang sukma senang.

"Ga, aneh kalo tiba-tiba dia nyatain perasaan terus minta nomor, mending lo deketin kelompok mereka."

"Okey-dokey." Fitri berlari kearah meja ramai itu.

"Bego lo, ketara lah. Gagal dare lo, tugas lo ganti, lo harus bikin dia baper abis itu tinggalin!"

"Asli, nyesel gua main game ini."
"Siapa suruh milih Dare."
"Ya, ya ,ya, ya."
"Tapi ya, kaya nya dia tau deh lo main ginian, mangkanya dia ga mau kasi nomornya ke elo. Jadi ibaratnya kalo dia ada senggang baru chat elo, kalo enggak yaaaa lo di lupain."

"Dan kalo lo gagal, lo harus tratir kita Hanamaso!!!"

"Fuck off."

Cowo Indigo (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang