"JAWAB AKU KAK!" Keduanya terdiam, suasana seketika mencekam.
"Ya, benar."
"Aku nyaris ga waras dan Kakak merahasiakan hal itu?""Ga baik untuk di ingat."
"Tapi tetep aja Kak. Aku berhak tau atas tubuh aku." Jiwa melangkah cepat di lorong dan tangga. Raga menarik rambutnya kesal."Maaf." Raga mengeleng,
"Gua tau cepat atau lambat semua ini bakalan terungkap." Saut Raga, Fitri segera memeluk laki-laki itu."Gua janji ga bakalan deketin Jiwa lagi."
"Bukan masalah itu aja."
"Maksud lo?"
"Lo harus cepet-cepet kembali ke tubuh lo, sebelum..." Raga menutup mulutnya sendiri, jangan sampai dia membuat hantu itu mencari alasan ia keluar dari tubuhnya, bisa-bisa Atik benar-benar berkuasa."Sebelum apaan?"
"Sebelum raga lo makin di kuasain lah!""Santai kali."
"Inget ya janji lu, kalo gua bisa kembaliin raga lo...""Iyaaa, udah ga usah di lanjut, jiji gua." Raga tersenyum senang, lalu menarik Fitri ke arah kamar Jiwa dengan wajah serius.
Terlihat wanita paruh baya tengah menenangkan gadis SMA yang menangis.
"Mama yakin, pasti bakalan ketahuan juga akhirnya. Mama heran, kamu masih aja ya punya temen setan."
"Temen jangan milih-milih."
"Ga berlaku ke setan."
"Salah aku apa si Tante? Perasaan ga ada ngilangin tapperware." Raga menahan tawa melihat wajah memelas Fitri."Jiwa..."
"Ma, aku mau ngomong sama Kakak." Wanita paruh baya itu mengangguk dan pergi dari sana, baru saja Fitri di dekat pintu suara Jiwa membuat gadis itu terdiam.
"Hanya Mama bukan lo juga." Seru Jiwa pelan.
"Maafin Kakak." Hening, Jiwa menarik nafas pelan "Oke, dengan satu syarat."
"Akan Kakak lakuin apapun itu."
"Cium hantu itu sekarang." Jawab Jiwa setengah tertawa.
"Ha?"
"Ha?" Jawab keduanya bersamaan."Ngapa gua di bawa-bawa?!"
"Karena lo rahasia jadi ke ungkap."
"Ayo jangan debat, gua mau liat kakak gua ciuman sama hantu, kapan lagi coba bisa liat pemandangan langka ini.""Sumpah ya, adek lu laknad."
"Yang satu ini memang laknad nauzubillah." Jawab Raga."Cepet. Gua marah ni lima taun." Raga menatap Fitri dan hantu itu hanya diam dengan wajah pasrah.
"Di lumat ya Kakak. Gausah malu malu, mantan Kakak tu segunung gua yakin lo sering."
"Segunung mbah lu, gua ga ada mantan, apalagi cium---" Fitri segera mengalungkan tangannya menarik turun dan mencium laki-laki di hadapannya.
"Anjir!" Pekik Jiwa kagum, karena ke agresif an Fitri sang hantu. Fitri sendiri segera melepas panggutan itu sesaat setelah Raga melumat bibir bawahnya.
"Bang bilang sama gua muka Fitri pasti merah."
"Sotoy adek lo."
"Emang merah goblok." Saut Raga mengejek."Anying!" Fitri menginjak kencang kaki Raga, laki-laki itu mengaduh keras.
"Selain agresif, Fitri itu galak juga ya." Jiwa memegang dagu menilai.
"Hmm. Ini udah kelar kan?"
"Iya, gua maafin lo Kak, tapi janji juga ga ada kebohongan di antara kita.""Udah kaya iklan obat batuk." Saut Fitri yang langsung di hadiahi jitakan dari Raga.
"Iya. Gua balik kamar."
"Loh? Mau lanjut di kamar ya."
"Kaga adek cantik gua." Geram Raga.
"Terus?"
"Kepo!" Saut Fitri."Iya, kepo lu. Dah!" Fitri meloncat naik ke punggung Raga hingga laki-laki itu terbatuk karena lehernya tercekik.
"Gila ya lo."
HAIIII MAAF 2 MINGGU YA, APA BRAPA SIH. AKOH UDAH MASUK KERJA GES, JADI CAPE BGT. DI TAMBAH OTAK KU STUCK.
DOA'IN OTAK GA STUCK YA, SEMOGA DI TEMPAT KERJA DPT TEKS TEKS ATAU KEGIATAN YANG BISA AKOH MASUKIN KESINI. SEEE YOUUU 💜✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowo Indigo (OnGoing)
Horror"Ikut ya, gue ga punya rumah," "Gak! Rata-rata wibu tuh mesum, ntar lo nyelonong masuk ke toilet, badan lo kan bisa nembus sana sini." "Eh iya juga, boleh di coba tuh."