15

593 62 18
                                    

"Eh nonton dong di laptop lu."
"Diem, lagi ada tugas."
"Gua pingin nonton Bangbangcon."
"Ha? Apa? Bangbangkon?"
"Iya, dia live di youtube."
"Pake gawai gua aja ni."
"Kecil, ga bisa liat keringet nya."
"Ya Allah, untuk apa liat keringetnya?!"

"Maco tau!"
"Ga bisa nanti?"
"Orang live." Fitri mengepotkan bibirnya.

"Berapa lama?"
"Gatau si, tapi semoga aja 24 jam."
"Anjir! Di depan aja sono pake tv, pori-pori nya bisa keliatan."

"Tv lu bisa ke youtube?"
"Bisa."
"Ayu temenin."
"Ga."
"Ih, gua nurut deh apa kata lo." Hampir saja Raga ingin menolak namun lampu kuning ayam keluar dr kepalanya.

"Ok." Raga segera menarik Fitri menuruni tangga dan duduk sofa dengan nyaman.

"Ngertikan nyalain televisi nya?"
"Ngerti lah, emang gua hantu yang kaya di dapur lo."

"Heh."
"Peace." Fitri pun menghidupkan televisi, sedikit berputar-putar di menu dan akhirnya sampai di youtube.

Gadis itu mengetik akun bangtantv dan yeah ara sudah di mulai dari 1 jam yang lalu.

"Yah kelewat satu jam."
"Udah, syukuri masih bisa nonton, sekarang pijitin gua sambil lo nonton tv."

"Ha?! Emang gua bab--"
"Janjinya apa?" Fitri lagi-lagi mengempotkan bibirnya, berjalan malas menuju balik sofa dan memijit Raga sekeras mungkin.

"Nah enak!" Fitri melotot, bisa mati dia kalau mengeluarkan tenaga sekencang ini dalam jangka waktu yang lama.

"Omamamay, omamamay, bla bla bla nago sipo, omamamay, omama---"

"Berisik." Fitri tetap bersenandung dan semakin mengeraskan suaranya.

"Udah sono jauh-jauh!" Raga menepuk salah satu tangan Fitri, gadis itu tidak mengaduh melainkan tersenyum senang karena penyiksaannya telah usai.

Gadis itu mulai ikut berjoget di depan layar sedangkan Raga yang melihat kelincahan hantu itu hanya bisa mengeleng-geleng, melihatnya saja sudah membuat nya lelah.

"Ohmamamy omamamay, bla bla bla nagoshipo."

"Nyanyi yang niat oy!" Saut Raga kembali mengetik tugas-tugasnya di laptop.

"Susah liriknya!" Fitri menghentakan kaki nya kesal, matanya dengan jelalatan melihat ke skat skat lemari yang terisi penuh buku buku.

"Lo ada kamus bahasa korea?"
"Gatau."
"Jiwa?"
"Engga suka korea dia."
"Sukma? Bokap lo? Nyokap lo?"
"Engga."
"Fix punya gua." Raga menaikan alisnya.
"Engga tau maksudnya." Bantal segera menghampiri wajah Raga dengan keras.

"Mampus."

Singkat cerita

"Raga gua ngantuk."
"Tidurlah."
"Tidurin d--"
"Untung yg lain budek."
"Ih belom kelar gu ngomong, nanti tidurin di kasur lo ya." Gadis itu mengedipkan kedua matanya dengan jari saling bertautan.

"Insyaallah kalo inget." Fitri hanya bisa pasrah, nasib punya teman cuek ya begini, ingin rasanya Fitri melempar high heels koleksi milik Jiwa, namun melihat laptop yang di pakai Raga tidaklah murah, Fitri tidak jadi melakukan hal itu karena kalau salah bidik ginjalnya melayang.

Ya meski ia tidak tahu apakah ginjal hantu berharga.

"Ragaaaa, elus kepala gua." Sebuah usapan pun menghampiri kepalanya.

"Tumben nurut,"
"Bacot."
"Semoga gua bisa ketemu bts di mimpi."

Plak

"Sakit anying!"
"Inget lo tuh udah jadi setan, jan banyak ngimpi."

"Gimana kalo gua datengin dorm mereka?!"
"Terus lo mau ikutin mereka kemana-mana?"
"Iyalah, ampe toilet kalo perlu."

Plak

"Anying!" Masih dengan memeluk bantal dan paha Raga sebagai tumpuan kepalanya ia mendengar suara tidak jelas dari atas kepalanya.

"Lo ngapain?!"
"Lo udah gua iket, lo ga bisa kemana-mana, karena apa? Lo harus kembali ke raga lo dulu baru boleh ngejar mereka."

"Tap...."

"Apa untungnya lo ngejar dia dengan keadaan astral kaya gini?"

"Kecuali, salah satu idol lo ada yang indigo."

Cowo Indigo (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang