8

1K 96 11
                                    

"Lo duluan." Raga dengan senang menyuap sesendok pada dirinya dan tersenyum sambil memberikan salah satu ibu jarinya.

"Ah lu mah, niat ngerjain gua kali!"
"Memang." Fitri menatap lagi mangkuk di hadapannya, mengambil sendok dan menyuapkan setengah dari sendok makan, hap, kunyahan pelan dengan mata tertutup, pipi merah, dan alis berkerut terpampang di hadapan Raga, membuat laki-laki itu tidak dapat menahan tawanya lagi.

"Enak!" Tawa Raga berhenti, tunggu dulu, dia gagal? Harusnya ia senang atau tidak sih?!

"Serius?"
"Iya! Sama aja kaya makan telor setengah mateng! Huwaa ntar kalo gua jadi manusia tiap pagi makan ini aja." Raga membuka mulutnya lebar, hantu itu benar benar menyukainya, mangkuk nya hingga di angkat agar tidak tertinggal sedikit pun! Apa ia kerasukan hantu jepang? Tunggu, hantu kerasukan hantu?

Sudah jangan di pi-kir-kan. Pekik Raga dalam hati.

"Syukur kalo lo suka. Gua pun ga ribet kalo lo laper." Lesuh, rencana nya gagal, ia ingin respon seperti Jiwa dan penolakan seperti Sukma. Namun yabg ia dapatkan adalah dirinya sendiri! Sial.

"Ga nyangka loh, bakalan seenak ini!" Fitri menggebrak meja, membuat Raga menatapnya jenggah, sepertinya ini kegiatan yang baru ia ketahui tentang hantu ini -menggebrak meja. Hantu itu berdiri untuk mencuci alat makan.

"Hm."
"Gua pikir gua bakalan muntah, karena dulu gua liat di acara tv tentang kehidupan TNI gitu, makan telur mentah, gua langsung mual, beneran langsung di pecahin pake gigi terus di tumpahin kemulut, kan gua jiji gitu, gua pikir rasanya bakalan buruk, ternyata! Lumayan!"

"Pake kecap asin tadi."
"Oh iya, berarti tetep kesian sama TNI yang di acara tv itu ya, ga pake kecap asin sama nasi." Fitri menengok, karena tidak mendengar sautan dan ternyata Raga telah menghilang dari meja pantry.

Seketika bulu kuduk Fitri berdiri, Fitri segera menaruh alat makannya dan melesat mencari Raga di lantai bawah terlebih dahulu.

"Dia kemana?" Tanya Fitri, ya kebiasaan lain Fitri juga adalah berbicara sendiri.

"Di kamar kali ya?" Hantu itu berlari menaiki tangga, setelah pintu pertama itu adalah pintu ke kamar Raga, gadis itu melesat masuk dan mendapati punggung polos nan bidang yang pernah ia lihat secara Live!

Pelukable banget si! Gemas Fitri.

"HEH SADAR!" Fitri kembali di hadapkan dengan dada bidang dan eightpack.

Ya Allah hamba mu tidak kuat dengan godaan ini!

"Terpesona ya liatin badan gua?" Tangan Raga mengurung Fitri di balik pintu.

"Eumm?" Tanya Fitri, dia benar-benar tidak mendengar apa yang laki-laki itu katakan, pikirannya terlalu berisik!

"Terpesona?"
"Judul lagu."
"Ha?" Raga membelakan matanya tidak percaya dengan aoa yang ia dengar. Benar benar tidak nyambung.

"Terpesona itu judul lagunya Isyana Saraswati."
"Lo....argh!" Raga menutup mulutnya rapat-rapat, kalau ini film pasti sudah banyak yang mengata-ngatai Fitri sebagai perusak suasana atau telmi.

"Apa liat-liat, gua cantik ya." Fitri mengedip-ngedipkan kedua.
"Ga. Awas."
"Ah masa." Kali ini menyentuh bahu Rangga, laki-laki itu pun ikut menyentuh bahu kanan dengan tangan kanan dan mendorongnya ke samping.

"Gua mau mandi." Fitri cemberut, lalu tersenyum kembali, dia senang menggoda manusia satu itu.

"Ikut dong."
"Lo ikut! Gua JNT ke dukun!"

Singkat cerita

Hari memang gelap, namun semangat sang hantu tidak pernah gelap, seperti yang ia lakukan sekarang ini, memegang pisau cukur dan sabun cair, ia dulu sering mencukur bulu ketiak dan yeah sepertinya tidak jauh berbeda dengan mencukur kumis dan jenggot bukan?

"Diem kek, gratak banget tidur." Padahal dirinya tidak jauh berbeda saat tidur, benar-benar tidak tahu diri.

"Nah, selesai. Kan gan.....teng banget bangsat!" Ujar Fitri setelah selesai melap wajah laki-laki itu dengan tisu.

"Kok jadi sayang mau bagi-bagi ketampanan ya, huwaaa nyesel gua cukurinn! Tumbuh lagi cepet!"

"Hmm, apa yang harus tumbuh?"
"Eh." Fitri segera melesat ke sofa untuk berpura-pura tidur.

"Tadi siapa yang ngomong?" Raga berdiri, menatap sekitar. Entah kenapa seketika punggung Fitri panas, langkah demi langkah terdengar di belakangnya, lalu tubuhnya melayang dan pindah dengan mulus ke tempat yang lebih nyaman, setidaknya tubuhnya tidak menekuk, lalu terdengar suara dari sisi lain dan hening.

Fitri tersenyum, lalu mimpi membawanya pergi.

Hayyyy, aku kembali dengan lebih cepat, semoga suka ya jangan lupa komen, sumpah komentar kalian buat gua semangat. Thnk u

Cowo Indigo (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang