Elen dirawat selama beberapa hari karena pendarahan lambung.
Natan? Dia bahkann tak mengirimkan chat balasan, dengan susah payah Elen menarik hafas, membuka pintu rumahnya seorang diri.
Elen berjalan kearah dapur, sekali lagi memasak dan mengantarkannya kepada Natan yang berada di kantor.
"Pak Natan sibuk" ucap sekertaris mencegah Elen untuk masuk namun Elen tak memperdulikannya.
Elen terdiam didepan pintu, Natan bahkan melirik Elen dengan posisi sedang berciuman dengan seorang gadis lain.
Elen berusaha untuk memisahkan dua manusia tersebut namun Natan langsung menamparnya dengan keras hingga terjatuh.
Tak memperdulikannya dan langsung memanggil petugas keamanan untuk menyeretnya keluar.
Air matanya kini mengalir, hatinya sangat sesak, ia bahkan tak berani mengangkat wajahnya untuk melihat jalan.
Brukkk...
"Elen? Kau baik-baik saja?"
Satria mencengkram tangan Elen "Len.. kau kenapa?"
"Aku binggung."
"Kenapa aku menangis" ucap Elen sambil menyeka air matanya.
"Bisakah kau berpura-pura tak melihat ku" Elen kembali menundukkan kepalanya air mata kembali jatuh.
"Aku mohon" Ucapnya dengan suara lirih serta pipi yang basah.
Beberapa hari setelahnya...
Tak ada permintaan maaf yang diterima Elen sejak hari itu, Natan bahkan masih bersikap dingin terhadapnya.
Tok... Tok...
Pintu terbuka menampakkan seorang pria tinggi dengan setelan rumahan.
"Kenapa?"
"Aku mau bicara"
Natan mempersilahkan Elen untuk masuk memberikannya segelas air putih.
"Apa?"
"Kenapa?... Kenapa kau berubah?" Ucap Elen dengan susah payah bahkan suaranya hampir tak bisa terdengar.
"Kau bodoh?"
"Berpikirlah dengan otak sempit mu!!"
"Kau bahkan lebih buruk daripada seorang PELACUR" ucap Natan dengan simrik di wajahnya.
Elen mengigit bibir bawahnya berusaha untuk tak menagis dihadapan Natan, "Aku minta maaf...""Aku salah" ucap Elen sambil memegang tangan Nanta namun langsung ditepis begitu saja.
Tangan Elen memerah namun hatinya bahkan lebih sakit. Natan berdiri lalu menghancurkan semua barang yang ia lihat.
Elen berjalan mendekat, langkah terhenti sebentar lalu kembali berjalan ke arah Natan.
"Kau.. masih mencintai ku?" Ucap Elen sambil menatap Natan.
"Bagaimana aku bisa mencintai pelacur murahan seperti mu"
"Oh ini bayaran mu, sekarang pergilah" ucap Natan sambil melemparkan beberapa lembar dihadapan Elen.
"Plakkk" Elen langsung menampar Natan. Pria dihadapannya menjadi kesal dengan ringan tangan langsung mencekik Elen.
"Akh.." kaki Elen kini tak menampak lantai, ia kesulitan bernapas, air mata mulai membanjiri pipinya.
Saat melihat Elen mulai memucat Natan langsung melepaskan gadis tersebut, lalu mengusirnya keluar dengan kasar.
Jejak darah berbentuk kaki menghiasi langit rumah Natan. Pikirannya kacau bahkan hatinya hancur saat mengingat wajah pucat Elen barusan.
Dia merasa bersalah tapi ketika ingatan tentang foto Itu muncul, ia merasa jijik bahkan hanya untuk melihat wajah gadis itu.
To be continued....

KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN LAKNAT (COMPLETE)
Novela JuvenilMantan gue sekarang naik pangkat jadi bos kan mantap pas ada masalah main telan bulet-bulet, untung gua baek kalo kaga dah jadi pecel lu * Part 9 ke acak * Start : 25 - 10 -2019 End : 29 - 11 -2019 Cerita ini rada alay jadi mohon dimaafkan 😙😙