Bagian 10

8.9K 580 20
                                    

Sorry for typo!
Happy reading..







•|•

PRILLY sudah siap dengan seragam sekolah yang ia kenakan. Matanya kini sudah tak terlihat sembab karena semalam dia menangis.

"Kayaknya hari ini aku gak bareng sama om Ali kali ya, lebih baik aku minta jemput sama Bagas." Prilly bermonolog seraya menatap dirinya pada cermin dihadapannya.

Lagipula Ali paati masih sangat marah karena perlakuannya kemarin terhadap ibu mertuanya itu.

Prilly Alin
Bagas bisa jemput Alin tidak?

Bagaskara
Bisa, memang ayah Alin tidak bisa mengantar?

Prilly Alin
iya, ayah pergi pagi sekali hari ini.

Bagaskara
baiklah, tunggu sebentar ya

Prilly Alin
alin tunggu di alamat kemarin

Prilly menghela nafasnya lega, untung saja Bagas mau menjemputnya. Alasannya Prilly mengajak Bagas adalah karena ia tau Bagas orang yang baik dan lagipula jika dia meminta jemputan pada Shapira, pasti dia ikut terlambat, karena Shapira tidak pernah datang tepat waktu. Walaupun Prilly selalu merasa risih jika berdekatan dengan lelaki itu.

Prilly menggendong tas sekolahnya, dan berlalu manuju meja makan untuk sarapan bersama dengan Ali.

"Pagi om." Sapanya riang dibalas anggukan oleh Ali yang tengah sibuk memperhatikan i-pad nya.

Prilly duduk disamping kanan Ali dan siap menyantap menu sarapan pagi ini.

Dari arah depan, seorang maid berjalan mendekati mereka yang tengah sarapan.

"Permisi Tuan, Nyonya. Ada tamu laki-laki yang menanyakan Nyonya." Katanya dengan kepala yang menunduk.

Bagas! Pasti laki-laki itu Bagas yang akan mengantarkannya pergi ke sekolah.

Prilly hendak berjalan namun suara Ali menghentikannya.

"Mau kemana?" Tanyanya dingin tanpa menatap Prilly.

"Nyamperin Bagas om." Jawabnya tenang.

"Biarkan dia pergi san lanjutkan sarapanmu." Titah Ali dengan tegasnya ingin dituruti.

Mata Prilly menatap kesal laki-laki dihadapannya ini.

"Maksud om apa? Gak hargain dia banget, aku kan minta dia buat anterin ke sekolah. Kasihan dia sudah jauh-jauh datang kesini hanya untuk menjemputku." Protes Prilly membuat Ali menatapnya dingin.

Dengan rasa beraninya Prilly berbalas menatap Ali tajam.

"Lalu apa kamu sudah menghargai saya?" Tanyanya balik membuat Prilly tak mengerti.

"Maksud om apa?"

"Masih bertanya, heh? Kamu sendiri tidak menghargai saya sebagai suami kamu. Saya sejak pagi diam di kursi ini hanya untuk menunggu kamu berias di kamar, dan kita melakukan sarapan pagi lalu baerangkat bersama." Ucapan Ali membuat Prilly tersentak dan berfikir keras.

"Lalu dengan ringan nya kamu mengatakan bahwa saya harus menghargai dia sedangkan kamu saja tidak bisa menghargai saya." Katanya melanjutkan ucapannya.

Ali berdiri dan berlalu menuju ruang tamu. Sedangkan Prilly termenung, sedikit heran dengan sikap Ali yang berubah-ubah.

Ada perasaan sakit, hatinya tercubit ketika Ali mengatakan kata-kata yang pedas namun dengan nada formalnya itu. Jujur saja, terbiasa dimanjakan oleh keluarganya membuat Prilly tidak banyak belajar arti kehidupan yang sebenarnya.

Prilly-Weds Cold HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang