Epilog

7.4K 457 7
                                    


Karpet merah digelar sepanjang jalan menuju aula hotel. Pernak-pernik pesta menempel pada tempatnya. serba-serbi hidangan dihidangkan di tempat semestinya.  Puluhan meja berbentuk bundar disediakan untuk tamu sudah di tata dengan rapi. Ditambah lampu kristal menggantung memberikan penerangan yang begitu glamour, jangan lupakan dengan kue lima tingkat dengan tulisanh "Happy Anniversary 5th."

Para tamu mulai memasuki ruangan itu namun tidak terlalu banyak. Mata mereka berdecak kagum karena aula hotel yang dibuat semegah mungkin. Mungkin ini sudah kelima kalinya mereka berdatangan kemari untuk menyaksikan betapa bahagianya pasangan muda dengan kedua anaknya.

"Li, Ali."

Ali menoleh ketika Aryo datang lebih awal daripada yang dia sangka.

Ali hanya menampikkan wajah datar ketika sahabatnya atau mantan asistennya itu mendekati dirinya.

"Mau sampai kapan lu bikin resepsi kayak gini, dan ini tiap tahun?" Aryo berdecak tak percaya mendengarnya.

"Apapun kemauan istriku akan aku kabulkan." jawaban singkat namun memberikan makna banyak.

Aryo mendesah tak percaya, "yang, kamu mau gak jadi istri kedua Ali? Cuman morotin duitnya aja."

Dengan kesal Gladis mencubit perut suaminya sedangkan Ali melotot kesal. Semakin hari Aryo semakin kurang ajar kepadanya.

"Gladisss."

Tiba-tiba Prilly datang seraya menggendong Arsen dan menuntuk Alice menghampiri mereka. Melihat Prilly yang kewalahan, Ali mengambil Alih Arsen dan menggendong bayi lelaki itu.

"Hai apa kabar?"

Prilly dan Gladis bercipika-cipiki, hal itu tak luput dari pandangan para suami.

Mereka itu sering sekali bertemu, dan ketika ada acara seperti mereka seperti tidak pernah bertemu beberapa tahun.

"Basa-basi." decak Aryo.

"Kabarku baik, kamu gimana?" tanya Gladis.

"Aku baik, baik banget hehe."

"Oh iya, dimana Yoga?" tanya Prilly seraya celingak-celinguk mencari anak Gladis.

"Yoga aku titip sama babysister karena aku gak mau kalau Yoga keluar malam terus sakit."

Yoga Ganendra, anak pertama Aryo dan Gladis. Umurnya baru dua tahun, anak lelaki itu begitu aktif sehingga kedua orang tuanya begitu posesif kepadanya. Karena tidak mau terjadi apa-apa kepada anaknya itu.

"Pril, kapan berhenti ngerayain anniversarry?" celetuk Aryo membuat Ali dan Gladis menatapnya tajam.

Prilly terdiam bingung, merasa terintimidasi dari pertanyaan Aryo.

"Mungkin ini yang terakhir." ujar Prilly membuat Ali menatapnya.

"Kenapa sayang? Jangan dengarkan ucapan Aryo."

"Aku udah punya dua anak by, dan aku juga mau fokus ngurus keluargaku. Acara kayak gini bisa kita lakuin waktu ulang tahun Alice dan Arsen." ucapan Prilly membuat Aryo tidak enak seolah Prilly merasa pesimis dengan apa yang dilakukannya sekarang.

"Pril, gue bercanda kok.."

Prilly tertawa, "gapapa, aku emang mau bicarain ini sama Ali tapi karena Ali nya sibuk jadi aku gak berani buat bilang hehe."

"Yaampun sayang, aku suami kamu loh. Kenapa gak bilang aja, walaupun aku sibuk aku bakalan dengerin kamu ngomong."

"Astaga, udah deh ini tuh anniversarry pernikahan kalian dan kalian harus debat di depan banyak tamu. Ini tuh sama sekali gak bagus, lebih baik sekarang kalian sambut tamu-tamunya aja dan kita pamit mau cari makan." Ucapan Gladis ada benarnya juga, seharusnya mereka melihat ke sekitar ada banyak orang yang melihat ke arah mereka.

Prilly-Weds Cold HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang