Bagian 18 (SPECIAL PART)

8.6K 682 56
                                    

HAPPY READING
SORRY FOR TYPO
VOTEMENT

***

DI kantor Ali, Prilly menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan letak ruangan Ali. Di tangannya Prilly sudah menjinjing makanan yamg tadi ia beli di foodcurt saat di Mall sebelum pergi ke kantor.

Semua karyawan disana nampak menunduk menghormati, karena tahu bahwa Prilly adalah istri dari bos mereka yang kini telah menggaet marga Araes. Dan mereka juga tahu bahwa Prilly adalah cucu Adinata pengusaha terbesar di dalam maupun di luar negeri.

Dan para staff perempuan di kantor Ali banyak yang merasa kecewa karena mereka terkalahkan oleh pesona anak SMA macam Prilly.

"Mbak maaf, tolong tunjukan letak ruangan Ali, Ceo." Pinta Prilly pada resepsionis yang kini menatapnya.

"Maaf, bisa saya tahu, sedang berbicara dengan siapa?" Sapanya lembut.

"Prilly, istrinya." Jawab Prilly.

Sepertimya resepsionis ini lupa bahwa dirinya adalah salah satu cucu dark keluarga Adinata.

"Baik, mohon tunggu sebentar, Nyonya." Ucap si resepsionis membuat Prilly menunggunya.

Tak lama seorang lelaki datang dan menghampirinya yang tengah berdiri.

"Loh Prilly ngapain kesini?" Tanya Aryo heran melihat Prilly yang masih menggunkan seragam sekolahnya dan menenteng kresek plastik berwarna putih.

"Mau kasih Om Ali makanan." Ucap Prilly sedikit berbisik.

Aryo membulatkan matanya, kaget dengan ucapan Prilly yang memanggil suaminya sendiri dengan kata Om.

"Yaudah ayo gue anterin, emang daritadi tuh anak gak mau keluar, gue teleponin malah marah-marah gak jelas." Ujar Aryo tak ditanggapi oleh Prilly.

"Nyonya Prilly biar saya antar saja, tidak usah memberitahukan Pak Ali." Pesan Aryo membuat si resepsionis mengangguk paham.

"Ayo, Pril." Ajaknya diikuti oleh Prilly.

Mereka memasuki lift khusus direktur, lagipula Aryo tidak dapat membiarkan istri bosnya menggunakan lift karyawan.

"Kalian lagi ada masalah ya?" Tanya Aryo saat mereka memasuki lift.

Prilly menoleh, "enggak kok."

"Sorry kalau gue kepo atau apa. Tapi jujur, selama gue sahabatan sama Ali dia gak pernah keliatan sekacau ini. Marah-marah gak jelas lah, sama karyawan cewek aja dia bentak-bentakin. Kayaknya kalian ada masalah." Jelas Aryo membuat Prilly bergeming.

"Saran gue sih, selesaiin masalah kalian. Ali juga salah dia bawa masalah pribadi ke pekerjaannya. Sebelumnya Ali gak pernah tuh kayak gini. Kalau ada malasah dia selalu lupain kalau lagi dikantor." Ucap Aryo bersamaan dengan lift yang terbuka.

Di lantai sembilan, Ali dan Aryo berjalan di koridor kantor yang tidak seramai saat di lobi.

"Lo langsung masuk aja. Gue doain semoga selamat." Ucapnya dengan mengerling.

"Siap Om!" Seru Prilly.

"Jangan panggil gue Om! Muka gue imut gini, panggil aja Abang." Protes Aryo membuat Prilly mendengus.

"Banyak maunya deh!"

"Udah sana masuk ntar keburu Ali mati kelaparan lagi." Ujarnya asal membuat Prilly menatapnya tajam.

Prilly berjalan menuju pintu yang bertuliskan "Ceo Private Room", tanpa mengetuk Prilly masuk menyelonong. Prilly suka lupa untuk mengetuk pintu, pasti Ali akan mengomel.

Prilly-Weds Cold HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang