Distance

5.1K 434 22
                                    

Jumat sore...

Beam beres kelas, tapi masih berkumpul dengan Phana dan Kit di kantin Fakultas. Ia agak malas pulang ke condo, sebenarnya.

"Kayaknya emang Teknik jalan-jalan Mulu ya..." Pha mengaduk-aduk es kopinya.

"Bukan jalan-jalan sih ini, semacem program CSR tahunan." Kit merevisi ucapan Pha. Agak kurang terima, secara Ming ketua program tahun ini.

"Kok lu pada nggak ikut?"

"Gue besok lagi balik, saudara nikahan. Lu Beam?"

Beam hanya menjawab  "Ngapain, males..." Forth dan genk nya ada tambahan jadwal penelitian di perjalanan juga. Lebih makan waktu 1 hari.

Iya, malas jadi bahan ceng-cengan anak teknik. Apalagi ia dan Forth resmi pacaran di acara itu tahun lalu. Agak dramatis pula.

"Nggak kangen lu?" Tanya Kit tiba-tiba, melihat Beam memainkan sendok di piringnya.

"Kangen? Apa itu?" Tanya Beam balik.

Kit memutar mata malas.

"Basi Lo." Pha ikut protes.

Ponsel Beam di meja menyala. Notif pesan dari Forth, mengirim foto waktu Genk dokter itu di condo Ming, memberi kejutan di hari ultahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Creepy tau, liat Lo senyum gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Creepy tau, liat Lo senyum gitu." Komentar Pha Waku Beam memandangi ponsel.

"Ba~cot." Jawab Beam, kembali pada mode aslinya "Kalian entar malem mau ngumpul?"

"Gue udah janji Ama Yo, mau nonton sih." -Phana.

"Gue mau tidur cepet. Besok cabut pagi."-Kit

Beam bingung harus ngapain malam itu.

.

He never knew the meaning of 'missing'. Iya... Ia kan tidak pernah menjalin hubungan.

Setahu Beam, ia hanya bosan. Ia sudah belajar dari siang sampai sore. Lalu main game. Pergi berenang. Makan malam. Tapi masih merasa bosan.

Ia menelpon Forth, hanya sebentar. Bertanya "Kapan sampe sini? Gue nggak ada kerjaan."

Ditahan...
Beam tidak tahu apa yang ingin ia tanyakan sebenernya.

Beam tidur cepat malam itu. Rasanya asing. Seperti... Ia bahkan tidak tahu apa yang asing. Ranjang dan sepreinya, atau hanya dirinya.

Beam tidur memakai kaos Forth malam itu.
.
.
.
Minggu siang...

Beam belum mandi. Padahal ia habis jogging tadi pagi. Ia sibuk membuat es kopi di pantry karena cuaca yang panas. Iya... Bukannya mandi.

Suara ketukan pintu.

Beam menghampiri pintu, dengan gelas es kopi di tangan. Ia kaget waktu melihat Forth ada di depannya.

Ketua Genk itu memeluknya erat tanpa ba-bi-bu.

"Kopi gue, tumpah!" Protes Beam.

Forth mengambil gelas kopi dari tangan Beam, menaruh di atas rak lalu kembali memeluk Beam. Lebih kencang.

"Kangen banget, ya tuhan...." Ucap Forth, menciumi leher Beam.

Calon Dokter itu tidak mengelak. Ia balik mendekap pinggang Forth. Menempelkan hidung di leher jenjang itu.

Familiar scent...

Beam hidup dalam-dalam aroma Forth. Aroma yang hilang beberapa hari ini. Aroma yang sekejap menggantikan segala aroma lain di ruangan itu.

"Kangen juga ya..." Ucap Forth.

Beam tidak menjawab. Tangannya bergerak melepas jaket Forth. Sementara bibirnya bergerak mendekat ke bibir tipis itu.

"Hei..." Forth menghindar.

"Katanya mau nice & slow kiss?" Beam mengejar. Jaket sudah lepas dari tubuh Forth.

"Aku belum mandi loh..."

"Gue juga kok. Impas jadinya."

Forth tertawa. Kali ini ia yang menciumi pacarnya. Kening, pipi, bibir, terus turun...
.
.
.
End
.
.
.
And once again. Fic ini akan selalu aman. Jadi gak akan ada adegan 18+ explicit wow banget.

Gak melewati masa edit yg baik & benar. Semoga menghibur ya.

Call it Somehow || ForthbeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang