Behind that night
.
.
.
Beam cengar-cengir masuk kamar Kit, sohibnya yang tiduran di atas ranjang. Kemar dan pemiliknya sama-sama berantakan.
"Ming main pergi aja?" Beam membawa mangkuk bubur ke ranjang.
Kit menyingkirkan selimut, duduk menghadap meja belajarnya "Nggak, gue usir tadi, dia ada kelas. Dari pada badan gue makin remuk."
"Badan lu kecil sih..." Beam duduk di ranjang, membelakangi Kit lalu menyalakan tv.
"Gak gitu. Itu karena udah seminggu lebih nggak ketemu..." mata Kit beralih pada punggung Beam "Lu gimana sama Forth? Sering banget kayaknya."
"Nggak sih, paling seminggu sekali..." Jawab Beam tanpa menoleh.
Nonsense. Kit belum sempat protes tidak percaya,
Beam sudah melanjutkan ucapannya "...liburnya. ADUH!"
Kit melempar bantal. Tepat mengenai kepala Beam, lalu mendarat di pojok lemari.
"Ya nggak lah. Bisa-bisa tulang gue keropos." Beam beringsut mundur, menyender ke senderan Kit yang masih berantakan.
"Tapi... lu belum pernah cerita your first night sama Forth..."
"Oh, belum ya?"
Kit berdecak "Telat banget kayaknya kalo gue tanya sekarang."
"Masalahnya juga gue nggak inget." Beam mengganti channel tv untuk ke sekian kali. Ia hanya ingat ketika cerita tentang patah hatinya. Tapi tidak mungkin dikatakan pada pelakunya.
"Tau-tau sakit aja besoknya, gitu kan?"
Beam tidak menjawab. Justru, seingatnya rasa sakit di tubuhnya terasa belakangan. Ia hanya ingat bagaimana subuh itu terbangun polos, dalam dekap lengan Forth. Ditambah perasaan yang makin tidak karuan.
"I guess, he did it rough..." ucap Kit lagi.
"Maybe."
.
.
.
Beam jadi penasaran. Sekembalinya dari kamar Kit, ia menelpon Forth, yang mungkin belum bangun karena mengerjakan proyek hingga subuh.
"Kenapa? Kangen?" Betul saja, dari suaranya terdengar cowok itu masih setengah sadar.
"Nggak sih, cuma mau tanya."
Di seberang sana, Forth bergeser, terlentang menatap jam dinding kamar, pukul sebelas. "Tanya apa?"
"Have i ever... ask you, i mean..." Beam bingung, ia harus menarik napas dan duduk di ranjang "...gue nggak pernah tanya perkara kita pertama kali have a sex..."
"Kenapa memangnya?" nada bicara Forth berubah serius.
"Gue... mau tau aja."
Tidak berhadapan, tapi transparan. Forth tahu yang ada di otak pacarnya "Mau dijawab sekarang? By phone?"
"A—nggak, jangan. Nanti aja pas ketemu."
Forth tertawa kecil "Nanti malem aku ke sana, mau dibawain makan apa?"
"Apa aja."
.
Malamnya, di balkon condo Beam.
"You were crying back then..."
Beam mendongak, menatap lurus Forth yang mengaduk sambal di nasinya "And... you didn't stop?"
"Kamu yang nggak mau berhenti."
Salah memang pertanyaan Beam. Ia jadi bingung menanggapi.
"It was dark, but i could see your tears reflecting the moon." Forth balik menatap Beam, lalu tersenyum "Painfully beautiful, to be honest."
Sudah sering, tapi kadang Beam masih harus tetap memalingkan pandang dari tatapan lembut pacarnya yang terkenal galak. "Mulai suka dari situ?"
"Kayaknya bukan sih..."
"Terus?" kali ini Beam kembali menatap Forth.
"Kalo kata Laem, dari semester satu aku udah ada indikasi suka kamu."
Forth membuat Beam menatap bingung "Mana ada..." ia tidak ingat apapun tentang ini, padahal mereka teman nongkrong.
"Beam ini, Beam itu, ajak Beam, tadi ketemu Beam, kata Beam... makanya dia nggak kaget waktu aku bilang mau ngejar kamu." Forth santai saja menggedik bahu.
"Unconsciously, gitu?" Beam tidak tahu ini, sama sekali.
"Unconciously loving you, ciyaaat." Forth malah tertawa, padahal wajah Beam sudah merah, seperti digigit nyamuk.
Beam berdecak "Udah, buruan makannya."
"Buru-buru makan, emang mau ngapain..."
"Make a love, till i fall uncounscious..." ucap Beam pelan, tapi bisa membuat Forth mencubit pipinya gemas.
"Malu Beam! Kedengeran sampe sini!" terdengar teriakan Kit dari balkon condo sebelah.
.
.
.
END
.
.
.
Mungkin ada yang udah pernah baca bahasan Forthbeam,
sebenernya mereka udah ada 'sedikit feeling' sebelum malem itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call it Somehow || Forthbeam
FanfictionBeam tidak pernah pacaran sebelumnya Dan... semua orang berpikir hanya Forth yang jatuh cinta . . . short fic. unbeta. tanpa plot. i am just woo whipped over both of them.