.
.
.
Beam sampai permisi ke toilet untuk menelpon Forth. Benar, nomornya tidak aktif. Jika begini, emosi Forth sedang tinggi-tingginya. Harus sendiri atau orang lain jadi korban. Beam akhirnya balik ke kelas, sambil menunggu nomor Forth kembali aktif.Sore, hampir jam 6 ketika kelas Beam akhirnya selesai, Beam kembali menghubungi nomor Forth. Kali ini aktif, walau butuh beberapa kali hingga akhirnya diangkat.
“Hallo?” suara Forth tidak terdengar seperti biasa. Forth terdengar lesu, entah bangun tidur entah sedang tiduran.
“Lagi di condo?”
Butuh beberapa detik hingga akhirnya Forth menjawab “Iya.”
Beam menghela napas sejenak “Makan seafood yuk.”
“Kamu... Beam, mending jangan ketemu dulu ya.”
“Kenapa?” kening Beam sampai mengkerut.
Gantian Forth menghela napas “Aku lagi nggak beres. Besok aku yang ke tempatmu.”
Telpon dimatikan, bahkan sebelum Beam menjawab.
“Kenapa sih?” Beam kesal, memasukkan ponsel sembarangan ke tas, lalu buru-buru keluar kelas. Ia tidak peduli ketika Kit menanyakan uang kopi tadi siang.
.
Suara gemerincing kunci terdengar di pintu. Forth melongok, walau masih tiduran di ranjang. Beam terlihat masuk dengan plastik makanan.
“Beam? ngapain ke sini?”
Beam buru-buru ke meja pantry, membongkar bawaannya. Ia tidak sempat melepas tas by the way.
“Beam... kan aku bilang, jangan ganggu dulu.”
Beam menoleh “Oh, jadi gue ganggu?” walau lampu utama tidak dinyalakan, terlihat matanya menatap tajam.
Forth menghela napas “Bukan gitu... i am still—”
“Lu belum makan dari siang kan?” potong Beam cepat.
“Laem cerita ya?” kali ini baru Forth beranjak dari ranjang, duduk di bangku dekat pantry.
“Nggak sih, dia Cuma bilang lu kabur...”
"Kalo nggak gitu, bisa makin runyam masalah..."
Hening beberapa saat. Beam tidak bertanya tentang masalah Forth. Ia malah cerita tentang kedai seafood langganan mereka habis, jadi ia berbelok ke tempat lain, tidak yakin dengan rasanya.
"Ini nggak tau, rasanya gimana." Beam menaruh kedua piring di meja.
Forth menatapnya "Tujuan kamu ke sini ngapain?"
"Ngajak makan. Lagi nggak mood makan sendirian..." Beam mengacu pada kebiasaanya dulu, sering sekali makan sendirian saat Phana dan Kit tidak bisa diajak keluar.
"No. Coba deh, jujur. Kamu ke sini karena Laem cerita kan?" Forth sama sekali tidak melirik makanan di atas meja, walau benar dari siang ia belum makan.
Beam mengangguk. Santai saja ia ditatap tajam pacarnya.
"Kamu tau kalo aku lagi emosi gimana?"
"Tau." Beam mengangguk lagi, lalu mulai menyendok nasi "That's why i come..."
Forth saat emosi (agak) desktruktif. Siapa dan apapun yang dekat dia, bisa jadi pelampiasan. Apalagi sejak Forth memutuskan berhenti merokok.
Jika Beam tahu Forth saat emosi seperti apa, berarti ia sudah siap dengan segala konsekuensinya.
"Makan dulu ya. Ini enak kok..." Beam kali ini betulan menyuap nasi. Ia mendongak kemudian ketika melihat Forth bangkit dari bangku.
Ternyata Forth menghampiri, mendekap lehernya. Posisi mereka membuat wajah Beam setara perut rata Forth.
"Gini doang padahal ya, emosi aku luntur semua..." Ucapnya mengelus kepala Beam. Padahal ia yang tadi emosi.
"Gue masih ngunyah ini, by the way..."
Forth melepas dekapan "Kamu kok nggak tanya, kenapa aku emosi?" Tangannya berpindah ke kedua sisi pipi Beam.
"Kalo cerita, didengerin... Nggak cerita juga nggak apa-apa."
"Pon, anak sekelas aku... Dia dikeroyok kampus seberang." Jeda, Forth menghela napas "Kita laporin pelakunya ke polisi, ternyata ketua genknya anak pejabat."
Beam tidak menanggapi. Ia menunggu Forth bicara lagi.
"Temen aku sampe masuk rumah sakit, orang itu sengaja mancing ribut lewat depan kampus. Pas mau aku cegat, dicegah sama anak-anak..."
"Kok gue bersyukur ya..." Gantian Beam mengelus pelipis Forth "coba kalo nggak dicegah, you wouldn't be here..."
"Iya, tapi aku emosi..."
Kening,
hidung,
bibir Forth dikecup
"Masih emosi?""Udah nggak..."
"Ya udah, buruan makan." Beam mendorong Forth kembali ke bangku.
Forth kembali duduk "Kamu nggak nginep kan?"
"Kalo gue pengin nginep gimana?"
Beam malah menantang."Kalo aku kebablasan gimana?" Maksudnya, Forth takut tidak bisa kontrol diri di situasi begini.
"Emang kalo kebablasan kenapa?"
"Beam--"
"Nanti gue nyanyiin sambil dipukpuk, sebelum tidur deh..." Beam sebenarnya bercanda.
Tapi Forth hanya bisa menggeleng akibatnya.
..
.
.
End
.
.
.
Itu kemaren Pavel kan ngetwit begitu beneran gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call it Somehow || Forthbeam
FanfictionBeam tidak pernah pacaran sebelumnya Dan... semua orang berpikir hanya Forth yang jatuh cinta . . . short fic. unbeta. tanpa plot. i am just woo whipped over both of them.