Random thoughts

4.7K 398 32
                                    

"Beam, kenapa lu suka Forth?" Tanya Sharp tiba-tiba.

Beam yang baru saja duduk, belum sempat minum es teh di gelasnya, jelas kaget "Gue minum aja belum nih..."

"Ya udah, minum terus jawab gue." Desak Sharp.

"Lu kenapa sih?" Beam tanya balik, baru kemudian minum.

"Tau nih. Nggak jelas, gue nggak ikutan loh..." Komentar Laem.

"Ketularan pacarnya kali..." Sambung Bank.

"Ya bener sih. Kayak kalian, kepo nggak, Forth yang bentukannya gitu bisa pacaran sama Beam. Cakep, calon dokter pula." Jelas Laem. Jadi makin tidak jelas malah.

"Makasih loh, es teh gue jadi lebih manis, dipuji sama elu." Beam melanjutkan minum.

"Pelet kali..." Laem yang menjawab.

Beam geleng-geleng. Setengah setuju padahal. Agak menyesal juga, kenapa jemput Forth di kantin FT, biasanya juga dia disuruh nyamperin ke FK.

"Sering-sering ke kuil deh, biar peletnya luntur." Lanjut Sharp lagi.

Beam tidak komentar. Ya masa mau jawab 'Udah cinta mau gimana...'

"Eh ada Dokter Beam..." Suara yang familiar mendekat. Beam menoleh, Vika berjalan beriringan dengan Forth. Mereka baru selesai bimbingan.

Forth menghalangi langkah Vika yang jelas ingin duduk di samping Beam. "Apa siiih. Cowok lu tuh disambut, jangan malah pacar orang."

"Pelit lu!" Vika menggerutu "Beam, kalo udah bosen sama dia, gue mau nampung..."

"Dikata kucing. Main ditampung." Forth yang menjawab kesal "Udah yuk, balik. Sekalian cari makan..." Ia mengelus-elus kepala Beam.

Beam tidak menolak. Ya daripada terus jadi bahasan Genk Teknik.
.
.
.
Dan pertanyaan random itu menular ke Beam.

"Forth... kenapa lu suka sama gue?"

"Hmm?" Tanggapan Forth sebatas itu, karena bibirnya sedang sibuk di leher Beam.

"Kenapa suka gue, hm?" Beam mengulang pertanyaan.

Forth menghela napas di leher Beam "Harus banget dijawab sekarang?"

"Liat gue dulu..." Beam menarik wajah Forth, geli. "Jawab..." Saat ini ia beradu tatap dengan si ketua Genk yang ada di atasnya.

"Kalo nggak jawab sekarang gimana?"

"Ya gue balik..." Ancam Beam santai. Malam itu memang ia yang menginap di condo Forth.

Forth kalah. Ia duduk di samping pacarnya yang masih rebahan. "Kalo alasannya karena--"

"Don't say anything close to the sex is good..." Potong Beam.

Forth kaget. Ternyata Beam bisa membaca pikirannya. Dan memang, itu bukan alasannya

Forth mengelus rambut di kening Beam "Kalo jawab nggak tau?"

"Ya masa? Lu ngejar gue tapi nggak tau kenapa?"

"Iya... Nggak tau. Kayak..." Forth kali ini memainkan pipi Beam "Eh kamu nggak pernah sih ya, beneran suka sama orang."

Beam tidak menjawab.

"Ya gimana... Dulu aku suka sama orang misal, pasti ada 'karenanya'.  Sama kamu sih nggak ada."

Beam diam. Ia menggenggam tangan Forth, lalu menghirup telapaknya. Wangi sabun.

"Kenapa sih, tanya begini?" Kali ini Forth menggunakan sebelah tangan untuk menyibak rambut di kening Beam.

"Pernah nggak, kepikiran what if...i didn't join you to hangout in Laem's house? Atau... Gue minum tapi nggak sampe mabok. Atau... Malah misal Wayo udah move on dari Pha, terus suka sama elu?"

Dan Forth sempat tercekat mendengar ucapan Beam. "Kamu insecure apa gimana?"

"Nggak sih...kepo aja. Sex is not the only reason of a relationship, katanya..."

"Ya kalo kamu ditanya hal sama, kenapa suka aku?"

"Siapa bilang suka?" Beam tanya balik, maksudnya meledek "Anjir! Geli! Stop!"

Ya akibatnya Forth menggelitiki perutnya.

Beam akhirnya berhasil menghentikan gelitikan Forth "Cuma wondering, what if we end up with someone else?"

"Kamu tau nggak, ada yang namanya takdir?" Forth menunduk, berjarak seruas dengan bibir Beam "Kalo bukan berawal dari tempat Laem atau Phana Wayo jadian, pasti akan ada yang bisa bikin kita jatuh cinta."

Kemudian wajah tenggelam lagi di leher Beam. Kali ini hanya menghirup aromanya.

"Anjir. Nggak kebayang hal yang lebih drama sih." Beam tertawa. Antara geli dengan napas Forth dan pikirannya sendiri.

"Bisa aja kan, kita ketemu pas di dimensi lain, kamu jadi kriminal, aku jadi detektif. Ato kita dipertemukan di daerah bencana, jadi kayak lagunya Rihanna. We found love in a hopeless place. Ah ciyaaat."

Beam tertawa lagi, lebih keras. Kali ini betulan karena bayangan ucapan Forth. "Anak Teknik gitu ya. Paling bisa ngomongnya..."

Forth mendongak, menatap Beam lagi "Bukan cuma ngomong sih, praktek juga jago."

Tanpa aba-aba, Beam menahan tubuh Forth hingga posisi ia sekarang ada di atas. Dikecupnya hidung itu "Masa?"

"Mau bukti?"

"Anak kedokteran juga jago praktek kok..." Ucap Beam kali ini mencium sekitar rahang Forth.
.
.
.
End
.
.
.
Sesuai judulnya. Ini emang Random banget.
Edit sekilas aja, mohon maaf kalo ada typo. Diketik pake hape soalnya 😬

Call it Somehow || ForthbeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang