Climb

4K 367 43
                                    

Ulang tahun universitas, seperti biasanya diadakan macam-macam lomba antar fakultas. Lombanya lebih cenderung physical seperti sepak bola, basket, berenang sampai karate. Seni juga ada, lomba nyanyi dan band. 

Beam tidak ikut lomba apapun. Malas dia, walaupun ditawari main band dengan yang lain. Kuliah saja sudah membuatnya sibuk, apalagi latihan untuk lomba. 

“Lu nggak lapangan MIPA?” tanya Kit, waktu mereka baru selesai kelas.

Beam menggeleng “Ngapain?” 

“Pacar lu kan tanding.”

Beam menatap temannya bingung.

“Lu nggak tau?” gantian Phana bertanya.

“Dia bilang nggak ikut apa-apa...” jawab Beam. ya memang, mereka sama-sama tidak ikut apapun.

.

Akhirnya Beam ke lapangan MIPA juga, ikut Kit dan Pha yang mau lihat Teknik tanding basket. Belum masuk hall, ia malah bertemu Bank.

“Lu ngapain ke sini?” tanya Bank. Ia terlihat bawa...climbing rope?

“Nonton basket, nemenin sih sebenernya.” Jawab Beam.

“Nggak ke climbing wall belakang aja?”

“Ngapain?” Wajah Beam bingung. Bingung betulan. 

“Forth kan di sana...” 

Sebenarnya Beam tidak begitu minat untuk ikut Bank ke sana. Tapi ya... ngapain nonton pertandingan basket Teknik vs MIPA kalau tidak ada yang akan disemangati? 

Maksudnya, itu kan bukan Kedokteran yang tanding. Ya... intinya begitu lah.

Sampai di lapangan belakang, sudah ramai orang-orang di bawah climbing wall. Saat ini ada yang tanding dari Perwakilan Ekonomi lawan Hukum. Forth terlihat sedang ngobrol dengan Laem. 

Bukan masalah, cowok itu ngobrol dengan siapa juga. Masalahnya adalah ia hanya mengenakan kaos singlet hitam. Kaos singlet hitam, tanpa lengan tepatnya.

Beam geleng-geleng. Ini kan acara kampus. Gila memang.

Forth yang melihatnya langsung menghampiri “Hei... Kirain nggak mau dateng.”

“Diajakin Bank tadi.” Beam tidak menatap Forth yang berdiri di depannya “Lu... di kampus kok pake baju begitu?”

“Aku kan mau tanding climbing.” Jawab Forth santai. Beam baru sadar, pacarnya itu memakai harness di pinggang. 

“Oh...” Beam mengalihkan pandangan, justru malah melihat banyak, sangat banyak mata yang memandang ke arah ia dan pacarnya.

Lebih spesifik, arah lengan pacarnya yang berotot.

“Lah? Lu ikut Forth?” Phana dan Wayo datang. Rupanya pertandingan basket sudah selesai. Teknik yang menang.

“Gantiin bocah sebenernya. Tangannya memar, gak kuat manjat.”

"Okay, next! Teknik versus Kedokteran. Siap-siap!"

Terdengar suara panitia dari megaphone.

"Beam, kencengin dong..." Ucap Forth, berusaha menarik belakang harness-nya.

Beam nurut, ia menarik harness bagian pinggang Forth.

"Maksudnya peluk yang kenceng..." Forth kali ini cengengesan.

"Males banget, ngalus Mulu..." Entah kenapa pikiran Beam ke mana-mana.

"Kita kayak main film 50 shades of-- aduh!"

Ucapan Forth terpotong karena Beam mencubit pinggangnya. Alasannya? Karena memang itu yang sebelumnya Beam pikir. Gila memang.

Phana, Wayo dan semua yang ada di situ hanya geleng-geleng.

"Beam, lu mau dukung siapa? Kita ato teknik?" Pha menunjuk Tor yang sedang bersiap.

"Kedokteran lah..." Jawab Beam santai.

"Pacarmu yang ngewakilin teknik loh..." Protes Forth.

"Halah paling lu tetep dukung Teknik. Tunjukin kalo lu beneran dukung fakultas sendiri dong..." Balas Phana.

Ya bagaimana pun dari tadi Beam malah sibuk ngumpul dengan gank teknik. Bukannya menyemangati temannya sendiri.

"Tuh kan, bener... Dia paling dukung Teknik, Pha." Dasar Laem, malah menyiram bensin ke kompor meleduk.

Beam menghela napas, ditatapnya Forth "Do you want to climb me instead?"

Forth tercegang.

Ucapan (tawaran) singkat itu membuat suasana mendadak ricuh. Beam sampai ditoyor Phana. Keterlaluan katanya.

"Nanti ya, kalo aku udah menang. Aku minta hadiahnya itu..." Forth mengusap rambut Beam sebelum pergi ke bawah climbing wall.

Wajah Beam merah. Melihat Forth manjat, dengan otot lengan yang... begitu, makin merah dia. Pipi sampai telinga. Melihat Forth menang, makin merah dia, sebadan-badan mungkin.

"Seneng lu!" Phana kesal.

"Udah P'... P'Beam tadi janji mau kasih hadiah katanya." Ucap Wayo cengengesan.

"Cocok emang kalian, sama-sama rese." Beam mengambil seragam teknik milih Forth di jejeran bangku, melemparkannya pada empunya. Kurang etis rasanya pakaian begitu di area kampus. Banyak yang terus memandangi pula.

 Banyak yang terus memandangi pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
End
.
.
.
Kasih tau, kurang etis pake kaos begitu di kampus. Apalagi di acara wisuda.

Call it Somehow || ForthbeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang