Part 14

71 8 2
                                    

Part 14 : The pain

Copyright © khrnisaa_13 |2019


[ Mungkin kalian sudah tau bagaimana caranya menghargai seorang penulis lengkap dengan segala atributnya ]

Your vote and Comment are so precious for me .....

Happy reading.....

                                    _

Setelah makan malam Jungkook mengantarkan Aarin ke apartemen gadis itu, dan kini mobil Audi R8 hitam itu pun berhenti di depan pintu masuk gedung apartemen sederhana itu.

"Gomawoyo Oppa, dan hati-hati di jalan ." Setelah itu Aarin pun melepaskan seatbelt dan saat akan membuka pintu mobil, lengannya di tahan oleh Jungkook.

Aarin pun menolehkan kepalanya dan tepat saat itu dia bisa merasakan bibir bertabrakan dengan bibir dingin Jungkook. Seketika tubuh Aarin membeku dan jantung nya bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya, selalu seperti itu saat bersentuhan dengan Jungkook.

Sedangkan Jungkook terus menciumi bibir tipis nan lembut milik gadis nya, kecupan itu mulai menuntut dengan lidah Jungkook yang mulai merambat masuk ke rongga mulut Aarin  Mengabsen tiap gigi dari gadis itu, dan memberikan gelernya aneh bagi keduanya, seperti ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perut mereka.

Aarin mulai sadar ada yang aneh dari ciuman Jungkook malam ini, ciuman Jungkook sarat akan makna. Intens dan menuntut dan seolah-olah menjadi sebuah ciuman terakhir sebelum perpisahan, dan Aarin pun langsung menyudahi ciuman itu, lalu memegang kedua belah pipi sang kekasih.

"Ada apa ?" Tanya Aarin dengan suara lirih

Jungkook hanya diam sambil terus memperhatikan dengan seksama wajah cantik Aarin yang sarat akan kekhwatiran.

"Berjanjilah apapun yang terjadi jangan pernah menyerah dengan kehidupan, apapun yang terjadi kau harus tetap tersenyum dan bahagia ." Bukannya menjawab pertanyaan Aarin, Jungkook malah berkata dengan kalimat ambigu menurut Aarin. Dan jujur Aarin tak suka keadaan ini, dia lebih suka Jungkook yang pemaksa dan seenaknya sendiri daripada Jungkook yang aneh dan susah di tebak seperti sekarang .

"Kenapa tiba-tiba oppa berkata seperti itu, sebenarnya ada apa ? Apa oppa akan pergi ?" Tanya Aarin yang kini suaranya sudah mulai begetar karena rasa panik, antara takut, bingung dan penasaran menjadi satu.

Jungkook yang melihat mata Aarin yang mulai berair pun segera membawa tubuh Aarin ke dalam pelukannya, memdekap tubuh mungil itu seolah memberikan ketenangan dan berkata segala nya baik-baik saja.

"Jangan menangis Aarin-na, aku tak akan pergi, aku hanya ingin kau selalu bahagia apapun yang terjadi kedepannya ." Ujar Jungkook berusah untuk menenangkan gadisnya.

"Bagaimana aku tidak menangis saat oppa berbicara hal yang aneh menurut ku, perkataan mu sungguh membuatku takut oppa ." Tangis Aarin pun akhirnya pecah, dan Jungkook langsung mengeratkan pelukannya terhadap tubuh Aarin.

Mengusap pelan dan penuh perhatian punggung gadis itu, memberikan kenyamanan dan rasa terlindungi bagi gadisnya.

_

Jungkook memberhentikan mobilnya di pelataran gedung tua tak terawat, lelaki itu keluar dengan menutup pintu mobil itu kasar, seolah mobil mewah dengan harga jutaan dolar itu bukanlah apa-apa.  Tubuh tegap dengan balutan jaket kulit hitam dan juga celana jeans senada itu masuk kedalam gedung tua itu dengan aura kemarahan yang tertera, langkahnya tegap pasti masuk kedalam. Hingga tiba di sebuah ruangan luas dengan banyak orang di dalamnya, para bawahannya membungkuk hormat dengan kedatangan nya. Jungkook pun semakin masuk dan berhenti di tengah ruangan yang terdapat seorang pria yang keadaan nya sungguh memprihatinkan dengan memar dan darah mengotori wajahnya, lelaki itu di dudukan di sebuah kursi kayu usang dan tampak sudah sangat lemah.

The Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang