Part 4

121 13 3
                                        

Copyright © khrnisaa_13 |2019

[ Mungkin kalian sudah tau bagaimana caranya menghargai seorang penulis lengkap dengan segala atributnya ]

Happy reading .....

_

"Bagaimana ini bisa terjadi ." Bentak Mr.Jang di depan wajah Aarin yang menunduk.

"Saya memperkerjakan seorang editor untuk menyempurnakan dan memperbaiki bukan untuk merusak dan memperburuk sebuah artikel ." Ujar Mr.Jang masih dengan suara yang membentak, Aarin dan kedua rekannya yang lain hanya bisa menunduk.

"Saya tidak mau tau, kalian harus memperbaikinya dan saya ingin besok sudah ada di atas meja kerja saya ." Ujar Mr. Jang sambil melemparkan kertas-kertas tak bersalah itu di depan wajah ketiga editor yang masih setia menunduk.

Setelah Mr. Jang pergi ketiganya menghela nafas berlebihan, oh ayolah ingin sekali mereka membalas perkataan Mr. Jang tadi, tapi apa daya kedudukan lebih berkuasa dalam dunia kerja yang kejam ini.

Di saat ke dua temannya sibuk mengumpat dan menyunpah serapahi manager mereka yang killer, Aarin berjongkok untuk mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di lantai.

"Huuh.... rasanya aku ingin sekali menendang wajah Mr. Jang tadi ." Dumel Nayoon dengan wajah marah yang di balas anggukan oleh Dahyun.

"Benar ingin sekali mencakar wajah keriput nya yang sombong itu ." Ujar Dahyun dengan emosi yang sangat ketera.

Sedangkan Aarin tetap diam dan masih memunguti kertas-kertas di lantai, Nayoon dan Dahyun yang melihat Aarin pun mulai ikut menundukkan tubuh mereka dan membantu memunguti kertas-kertas yang berserakan.

"Aarin-na, kenapa kau tidak marah sih, padahal tadi Mr. Jang itu sudah keterlaluan ." Ujar Dahyun kepada Aarin yang hanya diam dengan perlakuan semena-mena manager mereka.

Aarin hanya tersenyum dan tetap mengumpulkan kertas-kertas, membuat Nayoon serta Dahyun berdecak kesal, oh ayolah terbuat dari apa sih hati Aarin itu. Dia tetap tersenyum dan bahkan tak merasa emosi dengan perlakuan semena-mena manager mereka,

"Aarin-na bagaimana bisa kau tidak merasa marah, padahal Mr. Jang itu sudah keterlaluan. Dia membentak, memerintah dan memperlakukan kita seenak jidatnya sendiri. " Ujar Nayoon kesal.

"Lalu apa yang harus aku lakukan, marah ? Berteriak ? Itu hanya akan membuat kita rugi, daripada kita marah dan emosi tidak jelas lebih baik kita perbaiki kesalahan kita agar masalah selesai. Lagipula jika kita marah dan protes yang ada kita yang rugi kita hanyalah seorang karyawan yang memang sudah sepantasnya menuruti atasan, dan lagi ini juga kesalahan kita yang kurang teliti ." Jawab Aarin dengan lembut serta senyuman di wajahnya.

Nayoon dan Dahyun hanya bisa pasrah mendengar perkataan Aarin yang bijak, oh tapi tetap saja mereka masih menyimpan dendam dan juga sumpah serapah di hati mereka untuk Mr. Jang, mereka pun segera memunguti kertas-kertas yang tersisa dan mulai melakukan perbaikan lagi.

_

"Jungkook-ah, apa kau sibuk ?" Tanya sebuah suara sambil menyembulkan kepalanya ke dalam ruang kerja Jungkook.

Jungkook mengalihkan tatapannya dari layar monitor ke arah suara, dan berdecak kesal saat melihat senyum kotak di wajah paripurna itu.

"Aku sibuk, jadi Hyung kembali saja nanti ." Jawab Jungkook sinis.

Lelaki dengan senyum kotak itu malah tertawa mendengar perkataan Jungkook yang sinis itu, dia pun langsung bergegas masuk dan duduk di sofa hitam yang terdapat di dalam ruangan itu.

"Kau harus lebih ramah Jungkook-ah atau kau akan cepat tua, lagipula aku ini tetaplah atasanmu ." Ujar lelaki dengan senyum kotak itu .

Jungkook memutar bola matanya dan mulai beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri sofa lalu duduk di sofa singel di samping pemuda berwajah luar biasa tampan itu.

The Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang