Alice POV
Kami di sini hari ini. Di pameran seni yang diadakan kampus kami. Berdiri di depan sebuah lukisan yang di dalamnya terdapat seorang wanita dan seorang pria yang sedang berada di tengah-tengah kota. Kota yang tak berpenghuni sama sekali.
Aku tersenyum bangga.
"Lukisan lo bagus banget." Ucap cowok yang berdiri tepat di sebelah kananku.
"Ini emang bakat gue sejak lahir." Jawabku membangga-banggakan diri sendiri.
"Itu pakaian yang gue pake pas pertama kali lo ketemu sama gue, gue cakep banget yah waktu itu. Tapi kenapa lo make pakaian rumah sakit? Gue nya udah cakep kayak agen rahasia, tapi lo malah kayak---"
"Kayak apa ha? Lanjutin lanjutin." Ucapku seraya tersenyum paksa.
"Ssst. Selo dong." Ucapnya seraya menepuk pelan puncak kepalaku.
Tunggu. Bukannya aku sedang marah, tapi kenapa aku malah tersenyum?
Sudah lima tahun sejak semuanya terjadi. Dan sekarang kami berdua sedang menjalani sebuah hubungan yang biasa disebut P-a-c-a-r-a-n. Orang tua kami bertanya-tanya bagaimana kami bisa mengenal satu sama lain.
Awalnya terasa canggung. Aku berumur sembilan belas tahun ketika aku bertemu dengannya setelah koma.
Tapi, kami kembali ke masa lalu. Yang membuat aku berusia enam belas tahun... lagi. Orang tuaku terkejut ketika Jax tiba-tiba datang ke ruanganku dan memelukku.
Kota yang ditinggalkan.
Itu tempatnya, di situlah aku bertemu dengan Jax. Kita tidak akan kembali ke sana lagi. Sebenarnya sebagian dari diriku merindukan tempat itu, meskipun sedikit menyeramkan. Entah mengapa aku merasa rindu saja, tapi bukan berarti berencana untuk kembali ke sana.
Saat itu kami rela menentang nasib hanya untuk bersama. Kami rela mengambil risiko.
"Alice?" Panggil Eri. Seorang staf pameran seni.
"Ya?"
"Ada yang mau beli lukisan lo, dia bahkan mau bayar tiga kali lipat dari harganya, selamat yah." Ucapnya tersenyum.
"Ha? Tapi itu kan cuma lukisan biasa. Siapa yang mau membelinya?"
"Dia gak nyebutin nama tapi dia ninggalin pesan ini." Ucap Eri seraya memberikan sebuah surat berwarna coklat.
Aku mengambil surat itu dari tangan Eri lalu segera membuka surat itu.
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Aku melihat kalian berdua melewati masa-masa itu dengan baik. hiduplah dengan bahagia, Alice & Jacques.
- D.
Aku mengingat tulisan tangan ini. Aku berbalik. Di sana aku melihat seorang wanita dan pria yang sedang berjalan bersama.
Tapi perlahan mereka menghilang dari pandanganku.
Siapa mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALICE'S DAIRY
Random"Jika Hawa adalah wanita pertama di Bumi.... Maka aku yang terakhir." Namaku Alice, "Gadis terakhir di planet ini." Dan ini buku harianku. Cover by @just-clu