CHEN POV
"NANA HAMIL??!!" Gue berseru barengan sama si albino.
Lha, ini laki ngapain ikutan kaget cobak? Yang hamil kan istri gue, kenapa dia ikutan heboh??!!
"Sampai sekarang kamu belum tahu?!" giliran Yoona Noona yang bertanya dengan nada tinggi.
Gue menggeleng dengan masih menatap bingung. Semua hal baru terasa menyerang otak gue dalam waktu bersamaan. Gue bingung harus bereaksi seperti apa.
"Habis kata aku sama kamu, Chen!"
Gue pun juga ga tahu harus bicara apa. Satu sisi gue malu udah nuduh Nana dan atasannya macem-macem. Di sisi lain gue juga kaget dengar kabar Nana hamil.
"Kenapa masih bengong disini??! Cepat pulang sana!" usir Yoona Noona membuyarkan lamunan gue.
Ah iya, gue harus cepet pulang. Lupakan tentang ego dan sakit hati. Nyatanya Nana tidak selingkuh dengan atasannya. Tentang Baekhyun nanti gue urus belakangan. Toh Nana dan Baekhyun memang sudah bersahabat sejak lama.
Tanpa pamit pada keduanya, gue berlari menuju parkiran. Melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, berharap cepat sampai rumah. Dua kata yang selalu terngiang di pikiran gue, Nana hamil!
"Shit! Goblok lo, Kim Jongdae!" umpat gue merutuki diri sendiri. Apalagi saat gue mengingat semua perkataan kasar dan sikap gue, makin menggunung rasa sakit di hati gue.
Sampai dengan siang tadi, gue merasa nyeri di hati karena mengira Nana mengkhianati pernikahan kami. Tapi sekarang, rasa sakit itu berkali-kali lipat gue rasakan karena salah paham dan menyakiti istri gue. Istri gue yang sekarang tengah hamil.
Dengan berlari, gue memasuki apart. Sepi. Segera gue naik ke kamar, berharap Nana sedang tidur siang. Tetap sepi dan kamar dalam keadaan sangat rapi. Gue segera merogoh hape dan menelepon Nana, tidak aktif.
AAARRRGGGGHHHH!!!!
Ini bini gue kemana, Ya Tuhan!! Saat akan keluar dari kamar, sempat gue menoleh nakas. Lho, itu hape Nana tapi mati. Berusaha gue nyalakan tidak bisa, sepertinya baterainya habis. Nana tipe cewek masa kini yang tidak bisa lepas dari hape. Hal yang sangat mustahil hapenya tertinggal di kamar sampai dalam keadaan mati seperti ini. Gue makin panik.
Pikiran gue mulai merujuk pada hal-hal negatif. Segera gue membuka lemari pakaian, syukurlah pakaian Nana masih lengkap. Artinya dia tidak berniat kabur dari apart, lalu dia dimana sekarang?
Gue tutup lemari, tapi gerakan gue terhenti karena melihat laci jam tangan gue tidak tertutup sempurna. Saat gue dorong, seperti ada sesuatu yang mengganjalnya. Gue buka dan menemukan sebuah kotak berwarna biru tua.
"Ini apa? Bukan kotak jam tangan gue!" gumam gue sambil membukanya.
Seketika itu juga tubuh gue lemas. Rasa panik yang dari tadi berkecamuk, melesak kuat dan membuat air mata gue meluncur deras. Rasa penyesalan dan sesak menghantam dada gue. Di dalam kotak itu, ada sebuah tespek dengan dua garis merah dan sebuah surat kecil.
-
Annyeong, Daddy!! Dapat salam kecup sayang dari yang sudah ditunggu-tunggu. I love you 😘😘
-Tangisan gue makin keras. Gue terisak sambil terduduk bersandar pada pintu lemari yang masih terbuka. Nana menyiapkan kejutan ini tapi gue malah menyakitinya begitu dalam. Gue menuduhnya dan membentaknya dengan segala macam kata tak pantas. Parahnya lagi gue berlaku kasar padanya malam itu.
"Maaf, Na! Aku minta maaf."
"Kamu dimana sekarang?"
"Aku kangen banget sama kamu, Na!"
Gue terus meracau sambil sesenggukan. Andai bisa, gue pengen berlutut saat ini juga di depan Nana. Meminta maaf dengan cara apapun.
Hampir satu jam gue menangis sambil mendekap surat kecil yang sekarang sudah hampir basah keseluruhan karena air mata gue. Selama itu pula gue belum melihat tanda-tanda Nana ada di dalam apart. Otak gue serasa lumpuh untuk berpikir. Sampai pada satu titik, gue mengingat seseorang.
"Baekhyun pasti tahu sesuatu. Dia bersama Nana saat gue pergi dari sini malam itu."
Bergegas gue turun menuju bassement dan kembali melajukan mobil dengan cepat ke kantor. Karena segala hal yang terjadi, gue yang harusnya kembali saat jam makan siang usai, ini malah sampai di kantor hampir waktu pulang. Gue abaikan sapaan satpam, berlari menuju lift. Beberapa orang menganggukkan kepalanya ke gue dengan tatapan bingung. Tentu saja, bos mereka berlari di dalam kantornya sendiri dengan wajah sembab dan jas yang sudah tidak rapi.
Sampai di depan ruangan gue, yang artinya di bagian paling depan ada meja Baekhyun, gue dihadiahi tatapan marah. Bisa gue maklumi, pasti tamu yang harusnya gue temui sudah pulang. Ya, gue memang seharusnya ada janji lagi setelah dari restoran.
"Anda dari mana saja, Pak? Saya telepon dari ta...."
"Masuk ke ruangan saya!" potong gue cepat.
Gue menunggu Baekhyun masuk ke ruangan. Saat dia masuk dan menutup pintu, dengan cepat gue segera menghampirinya dan mencengkeram kedua bahunya.
"Baek, Nana dimana?"
Ekspresinya berubah. Ada gurat yang lebih dari sekadar marah di sana. Sebelah tangannya melepas cengkeraman cengkeraman, menepis tangan gue dengan kasar.
"Apa yang Bapak tanyakan?"
"Dimana istri gue?!" mendengar kata 'gue' muncul seringaian dari bibir Baekhyun. Oke, dia sudah paham bahwa obrolan kali ini bukan tentang atasan dan sekretaris.
"Istri? Emangnya lo punya istri?" dia pun membalas dengan sapaan tidak formal.
"Gue tanya baik-baik sekali lagi ya Baek, dimana istri gue?!"
"Lucu sekali! Suami mana yang bertanya tentang istrinya ke orang lain? Apa lo pikir pertanyaan lo itu wajar?"
"Bangsat!!!!" habis sudah kesabaran gue. Sebelah tangan gue sudah terkepal siap mendarat di pipi Baekhyun. Tapi dengan cepat dia menangkis dan malah mendaratkan kepalannya di pipi sebelah kiri gue.
Pukulan telak itu membuat gue terdorong ke belakang. Gue jatuh tersungkur.
"Lo yang bangsat!!! Gimana rasanya?? Sakit??? Itu pukulan dari Nana buat lo!!! Dari orang yang sampai detik ini masih peduli sama lo meski perlakuan lo padanya sangat tidak manusiawi!!!"
Ruangan ini kedap suara dan kacanya tidak tembus pandang. Jadi bisa dipastikan semua yang terjadi di dalam sini tidak terlihat atau terdengar dari luar. Itu membuat gue dan Baekhyun bisa berkelahi dengan puas. Satu lagi, tanpa cctv. Arena yang sempurna bukan?
Gue berdiri. Kembali menghampiri Baekhyun dan mencengkeram kerah kemejanya yang sudah berantakan. Dia menatap gue nyalang. Sama sekali tidak ada sorot takut atau segan di sana.
"Lo sembunyiin istri gue dimana??!!!!"
"Bukan gue yang nyembunyiin. Nana yang ga mau ketemu lo lagi!"
"Baek, istri gue lagi hamil! Lo jangan macam-macam!"
"Oh jadi lo udah tahu pada akhirnya. Bagus! Ya, Nana hamil dan GUE yang bakal jadi bapak dari bayinya. Bukan lo!!" dia menunjuk muka gue dan bisa gue dengar dia menekankan kata yang membuat gue semakin hilang akal.
"DIAM!!"
"Lo yang diam!!! Lo ga tau gimana sakitnya Nana saat dia lo katain tukang selingkuh, murahan, ga tahu diri!!! Lo sendiri yang bilang jijik sama dia kan??!!"
"Gue emosi saat itu!!"
"Justru karena lo lagi emosi, semua ucapan itu keluar dari hati lo!! Iya kan??!!"
"BRENGSEK LO, BAEK!!!" tangan gue sudah siap untuk memukulnya lagi, tapi...
"SIAPA YANG KALIAN BILANG MURAHAN??!!"
🐤🐤🐤🐤
Main tebak-tebakan yuks...
Siapa yang datang?? 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
(after) Married You ❌ KJD ✅
FanfictionCOMPLETED ✅ SEQUEL of Married You (KJD) Mature Content 🔞🔞 Disarankan membaca Married You dulu ya 😉😉