Twenty Two

2.3K 105 18
                                    

Hari ini gue diijinkan pulang setelah dirawat selama 4 hari. Semalam kedua orang tua gue dan Mas Dae datang ke rumah sakit, Papah Mamah pasti heboh donk. Gimana ga heboh, mereka mau punya dua cucu di waktu yang hampir bersamaan.

Mamah mulai cerewet maksa gue untuk pulang ke rumah aja biar ada yang jaga. Jelas gue ga mau, jarang ketemu suami donk kalau gue pulang ke rumah Mamah. Sikap seperti ini juga Mamah berikan ke Irene. Beliau ngotot untuk nambah asisten di rumah Bang Suho. Tahu tugasnya apa? Mengikuti Irene kemanapun dia pergi dan beraktivitas. Irene jadi berasa kayak anak TK yang dibuntuti baby sitter, dan gue ga mau bernasib sama seperti itu.

Kalau Ayah dan Bunda malah berulang kali meminta maaf ke gue karena sikap dan ucapan Mas Dae. Bunda sampai memeluk gue dan menangis sesenggukan, berulang kali merapalkan kata maaf dan memohon agar gue tidak menceraikan putranya. Ini yang cerita berlebihan samapi gue minta ceria siapa sih?? Jadi penuh drama kan mertua gue.

Giliran udah gue maafin, Bunda ganti menangis di depan Mamah, meminta maaf berulang kali. Mamah Papah yang awalnya tidak tahu apapun, jelas bingung. Akhirnya Ayah menceritakan garis besarnya, untunglah tidak serinci cerita Baekhyun. See?? Gue beruntung banget kan dapat mertua sebaik mereka?? Itu juga jadi salah satu alasan gue selalu memaafkan Mas Dae. Karena gue tahu, Ayah Bunda akan selalu membela siapapun yang benar, dan tidak segan memberi hukuman meski itu anaknya sendiri.

"Yang, aku ke kantor dulu ya. Jam makan siang aku kesini lagi." ucap Mas Dae samvil menarik resleting tas yang berisi baju-baju gue yang baru dia rapihkan.

"Kalau sibuk ga usah kesini, Mas. Nanti aku bisa minta tolong sa...."

"Aku nanti kesini!"

Dia makin over protective sama gue. Kemarin aja gue pengen makan di kantin bawah, dia heboh pinjam kursi roda. Padahal kaki gue sehat dan justru ibu hamil kan harus banyak jalan ya. Dia malah ngomel segala kata "tega dan puas" dibawa-bawa.

"Iya,"

Dia mendekat. Mengusap puncak kepala gue dan mengecupnya, "Jangan keluar kamar selagi aku ga ada."

"Iya,"

"Camilan dan makan siangnya nanti harus dihabisin."

"Iya,"

"Kalau ada apa-apa langsung telpon aku sampai aku angkat."

"Iya,"

"Kamu iya iya mulu!"

"Nanti kalau aku jawab panjang lebar Mas marah lagi."

Entah ya, sejak tahu hamil perasaan gue sensitif banget. Kadang pengen nangis sendiri, mudah tersinggung, tiba-tiba pengen ketawa padahal ga lucu-lucu banget, atau uring-uringan ga jelas.

"Aku ga marah, Sayang. Aku cuma khawatir, masa ga paham kalau aku khawatir?"

"Iya paham, makanya aku iyain aja biar kamu ga makin khawatir."

Dia tersenyum lalu memeluk gue.

"Maaf, aku keterlaluan ya ngatur-ngatur kamu?"

Nyadar juga ini si bapak kalau mulai agak keterlaluan.

"Gapapa Mas, demi aku dan Baby Kim kan?" gue balas memeluk dan mengusap punggungnya.

"Cukup sekali kemarin aja aku nyelakain kalian. Selanjutnya aku bener-bener pengen jagain kalian."

"Iya, Daddy!"

Dia terkekeh, "Sumpah ya Na, aku suka banget kalau kamu panggil daddy gitu! Kalau pas bercinta desahnya panggil daddy ya!"

Astagaaa!!! Ini orang otaknya bisa disapu pake sapu korek ga sih?? Karena emosi gue keplak aja lengannya yang masih memeluk gue. Jelas dia langsung merenggangkan pelukan dan menatap gue.

(after) Married You ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang