Chapter Dua Belas || Tidak Pernah Di Anggap Ada.

1.3K 50 3
                                    

Selamat Membaca
Cerita Halu.

Jangan lupa vote dan komentar.

•••
Hadirmu saja tak di hargai, apalagi kau pergi, tak mungkin di cari.

-Adriella

•••

Pagi di hari kamis ini semua berjalan lancar, tapi tidak dengan laju lalu lintas di daerah Jakarta, adriella harus terjebak macet karena hari ini ia sedikit terlambat, adriella di antar oleh kakaknya ke sekolah.

Di dalam mobil adriella terus saja berbicara tanpa henti hentinya, karna gara gara kakaknya yang mandinya terlalu lama kini ia harus terjebak macet.

" Diem dulu napah dri " stefan sudah kepusingan karna sedari tadi adiknya ini tidak henti henti nya berbicara.

Adriella melipatkan kedua tangannya, menyesali karna telah menyetujui permintaan bundanya yang memintanya untuk di antar sekolah oleh kakaknya.

" kak stefann itu sebenernya cewe atau cowo sih? " tanya adriella dengan nada ketus.

Stefan melongo, bagaimana bisa adiknya ini bertanya hal yang sudah pasti ia tahu jawabannya.

" lo tuh ngawur ya dri, udah jelas jelas gue cowok lah. " jawab stefan yang tak mau kalah dengan adiknya ini.

Adriella tak bersuara lagi, stefan menyadari itu, ia pikir adriella marah kepadanya, buru buru ia menoleh ke arah adriella yang sedang melihat ke arah luar lewat kaca mobil.

Adriella melihat alano, sepertinya ia juga terjebak macet, seperti biasanya ia menggunakan motor ninja kesayangannya, namun bukan itu yang menjadi masalahnya, seorang perempuan yang di belakangnya bahkan mereka terlihat begitu sangat dekat, Alika.

" dri? are you okay? " stefan menyadarkan lamunan adriella yang masih menatap ke arah luar.

Adriella buru buru mengalihkan pandangannya dari alano, ia menoleh ke arah kakaknya, tak lama ia tersenyum, menandakan seolah tidak ada apa apa.

" jangan bohongin gua dri, siapa tadi yang lo perhatiin? " tanya stefan yang terlihat penasaran.

Adriella menarik nafasnya, perlahan ia hembuskan, berulang kali ia mencoba menetralkan degupan jantungnya yang terasa sakit.

" alano kak " jawab adriella jujur.

Stefan paham pada posisi adiknya, ia sebenarnya ingin sekali menonjok alano, tapi apa haknya? adiknya saja bukan pacarnya, jadi ya mau bagaimana lagi.

Setelah berhasil melewati jalanan yang macet adriella sampai di depan gerbangnya, beruntung masih ada 5 menit lagi waktu bel masuk.

Adriella buru buru turun dari mobil dan langsung berlari memasuki area sekolah.

ia menghentikan aktivitas berlarinya, ia sedikit berjongkok, membenarkan tali sepatunya yang terlepas dan ia sedikit merapihkan seragam sekolahnya yang terlihat sedikit acak acakan.

Suara motor yang baru saja memasuki area parkiran sekolah sangat terdengar jelas di telinga adriella, suara motor itu tidak asing.

HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang