Chapter Tiga Belas || Pilihan Hati

1.2K 38 3
                                    

Selamat Membaca
Cerita Halu.

Jangan lupa vote dan komentar.

•••
Katamu, bukan kah seharunya perasaan ini tidak ada?.

-Adriella

•••

Adriella kini tengah merasa jenuh, sedari tadi otaknya tidak bisa menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh Pak Diman, guru mata pelajaran sejarah.

Athaya yang merasakan adriella tidak seperti biasanya langsung menoleh ke arah samping.

" sakit lagi dri? " tanya athaya memastikan kondisi adriella.

Adriella hanya menggeleng.

" terus kenapa dari tadi lo kaya keliatan lagi rungsing gitu? " tanya athaya lagi.

Belum sempat adriella menjawab, terdengar suara gebrakan meja dari arah depan.

Brakk!!

Sontak semua murid kaget, adriella dan athaya pun langsung melihat ke arah depan, ternyata Pak Diman yang menyebabkan bunyi suara meja yang sangat kencang tersebut.

" Adriella, athaya " panggil Pak Diman dengan wajah yang sangat sulit di artikan.

Adriella dan athaya hanya menunduk, tak berani sedikitpun untuk menatap Pak Diman yang sedang tersulut emosi.

" kaliannn dari tadi mengganggu pelajaran saya, sekarang keluar! " katanya dengan nada sedikit meninggi.

Adriella dan athaya langsung bangun dari kursinya, tak berani protes sedikitpun, karna Pak Diman adalah guru yang paling di takuti di sekolah ini.

Adriella dan athaya berjalan di depan koridor kelas yang terlihat sepi, siswa dan siswi sedang melakukan kegiatan belajar mengajar seprti biasa.

Sedari tadi adriea hanya diam, memikirkan ciaa, mengapa cia tidak masuk hari ini? ia hanya takut jika ciaa terkena masalah lagi akibat dirinya.

" dri, woiii " panggilan athaya barusan membuyarkan lamunan adriella.

" ngelamun mulu lo, anter gua ke toilet ya. " ajaknya yang langsung di setujui oleh adriella.

Adriella menatap bayangan dirinya di cermin besar yang ada di toilet, ia membasuh mukanya dengan air, lalu kembali menatap bayangan dirinya.

" maaf terkadang rasa ini sulit untuk di artikan, kadang meminta agar melepaskan, namun di lain waktu rasa ini meminta untuk tetap ada. "

Athaya keluar dari pintu salah satu bilik kamar mandi, ia mencuci tangannya di westafel, ia menoleh ke arah adriella, gadis itu akhir akhir ini sering melamun, ntah apa yang membuatnya seperti sekarang.

" dri, lo gapapa kan?. " tanya atahaya yang memastikan.

" gue gapapa athayaaa. " jawabnya penuh dengan kebohongan, sejujurnya fikirannta terisi penuh oleh hal hal yang membuat kepalanya terasa pusing.

Adriella dan athaya memilih ke kantin, toh pelajaran Pak Diman selesai sampai jam istirahat jadi apa gunanya mereka menunggu di depan kelas.

Athaya yang sibuk memakan baksonya sedangkan adriella hanya memilih memesan minuman saja, selera makannya sedang tidak bagus.

HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang