14. Keputusan

2.6K 420 51
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

– Bagian 14 –

Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, perasaan Myungsoo masih tidak enak hingga ia memutuskan untuk pergi ke rumah keluarga Bae. Dia tak berencana untuk menemui Suzy, niatnya hanya melihat dari jauh sampai perasaannya membaik. Namun, tidak seperti yang ia harapkan― ia malah bertemu dengan Suzy yang ternyata malam itu pulang terlambat.

Suasananya sekarang canggung, lebih tepatnya seketika canggung ketika Myungsoo sadar bahwa dia membawa wanita itu dalam pelukannya. Wajah Suzy memerah dan Myungsoo yakin dia juga demikian. Terlalu malu untuk menatap kedua mata Suzy, Myungsoo berpaling ke arah lain.

"Kau datang hanya untuk mengatakan hal itu?" Tanya Suzy, menikmati wajah malu Myungsoo. Dia yakin sang pria pasti merasa sangat malu karena tiba-tiba memeluknya terlalu erat.

"Maaf." Ucap Myungsoo kaku, dia semakin membuang wajahnya ke tempat lain hingga Suzy hanya bisa menggulum senyum. "Untuk apa? Pelukan itu?" Pancingnya, sudah tau tapi bertanya.

"Untuk itu juga, dan...banyak hal."

"Misalnya apa?"

"Hanya―" Ponsel Suzy berbunyi saat Myungsoo akan menjawab pertanyaan. Perhatian Suzy pun teralihkan, dia merogoh ponsel dari dalam tas sandang lalu wajahnya mencebik. "Ayah menelpon, sepertinya dia tau bahwa aku belum pulang." Suzy mengangkat ponselnya ke arah Myungsoo, kata ayah terlihat jelas di layar sebagai pemanggil.

"Kau harus masuk. Aku juga harus pergi segera." Balas Myungsoo cepat. Belum sempat melangkah mundur saat tangan Suzy menahan tangannya, "terima kasih karena sudah datang." Ungkap sang wanita, tersenyum tulus.

"Kita akan bertemu besok, bukan?"

Myungsoo menatap lekat Suzy lalu melihat ke arah tangannya yang ditahan oleh sang wanita. Dia belum membuat keputusan. Sejujurnya dia belum menentukan pilihan. Apakah dia harus tetap seperti sebelumnya atau berada di sisi Suzy dan ingkar janji. Woo Jin pasti akan sangat marah padanya jika dia memilih opsi kedua.

"Seperti biasa, kau tidak akan menjawab dengan cepat." Suzy tersenyum kecut saat ponselnya kembali berbunyi untuk yang kedua kalinya. "Pulanglah! Aku akan menemuimu besok, detektif." Suzy menarik tangannya yang tadi menahan tangan Myungsoo, kini melangkah mundur kemudian berbalik.

"Aku sudah di depan rumah ayah."

Di posisinya, Myungsoo masih bisa mendengar kalimat demi kalimat yang Suzy ucapkan guna membalas kalimat yang tuan Bae lontarkan di sambungan telepon. Wanita itu menjauh kemudian menghilang dari pandangannya tanpa berbalik sedikitpun. Myungsoo terus memperhatikan itu, bahkan ketika Suzy sudah tak berada di sana.

Aku tidak tau sampai kapan Suzy akan bertahan, namun percaya padaku, jika kau terus begini― dia akan pergi, dia akan hilang.

Seketika― Myungsoo menelan saliva. Hal yang paling ia inginkan selama ini adalah, Suzy menghilang dari hidupnya dengan demikian dia tak perlu melanggar janji yang telah ia buat dengan kakak lelaki wanita itu. Namun, sesuatu di dalam dirinya tidak menginginkan itu terjadi.

Dilema.

Only You

Salah satu alasan kenapa Myungsoo menghindari dan juga mengabaikan Suzy adalah karena janjinya pada Woo Jin. Alasan lain, tentu saja harga dirinya. Dia bukan orang yang tak bisa menilai situasi, dapat ia lihat bahwa Woo Jin sangat memandang rendah dirinya dan juga keluarganya terlepas dari kejadian di masa lalu di mana Suzy terselamatkan karena mereka.

Only You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang