--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- Bagian 2 -
November 2001, 14.00 siang.
Satu jam setelah penculikan, masih belum ada telepon dari sang penculik membuat tim yang bertugas gelisah. Semua peralatan masih menyala, mereka telah mengatur sistem suara yang membuat mereka bisa menganalisis suaranya bersamaan. Alat-alat itu dikaitkan ke ponsel yang membuat ponsel tersebut langsung terhubung dengan sistem pelacak lokasi. Seandainya sang penculik menelepon dan bicara untuk beberapa menit, maka tim akan bisa melacak keberadaannya segera.
Sayangnya tidak semudah itu, karena nyatanya belum ada telepon masuk sama sekali. Mau itu di ponsel tuan Bae, nyonya Bae bahkan telepon rumah.
"Mau sampai kapan kita menunggu? Bukankah ini sudah terlalu lama?" Bae Woo Jin berdiri dari posisi duduknya yang sedari tadi gelisah, kakak tertua Bae Suzy tersebut menatap nyalang detektif yang duduk berbaris di depan dan juga kedua orangtuanya. Menatap peralatan mereka yang tak berguna. Menanti sesuatu yang tak pasti.
"Bagaimana dengan mobil patrolinya? Tidakkah mereka sudah menemukan sesuatu?" Tanyanya lagi, semakin gelisah. Pria berusia belasan tahun itu melirik jam dinding besar di rumahnya lalu menatap sang ayah, "lakukan sesuatu ayah. Suzy belum ada kabar sejak satu jam yang lalu!"
"Tenanglah Woo Jin."
"Ayah, bagaimana bisa aku tenang. Suzy diculik dan belum ada kabar dari penculik itu." Lawannya, mengebu-gebu. Orang-orang di ruangan tersebut melihat ke arahnya, suara tangis kembali terdengar. Nyonya Bae tiba-tiba menangis keras, membuat tuan Bae mau tidak mau menghela napas.
"Naik ke atas dan temani adik-adikmu. Jangan membuat masalah semakin runyam."
"Ayah."
"Semua orang berusaha, jadi tenanglah dan tunggu."
Woo Jin mengacak rambutnya kesal, melangkah menjauh dari kumpulan orang-orang yang ada di sana. Menaiki tangga dengan hentakan kaki pertanda bahwa suasana hatinya sedang sangat buruk. Semua orang mengerti, karena mereka juga berada dalam suasana hati yang sama.
"Ketua, maknae menelepon. Katanya Kang Ho mulai bergerak guna mencari."
"Kang Ho?" Hyun Joo langsung berdiri, meraih ponselnya dan berlalu pergi. Dia harus menghubungi Kang Ho dan bertanya tentang apa yang sang pria Kim itu rencanakan.
◄ Only You ►
"Bagaimana mungkin ada begitu banyak titik buta di cafe mewah seperti ini."
"Tidakkah menurut Anda ini penculikan yang terencana? Penculik itu bisa melewati semua CCTV dan tidak terlalu menarik perhatian."
Kang Ho diam, melihat-lihat ke sekeliling lalu menunjuk ke arah salah satu mobil yang terparkir tidak jauh dari cafe anak-anak yang sekarang telah menjadi TKP. "Apakah mobil itu sudah berada di sana sejak pagi?"
"Sepertinya begitu." Jawab sang bawahan.
"Cari tau pemiliknya dan pinjam memory card kamera depan mobil."
"Anda akan melakukan itu lagi?"
"Tentu saja, kau pikir ada cara lain?"
Sang bawahan menghela napas, walaupun begitu dia tetap melakukan apa yang sang atasan perintahkan. Sepertinya ia akan lembur lagi kali ini, tidak semudah yang ada di drama-drama, menonton video dari memory card ini benar-benar merusak kepalanya. Kalau begini terus, dia akan mati muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You [END]
Fiksi PenggemarHanya butuh beberapa detik bagiku untuk jatuh cinta padamu. Ya, semudah itu. ©LoveSooji | Published : 13 November 2019