Alya merasa sedih, ia akan ikut bersama suaminya dan tidak mungkin lagi menetap di rumah orang tuanya. Ia merasa berat meninggalkan rumahnya, meski nanti ia akan sering mengunjungi keluarganya, masih saja Alya merasa sedih karena terpisah. Bagaimanapun juga, kini ia sudah menjadi seorang istri, ia akan ikut tinggal bersama suaminya. Selama ini Alya tidak pernah terpisah dari ibunya, kini keadaan memaksanya untuk tinggal terpisah dengan sang ibu.
"Sudah ih, masa nangis. Gak malu diliatin suami," ucap Halimah sambil terkekeh melihat anak bungsunya menangis.
"Jarak rumah kamu juga gak jauh banget, masih bisa ketemu," ucap sang kakak ikut menenangkan adiknya. Meski Alya sudah berumur dua puluh empat tahun, ia memiliki sisi lain, ia mempunyai sifat manja.
"Tetap saja Lya sedih karena sudah tidak tinggal satu atap lagi. Ma, Lya pergi dulu, Mama jaga kesehatan, Lya janji pasti akan sering menjenguk Mama dan Kakak. Kak, jagain Mama ya!"
"Iya, Dek," jawab Luna.
Luna memang tidak tinggal bersama ibu mereka, tapi rumahnya bersebalahan. Ia tinggal bersama sang suami, mereka juga baru menikah empat bulan lalu.
"Fakhri, mama titip Alya! kalau dia salah tegur aja."
Fakhri mengangguk sambil tersenyum. "Iya Ma, saya izin membawa Alya dan kami pasti akan sering ke rumah Mama."
"Ya udah, kami pergi dulu." Alya mencium punggung tangan sang mama, begitu juga dengan Fakhri.
Setelah bersalaman dan berpamitan, mereka berdua meninggalkan halaman rumah.
Sebelum tinggal di rumah baru yang Fakhri siapkan, mereka ke rumah orang tua Fakhri terlebih dahulu. Rencananya mereka akan menginap di sana.
"Sepertinya kamu tidak bahagia pindah?"
"Eh, bukan begitu Mas, hanya saja ... butuh waktu untuk menjalaninya tanpa mama agar terbiasa," jawab Alya sambil menunduk.
"Aku pasti akan sering membawa kamu ke rumah mama, Ly. Kamu bilang saja kalau mau bertemu mama."
"Iya Mas."
"Kamu sakit, Ly?" tanya Fakhri menatap Alya lalu kembali menatap jalanan.
"Enggak, cuma tidak enak badan aja Mas, mungkin karena kelelahan."
Fakhri mengusap tangan Alya. "Nanti setelah sampai di rumah kamu langsung istirahat!"
Alya mengangguk mengiyakan permintaan sang suami. "Iya Mas."
"Apa sebaiknya kita ke dokter saja?"
"Ngapain ke dokter? kan suami aku seorang dokter," jawab Alya tersenyum lebar. Ia sudah merasa tidak canggung lagi berbicara dengan Fakhri, awal-awalnya memang canggung, apalagi Alya yang sangat jarang berinteraksi atau berbicara dengan lawan jenis.
"Eh, hehehe ... iya juga ya? nanti mas periksa kamu. Semoga hanya kecapean."
Fakhri memang seorang dokter, ia bekerja di rumah sakit milik keluarganya sendiri dan di rumah sakit itulah awal mula mereka bertemu.
Fakhri Husein Prawira adalah anak bungsu dari pasangan Juandi Prawira dan Sandra. Anak pertama mereka bernama Syakila, seorang desainer cantik dan cukup terkenal. Berbicara tentang keluarga Prawira, keluarga Alya memang tidak sepadan dengan mereka yang dari kalangan orang yang berada. Sedangkan Alya? dia terlahir dari keluarga sederhana beda dengan keluarga suaminya. Namun, Fakhri dan keluarganya tidak peduli itu, mereka menerima Alya tulus tanpa memandang status ekonomi.
Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit, mereka sampai di kediaman orang tua Fakhri. Ini kedua kalinya Alya ke rumah mertuanya, sebelumnya ia dan keluarga sudah pernah diajak ke rumah Fakhri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Jodohku
General FictionFakhri jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang wanita bernama Alya, bukan kecantikannya yang membuatnya jatuh cinta melainkan kesederhanaan dan akhlak yang Alya miliki membuat Fakhri kagum dan jatuh cinta padanya. Pernikahan pun jalan satu-s...