Suasana sekolah mulai terlihat sepi. Bel pulang sudah berbunyi setengah jam lalu. Alya keluar dari ruangannya dan melangkah menuju parkiran motor. Ia tidak langsung pulang ke rumah, Alya mempunyai janji untuk bertemu dengan Fira. Entah kenapa tiba-tiba sahabatnya itu ingin bertemu dengannya.
Alya mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Perasaannya masih sama, sudah dua hari Fakhri pergi sudah dua hari juga dirinya bersedih atas kebenaran yang baru ia ketahui. Sampai detik ini belum ada keputusan yang akan ia ambil, ia masih memikirkannya. Ia dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit untuk ia pilih. Hatinya teramat sakit menghadap kenyataan pahit, ia memikirkan bagaimana respon keluarganya jika ia memilih untuk bercerai. Jika bertahan? rasanya ia tidak mampu, ia tidak kuat jika harus berbagi suami.
Tanpa terasa, Alya sudah sampai di kafe tempat Fira ingin bertemu. Setelah memarkirkan motornya, Alya melangkah memasuki kafe.
"Lya!" Fira memanggilnya sambil melambaikan tangan.
Alya langsung menghampirinya, ternyata Fira tidak sendirian ada sosok wanita berhijab biru langit yang sangat ia kenal sedang duduk di samping Fira dan tersenyum manis menatapnya.
"Rara?" ucap Alya.
"Lya!" Wanita itu bangkit dari duduknya lalu memeluk Alya. "Ya ampun, aku kangen banget!"
Alya membalas pelukan wanita itu sambil mengusap-usap punggungnya. "Sama, aku juga." Air mata mengalir membasahi pipinya.
"Eh, kok malah nangis?"
"Kamu tinggal di negeri orang lama banget! Gak pulang-pulang lagi!"
"Kalian berdua duduk gih, tuh diliatin orang," ucap Fira.
Alya melepaskan pelukannya, lalu duduk di kursi yang ada di depan mereka. "Kamu apa kabar?" tanyanya sambil mengusap air matanya.
"Alhamdulillah, baik! kamu gimana? Tambah cantik aja," ucap wanita yang bernama Rara.
"Alhamdulillah aku baik. Kamu juga tambah cantik! Dah pakai hijab lagi."
"Aku aja sampai pangling liat dia, Ly! Berubah banget, tapi Alhamdulillah, akhirnya ... sahabat kita satu ini dapat hidayah," ucap Fira.
"Ya Alhamdulillah banget! Tiba-tiba Allah bukakan pintu hatiku untuk memakai hijab dan berubah menjadi lebih baik."
Alya tersenyum. "Aku senang mendengarnya. Sekarang gak balik ke luar negeri lagi, 'kan?"
"Aku akan menetap di sini! Sudah cukup lah tinggal di negeri orang," jawab Rara.
"Syukurlah."
"Ah iya, aku ada sesuatu untuk kalian." Rara membuka tasnya, kemudian ia mengambil dua lembar undangan berwarna putih. "Ini untuk kamu Ly dan ini untuk kamu."
Deg
Tangan Alya gemetar mengambil undangan itu, tiba-tiba matanya terasa panas ingin mengeluarkan air. Ia tidak menyangka akan mendapatkan undangan itu, undangan pernikahan sahabatnya dan ... Suaminya!
"Wah, kamu sudah dua kali membuatku kaget, Ra! tiba-tiba sudah nyebar undangan. Selamat ya!" ucap Fira langsung memeluk Rara.
Alya menahan air matanya. "Selamat ya, Ra. Semoga kalian bahagia! semoga acaranya juga berjalan dengan lancar."
"Aamiin, terima kasih. Kalian harus datang! Awas aja kalau gak."
"Aku gak janji," lirih Alya. "Ah iya, aku mau ke toilet dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol aja." Alya langsung bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju toilet.
Saat masuk ke dalam toilet, seketika air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga. Alya mengepalkan tangannya menahan rasa sesak di dadanya.
Ya, wanita yang ia lihat di toko buah bersama suaminya itu adalah sahabatnya sendiri dan yang pasti sahabatnya itu juga lah yang menikah dengan suaminya. Bagaimana perasaannya tidak hancur? sahabatnya menjadi madunya, ia berbagi suami dengan sahabatnya sendiri. Alya menangis saat Rara memeluknya, bukan karena ia bahagia bertemu dengan sahabatnya lagi, tetapi ia sangat sakit bertemu langsung dengan istri kedua suaminya dan tahu dengan kenyataan pahit. Bukannya ia tidak ingin bertemu Rara, hanya saja ia merasa belum siap namun, siapa sangka mereka malah bertemu dan pertemuan itu Rara memberikannya undangan pernikahan dengan suaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/207613062-288-k848068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Jodohku
Ficção GeralFakhri jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang wanita bernama Alya, bukan kecantikannya yang membuatnya jatuh cinta melainkan kesederhanaan dan akhlak yang Alya miliki membuat Fakhri kagum dan jatuh cinta padanya. Pernikahan pun jalan satu-s...