Bohong

7K 319 8
                                    

Alya duduk termenung sambil mengaduk minumannya. Matanya menatap cake yang ada di atas meja, entah apa yang sedang wanita itu pikiranku. Fira dari tadi menatap Alya, ia yakin pasti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Lya, kok minumannya cuma diaduk? Bengong lagi. Ada apa sih? ada masalah? Kita ke sini bukan hanya ingin melamun kan?" tanya Fira.

Alya menghela napasnya. "Gak ada apa-apa kok. Cuma lagi kurang enak badan aja," jawabnya.

"Kamu sakit? kok malah ngajak jalan-jalan sih! kalau sakit itu istirahat."

"Aku bosan, biasanya Minggu mas Fakhri ada di rumah. Tapi kali ini dia ada kerjaan. Huh ..."

Fira menyentuh dahi Alya. "Badan kamu lumayan hangat loh. Sebaiknya kita pulang saja."

Alya menggeleng. "Aku gak mau. Di rumah cuma diam aja. Aku gapapa, lagian cuma hangat biasa."

"Huh, kamu ini. Cepat habiskan minuman sama kue kamu, setelah itu kita pulang dan aku akan menemani kamu di rumah."

"Setelah ini aku mau ke rumah mama aja deh," ucap Alya.

"Nah, itu lebih baik!"

Alya mengajak Fira jalan-jalan karena ia bosan sendirian di rumah. Fakhri ada urusan di luar, biasanya hari Minggu suaminya itu pasti ada di rumah. Memang akhir-akhir ini, Fakhri terlalu sibuk berkerja, Alya juga merasa waktunya bersama Fakhri akhir-akhir ini semakin berkurang. Tapi ia tetap berpikir positif, berusaha untuk selalu percaya dengan suaminya dan tidak meragukannya. Namun, tidak bisa dipungkiri terkadang ia bisa bertanya-tanya dengan dirinya sendiri, apakah Fakhri sudah bosan dengannya? Apakah Fakhri sudah tidak sayangi lagi? Apakah karena ia belum hamil Fakhri jadi mengabaikannya. Berbagai pertanyaan yang Alya tanyakan pada dirinya. Seketika Alya mulai merasa sedih dengan sikap Fakhri sekarang, ia sudah tidak mengenal Fakhri lagi.

"Alya!"

"Astaghfirullah."

"Tuh kan, melamun lagi. Jangan keseringan bengong," tegur Fira.

"Iya-iya."

"Alya?"

Alya yang merasa disebut namanya menoleh. "Eh, Mas Reza?"

"Ternyata benar kamu, saya kira cuma mirip hehe ... berdua aja? Fakhri mana?"

"Iya, Mas. Mas Fakhir ada urusan. Mas Reza sendirian?"

Pria itu tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak. "Gak, saya lagi nunggu teman," jawabnya sambil tersenyum menatap Alya. "Ah, maaf sudah menggangu kalian. Saya pamit dulu ya, mau nyari tempat duduk."

"Iya, Mas," jawab Alya.

"Siapa?" tanya Fira saat pria itu sudah pergi.

"Temannya mas Fakhri, dia dokter juga."

Setelah minuman dan cake yang mereka pesan sudah habis, Fira langsung membayarnya sementara Alya keluar dari kafe terlebih dahulu.

Tiba-tiba matanya tidak sengaja menatap ke arah toko buah yang ada di sebrang sana, betapa terkejutnya ia saat ia melihat sosok lelaki yang mirip dengan suaminya. Bukan mirip, tapi itu memang benar suaminya. Fakhri bersama seorang wanita yang memakai hijab berwarna abu-abu. Hati istri mana yang tidak sakit melihat suaminya bersama wanita lain, mereka terlihat sangat dekat dan hal yang membuat dada Alya sesak saat melihat Fakhri mengusap pundak wanita itu dan merangkulnya. Alya sangat tahu, suaminya anti bersentuh dengan lawan jenis, suaminya tahu batasan.

Alya langsung mengambil ponselnya lalu menelepon sang suami. Ia hanya ingin memastikan kalau suaminya tidak berbohong.

"Assalamualaikum, Mas," ucap Alya terus menatap ke arah mereka.

Kamu Bukan JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang