Tanpa terasa, sudah satu tahun aku dan Mas Fakhri hidup bersama. Sudah banyak hal yang kami lalui bersama dan ada banyak hal yang sudah terjadi. Semua berjalan dengan sempurna tanpa masalah besar. Pertengkaran kecil memang pernah terjadi, bukan kah itu hal yang biasa?
Aku selalu berdoa, semoga pernikahan ini akan tetap bertahan sampai maut memisahkan. Aku selalu berdoa semoga kami selalu diberikan kebahagiaan, kesehatan dan juga anak. Mas Fakhri sudah sangat menginginkan hadirnya buah hati diantara kami, begitupun aku. Namun, Allah meminta kami untuk terus bersabar dan selalu ikhtiar. Allah belum memberikannya. Meskipun begitu, kami bahagia, hanya saja kebahagiaan itu rasanya kurang lengkap tanpa hadirnya seorang anak.
"Nak." Suara lembut mama menyadarkan ku dari lamunan.
"Kenapa, Ma?"
"Mikirin apa? Dari tadi mama perhatikan diam aja," ucap mama.
"Gak ada kok, Ma," jawabku sambil tersenyum.
Mama mengusap punggung tanganku. "Ada masalah, hem?"
Aku menggelengkan kepala. "Gak ada, Ma."
"Lya akhir-akhir ini suka melamun, Ma," ucap mas Fakhri. Saat ini kami sedang berada di rumah mama.
"Tuh, pasti ada sesuatu yang kamu pikirkan." Aku kembali menggelengkan kepalaku, menyangkal ucapan mama, walau sebenarnya memang ada hal yang aku pikirkan.
"Mas, aku izin ke TK Al-Qur'an dulu ya? Mau ikut gak?"
"Pergilah, mas di sini saja."
"Mau ketemu Fira. Ya udah, aku pergi dulu."
"Nanti kalau pulang belikan mama gula ya, Ly. Gula habis hehe," ucap mama.
Aku mengangguk sambil terkekeh. "Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Aku mengeluarkan sepeda yang sudah cukup lama tidak aku pakai, tapi kadang mama yang memakainya.
Jarak dari rumah ke TK Al-Qur'an tidak jauh, itu sebabnya aku hanya menggunakan sepeda. Aku ingin bertemu Fira, di sana lah aku bisa menemuinya. Sore-sore seperti sekarang jadwalnya mengajar anak-anak mengaji.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, aku sampai ditujuan ku. Banyak anak-anak yang sedang beristirahat setelah selesai mengaji, sekarang mereka sedang menunggu shalat ashar dan setelah itu baru diperbolehkan untuk pulang.
"Ustadzah Alya ..." Tiga gadis kecil berlari menghampiriku.
"Hai, jangan lari-lari!" tegurku.
"Ustadzah Alya lama gak keliatan," ucapnya yang kini sudah berada di depanku. Mereka langsung mencium punggung tanganku.
"Hehe, maaf ya. Ustadzah sekarang jarang ke sini."
"Ustadzah pasti mau ketemu Ustadzah Fira, 'kan?"
"Eh, kok tau?" Aku mencubit pipinya.
"Tau dong. Vivi panggilkan ustadzahnya dulu ya," ucap Vivi.
"Iya, Sayang. Terima kasih," ucapku. "Ayo kita ke sana," ajakku pada dua gadis cantik yang masih berada di depanku.
Aku memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di bawah pohon, mereka masih setia menemaniku sambil menunggu Fira.
"Dena sudah kelas satu, 'kan?" tanyaku.
"Iya, tapi sayang ... Dena gak sekolah tempat Ustadzah ngajar. Huh, padahal Dena pengen banget ketemu Ustadzah setiap hari," ucapnya.
Aku terkekeh mendengarnya. "Kenapa pengen ketemu ustadzah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/207613062-288-k848068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Jodohku
פרוזהFakhri jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang wanita bernama Alya, bukan kecantikannya yang membuatnya jatuh cinta melainkan kesederhanaan dan akhlak yang Alya miliki membuat Fakhri kagum dan jatuh cinta padanya. Pernikahan pun jalan satu-s...