Cinta

6K 261 2
                                    

Cinta? ini untuk kedua kalinya aku merasakan apa itu cinta. Dulu aku pernah merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya, entah itu benar cinta atau hanya hawa nafsu. Aku memilih untuk memendam perasaanku, aku tidak mempunyai keberanian untuk menyatakannya, jangankan menyatakan perasaan cinta, berbicara dengannya pun aku tidak bisa. Aku sangat membatasi diriku dengan para lelaki, aku sangat jarang berinteraksi dengan mereka di sisi lain aku seorang wanita yang cukup pemalu.

Allah tidak pernah memberikan cinta yang salah, tapi kebanyakan orang yang salah dalam mencintai, pacaran contohnya. Pacaran? Oh tidak, aku tidak pernah merasakan apa yang anak-anak muda jaman sekarang rasakan dan lakukan. Aku terlalu takut merasakan apa itu namanya patah hati, bukan itu alasannya. Paman selalu menasihatiku untuk tidak terjerumus dalam aktivitas pacaran. Paman bilang, "Pacaran cuma dapat dosa dan tidak ada berkahnya sedikitpun, tidak ada untungnya justru rugi. Sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita solehah. Jadilah wanita ibarat bunga mawar yang Indah yang berada di tepi jurang yang susah di dapatkan tetapi beruntung dimiliki. Wanita itu sangat berarti dari apapun dan kehormatanmu jangan kamu berikan kepada orang yang belum pantas mendapatkannya, contohnya cinta kamu. Jagalah sebaik-baiknya kehormatan kamu hanya untuk lelaki yang nanti menjadi pasangan halalmu."

Aku selalu ingat nasihat paman itu. Mama juga pernah bilang pacaran itu tidak menjamin aku bahagia namun, terjamin aku pasti akan terluka. Aku setuju dengan pendapat mama, kenapa? karena pacaran adalah dunianya drama. Kebahagiaan di pacaran hanya sementara, karena pada akhirnya kalian pasti akan terluka dan membuat waktu kalian terbuang sia-sia hanya untuk melupakan dirinya.

Jadi, selama ini aku memutuskan untuk tidak pacaran dan memilih untuk sendiri sampai akhirnya status kesendirianku kini sudah berubah menjadi seorang istri. Pacaran setelah menikah adalah salah satu keinginanku sejak dulu. Dan sekarang, Allah kabulkan keinginan itu. Aku katakan sebelumnya aku memang pernah jatuh cinta namun, perasaan itu tidak sehebat apa yang kini tengah aku rasakan. Aku akui, aku sudah jatuh cinta pada sosok pria yang sudah sah menjadi suamiku. Mas Fakhri, pria yang beberapa bulan lalu baru aku kenal sekarang Allah takdirkan menjadi suamiku. Sampai sekarang aku masih tidak menyangka dengan apa yang sudah terjadi, pria yang sebelumnya tidak aku kenal kini menjadi suamiku. Aku hanya berharap semoga esok dan nanti mas Fakhri akan selalu menjadi suamiku sampai maut memisahkan kami.

"Lya." Suara itu mengalihkan perhatianku yang sedang menggoreng ayam.

"Ada yang Mas inginkan?"

"Gak ada, sini mas bantu."

"Sebentar lagi masak, Mas duduk manis saja, okay?" ucapku. Saat ini aku sedang sibuk berkutat di dapur memasak untuk makan malam. Sebenarnya mas Fakhri ingin ada asisten rumah tangga yang membantuku mengurus rumah dan lainnya namun, aku menolak dengan alasan aku bisa dan mampu melakukannya sendiri. Selain itu, hal itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang istri. Aku ingin, aku sendiri yang melakukan itu semua.

"Nah sudah masak." Aku membawa beberapa masakan yang tadi aku aku masak ke meja makan.

"Mas yang ngambilin nasinya ya," ucap Mas Fakhri.

"Iya, deh." Aku duduk di depan Mas Fakhri agar makan berhadapan dengannya.

"Segini cukup?" tanyanya

"Cukup, Mas," jawabku sambil tersenyum. Aku terus memperhatikannya. Semenjak aku tinggal bersamanya, seketika kehidupanku berubah, yang pasti aku merasa lebih bahagia dan banyak hal yang aku lakukan.

"Um ... masakan kamu enak!" ucapnya. Aku tersenyum mendengarnya, dia selalu saja memuji masakan ku.

"Semoga Mas gak pernah bosan makan masakan ku," ucapku.

"Tentu saja tidak! apalagi kamu pintar masak."

Memasak salah satu hal yang sangat aku sukai, sejak kecil aku sudah mempunyai hobi memasak dan syukurnya setelah beranjak dewasa hobi itu tidak hilang.

Kamu Bukan JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang