Tengara

40 9 1
                                    

Nerissa : Gue di sekretariat, kalau udah telepon aja.

Qanita : Iya, Seyeng.

Kukunci kembali pintu sekretariat setelah mengirim pesan kepada Qanita. Huh, dasar dosen tidak pengertian. Apa dia tidak tahu kalau aku sudah berjuang sampai menabrak mas ganteng di koridor kelas. Jadi kebayang lagi senyum manisnya. Nggak kuat banget. Aku merasakan tengara bahwa akan bertemu dengannya lagi.

Nerissa : Nanti gue mau ceritaaa.

Qanita : Apaan?

Nerissa : Nanti aja Bambank 😡

Qanita : 🤣🤣🤣

Dasar Qanita, emang dasarnya tukang gibah. Semangat banget kalau dikasih tahu ada bahan pembicaraan.

Tadi aku kan ke sini niatnya mau tidur. Tapi sekarang malah mikirin hal lain. Pemikir banget sih heran.

Kututup mataku, seraya membayangkan kambing-kambing yang berlarian di dalam kepala. Sampai kesadaran menghilang dan terlelap.

♧♧♧

"Lah, ada Icha. Gue kira nggak ada orang," kata seseorang saat membuka pintu sekretariat.

Kududuk dari tidurku dan memperhatikan sang empunya suara. Ternyata dia merupakan orang yang suka berada di sini.

"Eh ada penunggu sekret," godaku saat ia duduk di dekatku.

"Penunggu mbahmu, dikira gue setan apa?"

"Galak banget, Mbak, haha."

Hening menyapa, membuatku mencari-cari kesibukan di dalam ponsel. Ternyata Qanita sudah meneleponku tadi. Tak sadar ponsel masih dalam keadaan silent. Pantas saja telepon dari Qanita tidak terdengar.

Kutekan tombol berwarna hijau di layar. Seraya menyenandungkan lagu yang diputar oleh tetangga. Sekretariat sebelah maksudnya.

"Halo, assalamualaikum, Nit," tuturku kala telepon sudah dijawab olehnya.

"Waalaikumsalam, lo masih di sana?"

"Iya, sorry ponsel gue di-silent tadi. Lo di mana? Gue ke sana deh."

"Di masjid, bosen banget nih. Ke sini cepetan."

"Wait, ya."

Kurapikan barang-barangku setelah panggilan itu terputus. Lalu berpamitan kepada temanku yang berada di sekretariat.

Terik mentari membuatku memicingkan mata karena silaunya. Entah kapan langit akan menumpahkan kesedihannya. Meski tak suka hujan, kini aku menginginkan kehadirannya.

Perjalanan menuju masjid dihiasi dengan obrolan singkat saat bertemu orang yang dikenal. Membuat perjalanan singkat itu menjadi perjalanan yang lama.

Qanita mengerucutkan bibirnya karena sudah menunggu lama. Emang ya, tidak ada yang bisa jauh dariku. Nanti kalau jauh bisa terkena penyakit malarindu lagi.

♧♧♧

Jakarta, 3 Desember 2019

Kirain tenggara, ternyata tengara. Arti dari tengara bisa dilihat ya di gambar. Terima kasih sudah membaca cerita ini ♡

31 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang