O1.2 : how to ikhlas

2.4K 435 41
                                    

O1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

O1.2 : how to ikhlas?

ansel baru aja pulang kerja, sampai rumah jam empat sore. Dan dia rasanya bersyukur banget karna biasanya hampir ga pernah bisa pulang dijam segini. Walaupun ansel dikantor cuma back up sang ayah, ansel tetap punya kendali disana. Terutama dalam meeting, dan memperkuat relasi sama kolega.

"loh, sel? Kok tumben jam segini udah pulang?"

bunda, ansel yang baru selesai buka sepatu langsung bergerak meluk bundanya, erat. Menghela nafas kasar, sesekali menghirup aroma tubuh sang bunda. Adelyna menangkap sinyal lelah dari putra sulungnya, dengan segera ia mengusap punggung sang sulung lembut.

"capek banget, hm?" tanya sang bunda, ansel mengangguk.

"tapi papa pasti lebih capek." ucap ansel, sang bunda terkekeh,

"you did well today." ucap sang bunda, meregangkan sedikit pelukannya sebentar untuk menepuk-nepuk pucuk kepala ansel pelan dengan senyum lembut dibibirnya yang tak hilang. Membuat ansel ikut tersenyum melihatnya.

"papa masih dikantor?" tanya adelyna, ansel mengangguk.

"papa masi sibuk sama beberapa kolega yang mendadak minta tour kantor. papa mungkin ngeliat aku udah capek banget karna meeting kali ini berlangsung alot, papa nyuruh aku pulang duluan. Dan biarin papa ngurus sisanya." jelas ansel.

Adelyna mengangguk seraya menyiapkan segelas air putih untuk anaknya itu. "yaudah, kamu abis ini mandi aja. Terus istirahat ya?" kata adelyna, seraya menyodorkan gelas berisi air putih pada ansel.

Ansel meneguknya seraya menggeleng, "dodo mana?" tanyanya.

"dikamar, tadi si bunda liat lagi sibuk ngelukis untuk persyaratan tes masuk ke sma-nya. Kenapa?" respon sang bunda.

Ansel senyum kecil, "bisa diganggu ga tuh kalo kayak gitu?"

Adelyna terkekeh, "gak tahu, tapi kayaknya bisa. Kenapa sih emangnya?"

"ansel mau ngajak main, udah lama ga main sama dodo."

























ansel melongokan kepalanya ke dalam kamar sang adik yang terpaut 10 tahun dengannya. Senyum dibibirnya mengembang ketika indera penciumannya menghirup aroma khas cat memenuhi ruangan itu. "tok.. tok.. abang ganggu, ga?"

dodo yang lagi sibuk melukis, canvas dimana-mana, tangan yang penuh noda cat itu mendongak, "kalau bukan ayah, ga ganggu." ucapnya singkat, abis itu lanjut melukis lagi.

we're in this together. | pds2-pdxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang