O2.7 : bolehkah merasa lelah?
Adelyna memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah cila, saudaranya. Ia kemudian keluar dengan tergesa, memasuki rumah bergaya joglo itu untuk menjemput putra bungsunya dodo. Hari ini, dodo menghubunginya lewat nomor handphone cila dan bilang ingin pulang ke asrama. Hal itu tentu membuat adelyna seketika semakin merasa bersalah.
Sampai didepan rumah, adelyna langsung disambut pelukan hangat dari saudaranya, cila, dan tepukan lembut dibahunya dari suami saudaranya, hanandi. "dodo lagi main nintendo sama cardio diruang tengah. Ayo." ucap cila, lalu menarik lembut tangan adelyna masuk.
Adelyna menghela nafas saat matanya menangkap presensi dodo yang tengah tertawa lepas bersama cardio. "do.." panggil adelyna lembut.
Dodo yang merasa terpanggil menghentikan tawanya, senyumnya mendadak hilang saat menangkap wujud bundanya yg berdiri didekat om hanandi dan bunda cila. Dodo bangun dari duduknya, diikuti cardio, "kak, dodo balik dulu. Makasih udah nemenin dodo dari kemarin. Salam buat bang gama yang masih tidur." ucap dodo cepat, lalu berjalan mendekat kearah ibundanya.
"aku mau balik ke asrama, aku ga mau pergi kerumah sakit." ucap dodo cepat menatap ibundanya singkat, lalu berpamitan sopan dengan om hanandi dan bunda cila. Kemudian anak itu keluar lebih dulu.
Adelyna menghela nafas, cila melirik kearah suaminya, suaminya mengangguk. Cila mendekat, menyentuh pundak adelyna lembut membuat si empunya terkesiap. "pelan-pelan, dil. Satu persatu pasti bakal selesai." ucap cila,
Adelyna menggenggam tangan cila yang berada dipundaknya, tak lupa memberikan senyumnya, "makasih, cil." ucapnya.
Disisi lain, cardio yg berdiri tak jaub dari sana tersenyum. Meski tak begitu dekat dengan keluarga dodo, cardio bisa tahu ada usaha keras yang tengah dilakukan tante adelyna untuk memperbaiki rasa sakit yang kini tengah dialami dodo. Dan seperti apa kata ibundanya, satu-satu, semua bakal selesai.
"ck, drama keluarga apalagi coba? drama keluarga sendiri aja ga sadar."
cardio refleks menoleh kebelakang saat tak sengaja mendengarkan gumam-an pelan dari arah belakangnya. Dan mendapati gama dengan seringai-an kecil dibibirnya.
Selama diperjalanan, dimobil, ga ada pembicaraan yang tercipta antara dodo dan adelyna. Adelyna sibuk fokus menyetir, sementara dodo sibuk menatap kearah luar jendela. Memperhatikan jalan yang dengan tumbennya kosong terhindar dari kemacetan.
"gimana sama lombanya?" tanya adelyna memecah keheningan.
"all good. Gaada yg perlu dikhawatirin. Dodo udah fix menang, dua minggu lagi bakal ngadain pameran tunggal dengan hadiah studio seni mini dari sekolah." jawab dodo cepat, tanpa menatap kearah ibundanya.
Adelyna membelokan setirnya memasuki halaman sekolah SMA dodo, lalu memberhentikan mobilnya diparkiran kosong, kemudian mematikan mesinnya. "all good? gaada yang perlu dikhawatirin?" tanya adelyna sekali lagi.
Dodo mengangguk, "bunda bisa datang, tapi kalo engga juga ga masalah." ucapnya, mulai membuka pintu mobil.
"dua minggu lagi, kan? Bunda pastiin kalo bunda bakal dateng kesana." ucap adelyna. Dodo mengangguk, lalu meraih tangan ibundanya untuk diciumnya.
"makasih, bunda. Dodo balik dulu." ucap dodo, pamit. Setelahnya anak itu keluar dari mobil. Meninggalkan adelyna dengan keragu-raguannya.
Sebelum dodo benar-benar berlari jauh darinya, adelyna membuka kaca mobilnya, "dodo!" panggil adelyna kencang, membuat dodo berbalik lalu mendekat kearahnya. Merundukan sedikit tubuhnya untuk bisa menatap ibundanya sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
we're in this together. | pds2-pdx
Teen Fictionsetiap kita, punya cerita. #1 on X1 (10012020) #1 on seungwoo (07032020) #3 on X1 (11012020) ©sinema keluarga || lokal || -savageafme.