O1.9 : semua tentang kita.
hanandi baru saja pulang dari rumah sakit. Ia memasuki rumah dan memanggil istri dan anaknya, namun tak ada yang menyahuti. Lantai satu ruang tengah tampak sepi, suaranya bergema. Tapi tak lama, hanandi melihat anak bungsunya -cardio- menuruni anak tangga dengan tergesa. Dengan cepat dio meraih tangan sang ayah dan menciumnya.
"ayah, abis ketemu sama tante adelyna, muka bunda sembab banget. Matanya bengkak, kulitnya merah-merah karna kelamaan nangis. Dio ga tau kenapa, dio ga berani nanya." lapor dio, wajahnya menampilkan raut khawatir.
Jantung hanandi berdegup keras, "bunda dimana sekarang? Ruang kerja?" tanya hanandi cepat.
dio menggeleng, "bukan, bunda dikamar. Ayo, yah, samperin bunda. Dio ga tega liat bunda begitu." ucap dio.
Hanandi mengangguk, "yaudah, ayah ke kamar dulu, ya." ucap hanandi dengan tergesa lalu segera melesak naik ke lantai dua menuju kamarnya dan sang istri.
Tak berapa lama ditinggal sang ayah, pintu utama masuk rumah terbuka menampak-an sosok sang putra sulung, namanya gama. Kakaknya cardio, kelas tiga SMA.
dio mendekat cepat seraya tersenyum, "kak!" panggilnya, gama hanya diam menatap dio tanpa minat. Dio sebisa mungkin mempertahankan senyumnya, "ayah ad--" ucapan dio terputus sesaat hidungnya mencium bau yang tak asing.
Pandangannya meredup menatap sang kakak, "ayah ada dirumah. Kakak bau rokok, lebih baik kakak cepet mandi daripada kena marah ayah." ucap dio cepat, takut sekaligus khawatir.
Gama mendecih, sekali lagi menatap dio tanpa minat, "apasih. gausah sok peduli."
Lalu gama melengos begitu saja.
hanandi membuka pintu kamarnya, melongokan kepalanya terlebih dahulu untuk mengintip, "sayang?"
"mas!! Huhuuuu"
Tanpa ia duga, cila, sang istri langsung muncul ke hadapannya, menariknya masuk ke kamar lalu memeluknya erat. Dan sedetik kemudian hanandi dapat mendengar suara isakan keluar dari bibir sang istri. Hanandi tersenyum kecil, tangannya tergerak mengusap lembut punggung sang istri. "tenang dulu, ya, kamu. Baru nanti cerita sama aku." ucap hanandi lembut.
Cila menggeleng, kepalanya yang terbenam pada dada bidang suami bergerak mengusak, "aku sayang kalian, aku sayang keluarga ku pokoknya." ucap cila.
Hanandi berdebar, khawatir, "kamu kenapa kok tiba-tiba ngomong begini? Aku khawatir. Tanpa kamu ngomong kita semua tau kalau bunda selalu sayang sama keluarganya." ucap hanandi.
kepala cila yang tadinya terbenam didada sang suami kini mendongak, menatap suaminya sayu, "saudara perempuanku, adelyna. Dia datang ke rumah cerita masalah keluarganya. Menangis aku merasakan semua pilunya. Gimana rasanya ga adil banget hal itu terjadi dikeluarganya." ucap adelyna, hanandi diam mendengarkan, menatap sang istri dalam-dalam.
"aku seorang ibu, bunda bagi anak-anak-ku. Kalau hal itu terjadi dikeluargaku juga, aku pasti bakal sesedih adelyna. Mas, serius. Mulai detik ini aku mau jaga anak-anak-ku sebaik mungkin." ucap Cila lagi.
"kamu daritadi ngungkit soal anak, jadi ini ada kaitannya sama anak-anaknya adelyna?" tanya hanandi, mencoba menebak.
Istrinya mengangguk, "iya. dodo, mas. Anak kreatif kesayangan adelyna." ucapnya.
"kenapa sama dodo?"
"dia mengaku homoseksual ke bundanya."
Jantung hanandi terasa jatuh, rasa khawatir menyelimuti. Dengan gerakan cepat ia kembali memeluk erat sang istri, "bagaimanapun, adelyna itu saudara kamu. Kamu tau dia ada masalah, sebisa mungkin, kamu ah engga, kita, harus bantu dia. Ingat, kita semua keluarga."
mendengar itu, dalam hati, cila bersyukur mendapat seorang suami seperti hanandi. Sosok suami yang berwibawa serta memiliki rasa peduli yang teramat tinggi. Penuh kasih, sekaligus pengertian. Kebersyukurannya akan itu kemudian dilengkapi oleh hadirnya gama dan cardio sebagai anak mereka. Sulung dan bungsu yang teramat akur dengan karakter masing-masing.
iya, cila bersyukur.
Dan cila, hanya sedang tidak tahu.
suasana meja makan keluarga evan sunyi senyap. Sedari tadi hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan piring yang memecah keheningan. Sebenarnya, sedari tadi, evan sudah gatal ingin mengajak bicara sang istri, yang terlihat begitu murung. namun niat itu ia urungkan hanya karna ia tidak mau merusak suasana makan malam.
suara dering ponsel milik adelyna tiba-tiba membelah keheningan. Baik adelyna dan evan, juga ansel sama sama menatap ponsel adelyna yang bersuara. Evan memicing ketika adelyna hanya menatap kosong kearah ponselnya tanpa ada niat untuk mengangkat.
"kok ga diangkat?" tanya evan, "itu tulisannya dari wali kelas dodo. Mau mas aja yang angkat?" kata evan, menawarkan diri.
adelyna diam sesaat, tapi selanjutnya mengangguk, "i-iya. Mas aja yang angkat."
"bun!" pekik ansel tiba-tiba, membuat adelyna sedikit tersentak, dan sukses membuat evan sepenuhnya curiga.
"kalian berdua nyembunyiin apa dari papa?"
to be continued.
A/N
Ketika masalah keluarga evan belum surut, permasalahan keluarga refat sudah mulai muncul kepermukaan. Ada yang tau apa yang terjadi dikeluarga refat nanti?menurut kalian, ketika evan tau nanti, apa yang akan terjadi? Aku mau tau bayangan kalian hehe.
last, jangan lupa vote dan comment ya, luv! See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
we're in this together. | pds2-pdx
Novela Juvenilsetiap kita, punya cerita. #1 on X1 (10012020) #1 on seungwoo (07032020) #3 on X1 (11012020) ©sinema keluarga || lokal || -savageafme.