O2.0 : percaya, tidak percaya

1.5K 387 62
                                    

O2.0 : percaya, tidak percaya.


keluarga refat, keluarga yang dikenal banyak orang sebagai keluarga idaman. Hanandi dikenal banyak orang sebagai sosok yang pengertian, tinggi rasa peduli, mampu menjaga anak dengan baik, begitu pula dengan sang istri. Cila, dikenal sebagai seorang psikolog yang ramah, ceria dan terbuka untuk siapa aja. dirinya sudah banyak membantu orang dalam menyehatkan kembali mentalnya.

Cila juga dikenal sebagai pelopor gerakan peduli kesehatan mental bagi anak-anak, atau bahkan orang dewasa.

kesempurnaan itu makin dilengkapi dengan hadirnya sosok anak mereka. Meski hanandi dan cila dipertemukan setelah masing-masingnya mempunyai anak dari pasangan sebelumnya, keluarga mereka tetap baik-baik saja.

Ada putra sulungnya, namanya gama, anak dari hanandi bersama mending istri sebelumnya. Gama pintar, ramah, persis seperti ayahnya. Lalu ada Cardio hardi, anak dari cila bersama mendiang pasangan sebelumnya. Tadinya cardio tidak punya nama refat dibelakang namanya, namun setelah cila menikah dengan hanandi, hanandi memutuskan menaruh namanya dibelakang nama cardio. Sebagai tanda, bahwa cardio jugalah anaknya.

"abang hari ini pulang jam berapa?" tanya hanandi pada gama yang lagi sibuk makan sarapannya. Cila yang lagi menyedok nasi untuk sang suami turut menoleh menatap gama, putra sulungnya.

Kini keluarga refat tengah makan bersama, diruang makan. "abang agak maleman, yah. Kenapa?"

Hanandi mengangguk, lalu menatap dio yang duduk disebelahnya, seraya mengusap kepala cardio lembut, gama menatap perilaku itu lekat-lekat. Meremas sendok yang digenggamannya erat, tapi seberusaha mungkin tak terlihat.

"berarti gabisa balik bareng dio, dong? Dio jam 5 udah pulang, kan? Nanti yang nganter pulang dio siapa? Papa sama bunda ga bisa jemput." ucap hanandi.

Dio menatap gama ragu-ragu, "dio pulang sendiri aja, yah. Gapapa." ucapnya.

Cila menggeleng cepat, "loh, jangan dong. Kamu mau naik apa? Kamu tuh gaboleh sendirian, nanti kalo jantung kamu kambuh gimana? siapa yang bakal handle kamu pertama kali? Abang ojek? Tukang angkot? Engga. Gama, mau ya anter adek kamu dulu?" cerocos cila panjang lebar.

Gama refleks tersenyum, lalu mengangguk, "iya. Nanti gama anter adek dulu."

Cardio menghela nafas pelan, teramat pelan, sampai bahkan tak terdengar. Gama terlampau sering berkata begitu, namun ayah dan bundanya tak pernah tau, kalau gama tak pernah benar-benar melakukan itu.
























Disinilah evan sekarang, dihalaman parkir SMA seni tempat dodo belajar. Sejak kemarin ia menaruh curiga dan dengan cepat mengangkat telpon dari wali kelas dodo, evan bersikeras melarang ansel maupun adelyna untuk ikut pergi bersamanya sekarang.

mereka berdua sudah tahu banyak hal, sekarang giliran evan. Evan harus tahu juga apa yang membuat adelyna dan ansel begitu murung serta berniat menyembunyikan semua itu darinya?

Evan berjalan masuk menuju koridor utama gedung sekolah ini, ia langsung disambut oleh sang wali kelas dan ia pun jalan mengikuti wali kelas itu yang mengantarnya ke suatu tempat.

"saya senang anak anda bisa cepat merespon apa yang terjadi pada dirinya. Saya lega ketika anak anda mau terbuka dan tak membiarkan dirinya untuk menyelesaikan masalahnya sendirian."

Tunggu, evan tidak mengerti. Sampai saat langkah wali kelas itu berhenti tepat didepan sebuah ruangan, jantung evan berdegup kencang. "silahkan masuk, pak. Psikolog sekolah kami ingin bertemu anda."

evan bergerak kaku, setelah membungkuk hormat, evan masuk ke ruangan itu. Dan langsung disambut oleh psikolog anak yang bekerja disekolah ini. "dengan bapak evan? Ayah dari dominic cho?"

"b-benar." ucap evan gemetar. Psikolog itu tersenyum, lalu mempersilahkan evan duduk. Evan duduk dalam ketegangan.

"dari kegugupan anda sepertinya ibu adelyna belum menceritakan semuanya. begitu juga dengan dodo." buka psikolog itu, evan diam saja. Tidak tahu harus merespon apa?

"maka dari itu, izinkan saya menanyakan beberapa hal. Tuan cho, seberapa dekat anda dengan dodo?"

Mata evan memicing, seketika meragu, "cukup dekat. Dekat kami berbeda. Kami lebih sering beradu argumen karna memilih jalan yang berbeda. Apa itu bisa dikatakan dekat?"

"dekat dalam artian lain. Apa anda menaruh percaya pada dodo? Anda punya dua orang putra, apakah perlakuan anda sama kepada keduanya?"

"maaf?" evan mendadak tak suka dengan pertanyaan itu. Psikolog itu tersenyum,

"dodo adalah tipikal anak yang cepat tanggap, bahkan dia bisa sadar dengan cepat ada yang salah dengan dirinya. Beruntungnya, dia adalah anak yang terbuka. Saya ingat betul bagaimana ketika ia begitu antusias ketika menceritakan tentang ibundanya, tapi tidak dengan ayahnya. Jadi saya ingin memastikan." ucap psikolog itu.

Evan diam, dan sekali lagi psikolog itu tersenyum, "dodo tak pernah menceritakan kedekatan antara kalian, meskipun itu hanya sekedar beradu argumen dengan anda. Dodo seperti ingin menunjukan kalau hal-hal itu memang tidak pernah ada." ucap psikolog itu.

Tunggu, evan tidak mengerti. Apa kaitannya semua ini dengan masalah yang tidak ia ketahui?

"boleh saya tanya, kapan terakhir kali anda sebegitu dekat dengan dodo? Kenangan yang berkesan yang pernah anda lakukan bersama?" Tanya psikolog itu.

Evan diam, memikirkan jawaban. Mengingat-ngingat kapan itu pernah terjadi. Dan sekali lagi psikolog itu tersenyum.

"kenapa begitu sulit?" tanya psikolog itu,

evan menatap psikolog itu dalam diam, "sebenarnya apa yang terjadi sama dodo?"

Psikolog itu menghela nafas, "dodo salah mengartikan rasa penasaran akan suatu hal yang tak pernah ia dapatkan."

"maksudnya?"

"dodo mengaku sebagai homoseksual. Dan ia mengatakan, ia menyukai salah satu teman pria sekelasnya. Dan dodo ketakutan."

sesaat evan mendengarnya, ia merasaka dengung pada telinganya. Jantung yang terlampau berdegup kencang, serta otot yang mendadak lemas. Pernapasannya berubah menjadi tidak baik, dadanya terasa nyeri. Ia meremas dada kananya.

sebelum pada akhirnya, evan jatuh pingsan.



To be continued.

A/N
sebegitu besar dampaknya bagi evan ketika mengetahui semuanya. Aku senang kalian mau berbagi pandangan kalian, tapi aku ingin memberitahukan, ini juga berat untuk evan.

Mari kita kuatkan evan, mari kita kuatkan dodo.

mau tau pendapat kalian lagi, kira kira ada yg udah bisa nebak masalah keluarga refat?

Jangan lupa vote dan comment ya?

Huft, kalo aja ada tombol like dikomen, aku bakal like komen kalian semua. Karna aku seseneng itu cerita ini banyak yang komen. Karna aku pikir ga bakal ada yang suka sama cerita keluarga kek gini huhu.

Luv,
Kacil 💛

we're in this together. | pds2-pdxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang