O2.1 : suatu waktu, pecah
"dah sana kalian berdua berangkat. Hati-hati dijalan." ucap cila seraya mengantar kedua putranya sampai keluar pagar. Dio tersenyum seraya memakai helm-nya. Sementata gama suda bersiap-siap mengendarai motornya.
Dio duduk dijok motor belakang. "gama pelan-pelan aja ya bawa motornya. Nanti dio panik, bahaya buat jantungnya." ucap cila lagi, gama hanya mengangguk sebagai tanda bahwa ia paham.
Sementara dio mendesis dalam hati merasa tidak enak.
"assalamualaikum." pamit gama dan dio berbarengan, lalu melaju kencang meninggalkan sang bunda.
Diperjalanan, tak ada satu pun yang bicara seperti biasanya. Gama yang sibuk memutar gas mototnya kencang, dan cardio yang memejamkan matanya takut-takut, berusaha keras menekan detak jantungnya. Namun bunyi bip dari jam tangannya yang berulang membuatnya semakin panik, membuat gama menyeringai senang.
Sesaat sudah teramat jauh dari rumah, gama menghentikan motornya. Ditempat seperti biasa.
Cardio paham, dengan cepat ia turun dari motor, terduduk lemas diatas trotoar seraya memegang dada sebelah kanannya yang berdenyut nyeri. Gama sekali lagi menyeringai, "dasar lemah." katanya lalu melajukan motornya kembali meninggalkan cardio yang masih terduduk lemah.
Nafas cardio memburu, mulai merasa sesak. Bunyi bip dari jam tangannya semakin membuatnya panik, keringat mulai mengalir dari pelipisnya. Matanya berkaca-kaca menatap kepergian gama,
aneh, seharusnya cardio tidak merada sesedih ini. Karna gama, terlampau sering melakukan ini kepadanya.
Bersikap baik didepan ayah bunda, berangkat bersama, lalu ditengah jalan, gama akan meninggalkannya.
Cardio merogoh saku celana sekolahnya, meraih botol obat miliknya dengan tangan gemetar. Lalu meminum obatnya cepat-cepat.
perjalanan masih jauh, cardio ga boleh terlambat atau nanti ayah dan bunda akan curiga, dan itu akan membuat gama marah.
Cardio tidak mau itu terjadi.
Adelyna berlarian dikoridor rumah sakit, sesaat ia mendapat kabar dari wali kelas dodo tentang apa yang terjadi pada evan, adelyna langsung beranjak menyusuli evan yang masuk rumah sakit.
Matanya berkaca-kaca, seketika merasa sebegitu bersalahnya. Andai saja adelyna memberitahu evan pelan-pelan dan tidak gegabah, mungkin suaminya akan baik-baik saja. Adelyna sampai didepan ruang tempat suaminya dirawat, dengan gelisah membuka pintu ruangan tersebut, "mas?"
Tak ada sahutan. Adelyna masuk perlahan, berjalan hati-hati tanpa suars takut takut mengganggu suaminya yang tengah beristirahat. Tapi, begitu dekat tengah ruangan, langkah adelyna berhenti saat melihat soso evan yang duduk diatas kasur dalam posisi membelakanginya.
Adelyna mengatur detak jantungnya, lalu melanjutkan langkahnya kembali. Mendekat kearah evan yang duduk memunggunginya. "mas?" panggil adelyna lagi.
Begitu adelyna tepat berada disamping evan yang terduduk dipinggiran kasur sambil memegang tiang infus, barulah adelyna sadar bahwa suaminya tengah melamun. Menatap kearah jendela dengan pandangan kosong. Bibir pucat dan mata merah sembab. "m-mas?" panggil adelyna lagi, suaranya mulai serak.
Tak tega melihat keadaan suaminya saat ini. adelyna meraih tangan evan untuk digenggamannya erat.
"kamu tau ga? pas aku belum tahu alasan kenapa psikolog nanya soal kedekatan aku sama dodo, aku ga peduli sama jawaban aku sama sekali." ucap evan dengan suara lemah. Tanpa memandang adelyna.
"tapi, setelah aku tahu alasannya, aku merasa malu, dil. Malu." ucap evan, kali ini sudah menangis. Masih enggan menatap sang istri.
Adelyna menggenggam tangan evan sebegitu eratnya, berusaha mengalirkan ketenangan melalui genggamannya, "m-mas, jangan ngomong begitu." ucap adelyna. Kini memberikan sedikit usapan pada tangan evan yg digenggamannya.
Evan menatap sang istri, "udah berapa lama kamu tahu ini?" tanya evan. Menuntut jawaban sang istri.
"dulu, lama sekali, dodo pernah mengaku seperti ini juga saat dia masih kelas 5 SD, tapi aku masih berpikir kalau pengakuan dodo saat itu cuma main-main karna dia masih terlalu kecil buat paham hal itu. Tapi aku salah, nyatanya, hal itu masih sampai sekarang.maafin aku, mas." ucap adelyna.
ya, jauh sebelum ini semua terjadi, lama sekali, dodo sudah pernah mengakui.
"aku gagal, dil." ucap evan, membuat adelyna seketika merasa lemas.
"aku gagal, dil, jadi papa yang baik buat dodo. Buat ansel juga. Aku gagal, dil. Gagal, udah selama itu dil, aku gagal. Gagal gagal." evan mulai terisak, membuat adelyna menggeleng cepat lalu memelum tubuh sang suami erat. Berusaha mengusir pikiran negatif sang suami jauh-jauh.
"m-mas gak git-- " // "bertahun-tahun aku benci ayahku, dari kecil aku ditinggal ayahku. Membuat aku gapunya bayangan figur seorang ayah sama sekali. Sampai aku bertekad untuk engga menjadi sosok ayah seperti ayahku, tapi nyatanya apa, dil? Aku bahkan jauh lebih buruk dari ayahku, dil." ucap evan, menghakimi dirinya sendiri.
"ragaku ada, dil. Tapi hatiku ga ada dihidup anak-anak. Ayah macam apa aku ini, dil?" tanya evan, makin terisak kencang.
Adelyna menangis tanpa suara, yang hanya bisa ia lakukan saat ini adalah mendengarkan amarah suaminya dan memberikannya pelukan menenangkan.
Keduanya tenggelam dalam emosi, tanpa menyadari hadirnya sosok ansel yang terdiam berdiri kaku didepan pintu kamar sang papa,
menangis ia, seorang diri.
to be continued.
A/N
Orangtua adalah yang paling lembut hatinya. Jika seisi dunia marah pada anak-anaknya, maka mereka adalah tameng terkuat yang anak-anak punya. Percayalah, orangtua kita, selalu berusaha. Berusaha menjadi baik dan selalu ada untuk anak-anaknya.Seperti evan yang kini setelahnya akan mulai belajar. belajar untuk menjadi selalu ada yang benar-benar ada untuk kedua putra kebanggaannya.
Oh iya, untuk masalah keluarga refat, aku sarankan kalian nonton short movienya dari boygroup cix terutama yang jinyoung. Duh, ku jamin kalian akan ketar ketir mikirin masalah keluarga refat. Hehe.
Jangan lupa vote dan comment! Kalau sedih, ambil sedikit tissue dan bersedihlah secukupnya!
Luv, kacil.
KAMU SEDANG MEMBACA
we're in this together. | pds2-pdx
Genç Kurgusetiap kita, punya cerita. #1 on X1 (10012020) #1 on seungwoo (07032020) #3 on X1 (11012020) ©sinema keluarga || lokal || -savageafme.