O1.6 : akhirnya aku lihat lagi.
suasana meja makan hening, ansel sadar betul ada hawa yang tidak baik diantara kedua orangtuanya. Biasanya, papa akan mengajak bunda bicara, bahkan mengisengi bunda dengan obrolan nyelenehnya.
Tapi hari ini, bundanya hanya diam saja, mengambili makan sang papa, lalu makan makanan miliknya dalam diam. Ansel menghela nafas, sejatinya, ansel sudah bisa menangkap sinyal itu dari semalam.
dari semalam, saat ansel melihat sang bunda menangis didalam kamar dodo.
dan ansel yakin, papa dan mama nya bertengkar pasti ada kaitannya dengan dodo.
"ansel hari ini kamu ga usah ke kantor." titah sang papa tiba-tiba, membuat ansel terheran,
"loh? Kenapa? Bukannya sekarang lagi padet padetnya dikantor? nanti papa kelimpungan gimana?" tanya ansel,
"gausah banyak tanya. Istirahat aja dirumah."
Tepat setelah papanya berkata begitu, bundanya bangkit meninggalkan meja makan. Mendorong kursi agak menyentak membuat ansel terdiam dan tak lagi mengeluarkan suara.
ansel tak mau memancing keributan yang lain.
"oke, pa. Nanti kalau butuh ansel, papa hubungin ansel aja."
ansel bosan dirumah. Papanya sibuk dikantor, bundanya sedang pergi kerumah saudara dari papa. Ia tidur selonjoran disofa ruang tamu, matanya tak sengaja melirik kearah pintu kamar adiknya. Lalu, sebuah ide menarik mulai muncul didalam pikirannya.
dengan gerakan cepat, ansel bangkit dari sofa menuju gudang dibelakang rumah. Mengambil sarung tangan serta beberapa kaleng cat dari dalam sana. Tak lupa dengan beberapa jenis kuas bekas yang dulu pernah ia gunakan bersama dodo ketika melukis bersama.
setelah semua barang yang ia butuhkan sudah ada semua, ansel segera bergegas menuju kamar dodo. Membawa masuk semua cat dan kuas itu. Dan menutup pintu kamarnya.
Ansel memakai sarung tangan seraya memandangi dinding kamar dodo yang mulai kusam dan kosong. Ansel harus menghidupkan kamar ini kembali, seolah dodo tidak pernah pergi.
Ansel akan melukis lagi setelah sekian lama ia berhenti.
Tangannya mulai bergerak mengambil kuas, menggores tembok kosong dengan cat cat warna. Membentuknya menjadi gambar gambar cantik penuh nuansa nostalgia.
Ansel asik dengan dunia masa lalunya, sampai tak sadar ada yang mengintipnya dari celah pintu yang sedikit terbuka diiringi dengan senyum mengembang tanda bahwa ia lega.
bundanya.
Evan baru pulang sekitar pukul setengah satu pagi. Sesampainya dirumah tak ada yang menyambutnya karna semua penghuni sudah tertidur dikamarnya masing-masing.
Sebelum masuk ke kamar tidurnya evan pergi ke lantai atas, mau mengecek apakah ansel-nya sudah tidur atau belum. Sampai didepan kamar putra sulungnya, evan memutar kenop pintu kamar anaknya untuk mengintip.
Senyumnya mengembang tatkala mendapati ansel yang sudah tertidur lelap. Setelahnya, ia tutup pintu itu kembali lalu pergi menuju kamarnya untuk istirahat.
Namun langkahnya terhenti tepat didepan pintu kamar putra bungsunya, dodo. Hidungnya mencium aroma cat yang baru saja dioleskan. Belum lagi matanya yang menangkap bercak bercak kecil cat yang ada dilantai.
Evan membuka pintu kamar putra bungsunya itu. Alis matanya terangkat sebelah, memicing menatap lukisan baru yang tercipta didinding kamar anak bungsunya itu. Pikirannya berkecamuk, rasa khawatir memenuhi benaknya.
evan tahu lukisan siapa itu,
karna setelah sekian lama, evan akhirnya melihat lukisan itu lagi.
Evan membuka pintu kamarnya, dan kaget ketika mendapati sang istri yang ternyata belum tidur. Istrinya itu masih membaca buku, duduk dikursi meja kerja, memunggunginya.
"setahuku kamarnya dodo dindingnya kosong ga ada lukisan. Tapi tadi aku lihat ada lukisan baru disana. Siapa yang buat?" tanya evan, seraya membuka kemeja kerjanya untuk diganti dengan piyama tidur.
"aku." jawab adelyna, sang istri seadanya tanpa menoleh menatap evan.
Evan menghela nafas, "aku kira ansel yang buat. Karna gambarnya persis kayak apa yang pernah ansel buat dulu." ucap evan,
"emang kenapa kalau ansel yang buat? Kamu mau marahin kayak dulu?" tanya adelyna, ketus, sekali lagi tanpa menatap kearah evan.
Evan menghela nafas, perlahan menghampiri sang istri lalu memeluk leher sang istri lembut dari arah belakang, merunduk, meletakan dagunya pada bahu sang istri yang masih tak kunjung mau menoleh menatapnya.
"ga mungkin aku marahin ansel kayak dulu setelah banyak hal yang dia korbanin buat aku." ucap evan, suaranya menggema ditelinga adelyna,
Adelyna mengusap lembut tangan sang suami yang melingkari lehernya, "kamu bisa sebegitunya sama ansel. Tapi kamu ga bisa sebegitunya sama dodo."
evan menghela nafas, mengeratkan pelukannya dileher sang istri, "kamu masih marah sama aku soal dodo? Aku harus apa supaya kamu ga marah lagi sama aku?"
"dua minggu lagi kita jenguk dodo. kalo kamu mau aku maafin, kamu ikut jenguk dodo nanti."
"iya, iya, nanti aku ikut."
to be continued.
A/N
lambat laun sisi antara si sulung, ayah dan si bungsu akan terbongkar. Lewat evan sang ayah, kita jadi tahu sedikit tentang si sulung. Kira-kira, apa yang ansel korbankan untuk evan?kira kira kenapa adelyna berbohong kalau lukisan itu dia yang buat?
menurut kalian, apa dampaknya ke dodo kalau tingkah sang ayah, evan, seperti itu?
drop your pendapat ya! Jangan lupa vote dan comment ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
we're in this together. | pds2-pdx
Teen Fictionsetiap kita, punya cerita. #1 on X1 (10012020) #1 on seungwoo (07032020) #3 on X1 (11012020) ©sinema keluarga || lokal || -savageafme.