Penyembuh Luka (oneshoot)

2.7K 162 1
                                    

Sorry ya numpuk2 cerita... Wkwkwk

Mulmed : Katon Bagaskara - Cinta Selembut Awan

..............

Bandung.

Angin sepoi menyapa dedaunan kering di lantai paving sebuah rumah sakit bergaya klasik. Langit berwarna mendung bersama dengan seorang wanita bermata lelah yang antara enggan ingin membuka atau tidak. Dan hanya hembusan nafas pelan yang mengalun darinya.

Kedip...

Hampa

Kedip sekali lagi....

Hampa...

Kedip ketiga kali....

Wajah tampan seorang pria dengan rambut pendeknya yang jatuh agak sedikit berantakan. Pria itu tersenyum. "Sudah bangun rupanya, di sini sudah ada bubur. Sudah ada pakaian salin. Kamu mau mandi dulu atau makan?" tanya pria itu sambil mengusap puncak kepalanya lembut lalu mencium keningnya.

Wanita itu tak terlalu kaget karena ini adalah pagi ke tiga puluh pria yang mengaku suaminya itu mengurusnya. Yang wanita itu tahu dirinya mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya koma beberapa bulan yang lalu. Ketika membuka mata pertama kali dia seolah buta dengan keadaan sekitar. Kecuali suara panik bercampur bahagia dari seorang pria dan kesibukan para tim medis.

"Aku... Mau mandi saja,"ucap si wanita pelan tapi pria itu masih bisa mendengarnya.

"Oke, aku bantu ya, sayang." Pria itu segera berdiri untuk memapah ke kamar mandi. Namun, tangan si wanita menahannya.

"A... ku bisa... Sendiri," balasnya sambil mencoba tersenyum tipis. Walau wajahnya sedikit pucat tapi tak mengurangi paras cantiknya.

Suasana kamar juga sangat nyaman walau desain rumah sakit terkesan tua tapi menghasilkan sentuhan vintage yang anggun.

Pria itu tersenyum maklum. "Maaf... Aku tahu mungkin kamu belum terbiasa denganku. Justru malah lancang sama kamu. Pasti kamu masih asing denganku, Aya."

Sorot mata gagah pria itu sangat penuh damba dan ada sedikit sendu. Namun, tetap saja wanita bernama Aya itu masih tak terlalu tahu dengannya. Dia hanya mengernyit.

"Kamu ke kamar mandi sendiri tapi jangan tolak kalau aku memapah kamu." Pria itu tak ingin kecewa. Dengan semangat yang dia tunjukkan langsung menggendong istrinya yang terlonjak kaget.

"Hati-hati! Lagipula tak perlu sampai seperti ini. Berlebihan," ucap Aya yang terkejut dan merasa tak suka. Namun, tetap mengalungkan tangannya di leher pria itu.

Wajah mereka sekarang berjarak dekat. Saling memandang dengan raut berbeda. "Nama suamimu ini Jaya, sayang. Kamu harus ingat dan jangan lupa lagi," balas Jaya dengan suara serak dan dalam.

Aya sepertinya tak nyaman karena pandangan intens dari Jaya.

.....................

Beberapa hari kemudian, pasangan suami istri itu kembali ke rumahnya. Aya turun dari taksi sambil melihat sebuah rumah yang sederhana bergaya Belanda. Aya mengernyit, bukan karena terik matahari yang menyilaukan. Namun, memperhatikan rumah dan keadaan sekitar yang tak terlalu ramai.

Setelah Jaya menyelesaikan pembayaran dengan taksi. Pria itu berjalan sambil membawa beberapa tas mendekati sang istri. "Ini rumah kita, ayo masuk."

"Kamu bisa bisa membayar kamar VIP tapi untuk rumah yang... " Aya menoleh dan menatap Jaya penuh tanya.

"Sudah aku bilang panggil aku Mas Jaya. Aku ini suami kamu loh. Harus ingat terus ya." Jaya merangkul pinggang ramping Aya. Walau Aya tampak tak suka dan berusaha menghindar tapi Jaya tetap merangkul erat. Dan Aya hanya mendengkus.

..............

Selama menjalani hari menjadi istri Jaya. Aya tetap memilih bersikap baik karena tak ingin terus-terusan digoda oleh Jaya. Dan hal itu sedikit menyebalkan.

Hingga tiba-tiba suaminya itu terlihat agak cuek. Aya sebal ketika dia justru memikirkannya sampai harus curhat pada tetangga yang sudah dekat dengannya.

Pada malam itu semuanya menjadi semakin membuat Aya resah. Bermaksud baik dan ingin memperbaiki keadaan. Dia mendengar hal yang baru.

"Loe dengar ya, Jan. Ini semua gara-gara loe. Katanya loe cinta sama kakak gue. Sampai rela tetap berhubungan dibelakang dia walau udah nikah."

Aya membulatkan matanya. Rasa penasaran dan kaget bercampur. Berbagai tanya menyerbu akalnya hingga sesak. Aya hanya bisa memegang erat nampan kopi kesukaan Jaya.

"Dia lagi ga ingat apapun. Urusan dia biar sama gue. Loe tunggu kabar saja."

Suara itu sangat tajam, dingin dan kasar. Berbeda ketika berbicara dengan Aya. Membuat Aya semakin takut.

Celah pintu yang terbuka menjadi saksi dengan apa yang dia dengar dan lihat malam ini. Dan hal itu membuat dirinya lemah. Nampan itu masih dia pegang erat sampai kukunya memutih

..................

Penyesalan.... Satu kata klise yang menyesakkan. Datang tak pernah di awal.

Si wanita polos yang terperangkap dalam ketidaktahuan walau membahagiakan. Namun, baginya semua palsu. Pria itu menipunya.

Sebelum lupa ingatan. Lasmaya, istri dari Janendra Jaya yang bermain api dengan sahabat Lasmaya. Ketika semua kedok terbongkar. Aya tanpa sengaja mendorong pengkhianat itu hingga tewas.

Saling kejar dan kecelakaan...

Dan akhirnya Janendra jaya memilih dirinya yang masuk dalam bui. Demi rasa cinta yang terlambat. Anggap saja ini sebagai penyembuh luka untuk Aya.

Pria itu memukul kepalanya berkali-kali dalam ruang berjeruji besi. Menangisi Aya. Hingga pemberitahuan sipir menyadarkannya.

Aya ingin menemuinya...

.......................

"Aku cinta kamu... Maafkan aku."

"Aku juga mencintaimu... Tapi jika dalam kepalsuan yang aku jalani bersamamu dua bulan ini. Aku benci."
Mereka duduk saling berhadapan dipisahkan oleh kaca bening. Dengan sedih yang terpancar.

"Bila Tuhan mengizinkan kita untuk bersama aku terima."

Setelah mengucapkan itu Aya pergi. Jujur hatinya masih mencintai tapi tidak dalam perangkap semu. Sedangkan Janendra Jaya tersenyum dalam sedih.

__________

Bisa lanjut bisa gak. Kyaknya aq suka nulis cerita wanita amnesia. Hehehe

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang