CINTAMU (short story)

1.9K 128 4
                                    

Kumpulan kisah pendek... come back...

...........

Dia masih ada di sana... seorang gadis yang menatap nanar pada kumpulan wanita muda di luar jendela yang tampak asyik bercengkrama.

Dia... si wanita muda dengan bekas luka bakar di wajahnya tersenyum dalam perih lalu menutup gorden kamarnya. Bahkan warna gorden itu tak secerah aura hidupnya sekarang.

Semua karena dia harus membayar dosa yang tak pernah dia buat. Dia yang harus mendapatkan ini karena....

Prang!

_____________

2 tahun yang lalu....

Rumah mewah bergaya antik tampak meriah walau hanya ada tiga orang di dalamnya dan pelayan. Namun, semua terlihat menyenangkan. Beberapa makanan kecil dan minuman tersaji di atas meja kaca.

"Papa bangga dengan kamu, Nak. Selamat atas suksesnya kinerja kamu di kantor." Pria tua yang masih gagah itu mengacak acak rambutnya putrinya gemas.

Si wanita muda itu cemberut. "Iiih, papa... ini model rambut yang aku buat dari pagi susah payah tau."

"Sudah...Sudah kita makan saja. Setelah ini kita ke panti asuhan untuk merayakannya juga," ucap wanita tua yang tampak anggun itu.

"Oke, Ibu kapten!" Seru Ayah dan anak itu bersamaan dengan sikap hormat.

...........

Di panti asuhan dengan pemandangan indah di halaman. Seorang pria tampan dengan setelan kemeja biru dan senyum manis menghampiri si wanita yang tampak cemas.

"Maaf, kamu cari Ira, kan? Nih tadi saya ketemu dia. Ternyata sedang mengejar pedagang es cream."

Si wanita muda menoleh dan mendapati seorang gadis kecil dalam gendongan pria. Wajah cantik yang cemas berubah lega hingga si wanita membuang balonnya. "Iraaaa, kakak cemas banget. Kita main kucing buta, bukan berarti kamu bebas menghilang jauh."

"Maafin Ira, kak Ziva. Tadi ada pedagang es cream yang jualan lagi. Ira suka rasanya. Biasanya Bunda Lilis suka belikan.Hehehe," ucap si bocah perempuan dengan polos.

Ziva membelai rambut Ira dengan sayang. Sedangkan si pria tetap memperhatikan interaksi keduanya. Terutama pada Ziva. Ada senyum kecil terbit dari bibirnya.

"Iya, gak apa-apa. Lain kali beri tahu kak Ira ya, sayang. Biar gak ada yang cemas. Nanti kalau Ira kenapa-napa gimana?" Ziva berkata lembut lalu menyuruh Ira masuk dan kembali bermain dengan teman-temannya.

"Kamu sepertinya anak-anak ya?"

Ziva pun kembali menyadari dengan kehadiran si pria asing. Ziva mengangguk canggung. Hendak pergi namun berhenti dengan perkataan pria itu.

"Perkenalkan saya Tama, Tama Regan. Boleh saya kenal sama kamu. Saya juga rutin ke panti ini. Atau aku boleh bermain bersama dengan kamu dan anak-anak?" Tanya Tama dengan ramah

Hal ini membuat Ziva sejenak terpesona dengan mata bulat indahnya menatap Tama. Senyum cantik itu terpancar dan Ziva akhirnya bisa bersuara di depan Tama. "Silakan."

Ziva percaya dengan Tama karena melihat Ira tadi yang terlihat akrab dengannya.

...................

Di ruang tengah sebuah apartemen, wanita cantik dengan penampilan modis tersenyum sinis pada pria yang duduk di depannya. "Itu belum cukup buat aku terima kamu. Dekati dia lagi dan raih hatinya dengan begitu aku bisa dengan mudah melancarkan balas dendamku."

Pria itu mendesah lelah. "Fani... memang dua bulan ini tidak cukup. Lagian kamu juga sudah ikut mengenalnya."

"Pokonya jika kamu mau mendapatkan aku. Lakukan rencana kita Tama!"

Fani tampak berang dan menatap tajam Tama.

.......................

Seorang pria yang tiap hari mengirim kebutuhan wanita yang mengamuk tadi. Hanya ini yang bisa dia lakukan. Menatap dari kejauhan, memberikan apapun yang si wanita itu inginkan dan tetap seperti ini sudah membuat si pria bahagia.

"Terima kasih, Ziva atas cintamu yang mampu membuatku mengerti arti cinta seutuhnya."

"Tuan, semua barang kebutuhan terkirim ke panti asuhan Cinta kasih. Apa ada barang khusus lagi untuk Non Ziva?" Tanya seorang pria setengah baya pada Tama.

Tama yang sedang menatap Ziva di halaman depan panti tersenyum hanya mengangguk tanpa menoleh pada pria yang keluar dari mobil Tama.

______________

"Ziva, ayo dipakai. Ini sepatu yang sama dengan yang kamu favoritkan dulu. Jangan hanya dilihat," ucap Bunda Lilis dengan semangat sambil membuka kotak sepatu berwarna pastel itu.

"Terima kasih, Bunda. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu si dewa itu."

___________

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang