Aku, Kau dan Hatimu

501 56 2
                                    

Mendung masih mewarnai langit walau tak hujan seperti kemarin sore. Namun, mendung di hati gadis itu tetap terpatri. Dia masih duduk di samping dua nisan dengan tanah makam yang masih baru. Mata coklat gelapnya yang cantik tergenang oleh air mata. Beberapa kali mengusap nisan dengan lembut.

.....

Part 3 dst sudah ada di karyakarsa user : @aprilthemoon

"Edenly, sudah cukup lama kamu di sini. Ayo kita pulang, "ujar pria yang juga menemani Edenly di pemakaman itu.

Ternyata sentuhan lembut di pundak Edenly tak membuatnya senang. Rautnya berubah kesal walau masih ada isak yang tersisa. "Anda masih di sini?"

Pria tegap itu mencoba bersabar dengan mengepal tangan kokohnya. Setelah menghebuskan nafas dia mencoba membujuk Edenly. "Saya mencoba untuk mengerti dan peduli sama kamu, "balasnya dengan suara dalam.

Edenly berdiri lalu berbalik dan menatap pria yang dari kemarin membuatnya kesal. "Saya gak nyuruh anda untuk mencoba peduli ya. Dari awal datang ngaku-ngaku gak jelas jadi Om lah, bapak baptislah. Adik saya keliatan percaya sama kamu. Wajar dia masih kecil, tapi saya? Enggak!"

"Bisa panggil nama saya Xaquille? Saya wali kamu dan adik kamu yang sah menurut hukum seperti surat-surat dari pengacara mendiang Mama kamu kemarin." Xaquille sepertinya sudah malas bersabar. Dia mendekat dan menatap Edenly intens dengan mata elangnya.

Edenly mengangkat sebelah alisnya dan berkata, "Nama anda susah, Om. Lagian kalau kamu Om saya kok gak keliatan tua? Percuma melihara brewok gak keliatan tua banget. Gak bagus penyamarannya."

Xaquille menekan bibirnya dan dengan cepat dia menarik tubuh gadis remaja itu lalu membopongnya seperti membawa karung. Edenly membulatkan matanya. "Eh, sialan! Turuninnnnn...!"

Xaquille tak peduli dengan teriakan dan pukulan yang diterimanya. Yang terpenting sekarang adalah membawanya pulang dan memenuhi janji dari Mamanya Edenly. Dia tak boleh terusik lagi oleh mata gadis ini.

............

Mereka tiba di halaman rumah modern minimalis keluarga Edenly sore itu. Mendung sudah pergi berganti suasana langit oranye yang indah.

Turun dari mobil sedan hitam milik Xaquille. Edenly justru kembali di gendong tapi dengan ala bridal style. "Nangis, marah-marah, ngamuk sampai tidur. Huh, aneh." Xaquille mendumel tapi tetap lembut membawa Edenly.

Dari dalam rumah, keluar seorang anak lelaki berusia sembilan tahun. "Akhirnya Om Beringin dan Kak Eden pulang. Galen khawatir tau. Itu Kak Eden kok digendong?"

Galen mendekati mereka dan Xaquille juga sambil berjalan dan bercerita dengan Galen. Pria itu terlihat sabar dan menyenangkan bagi Galen. "Lain kali aku juga mau digendong seperti pesawat oleh Om Beringin ya?"

Panggilan Om Beringin dari Galen karena Xaquille bertubuh tinggi, besar, atletis dan urat-urat menonjol di tangannya.

........

Edenly dan Galen tetap tinggal di rumah mereka. Xaquille akan datang sesuai waktu yang dia tentukan. Pria itu juga akan menginap di waktu yang dia inginkan. Xaquille masih menghargai Edenly. Yang penting Xaquille akan selalu menjaga mereka.

Setiap Xaquille datang akan muncul berbagai perdebatan kecil. Namun seiring waktu berjalan... Edenly tampak terbiasa dengan semuanya. Bahkan setiap bangun tidur keningnya terasa lembut dan hangat.

Sampai ketika Edenly dan adiknya berkunjung ke rumah Xaquille. Dia melihat foto Mamanya di ruang kerja Xaquille. Juga ada potret pria itu mengenakan seragam putih biru bersama Mamanya.

Terlihat keakraban di foto itu dan rasanya Edenly tak suka.

_____🌼🌼🌼

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang