The Sweet Change (3)

1.6K 144 4
                                    

Haris Pov

Katakan aku gila. Pantas jika itu julukanku. Pikiran gila itu melintas dengan mengaku sebagai tunangan Andrea. Aku melakukan itu karena rasa bersalah dan juga untuk menebus kesalahan. Mungkin dengan cara ini aku bisa merawatnya sampai sembuh. Dan ingatannya kembali.

Andrea sebenarnya tak memiliki siapapun lagi. Selain sepupu jauhnya, Fara. Namun, Fara juga meninggal dalam kecelakaan itu.

Dan sekarang disini kami berada. Dua bulan setelah dokter menyatakan keadaan Andrea membaik dan boleh rawat jalan. Aku mengantarnya ke makam Fara.

Pemakaman yang aku urus juga. Kasihan juga mereka, tak memiliki siapapun. Suasana di sana sangat asri, banyak patung-patung malaikat yang berdiri kokoh. Maklum pemakaman ini termasuk bonafit. Bagiku, tak masalah. Aku ingin memberikan yang terbaik bagi orang yang sangat disayangi Andrea.

Andrea memeluk nisan salib keramik itu dengan tangis. "Maaf, jika aku tidak ingat kamu, Fara. Namun, kata Mas Haris kamu adalah sahabat dan saudaraku. Orang yang paling berarti bagiku. Terima kasih, Fara sudah menjadi sahabatku. Hiksss."

Mas? Semenjak dinyatakan amnesia. Dia memanggilku "Mas". Dan dia tak berbicara dalam bahasa Inggris. Batinku berkata.

Walau berdarah campuran Indo-Swiss. Aku tahu arti kata "Mas" dari mendiang mamaku.

Menurut dokter itu hal yang wajar, biasanya akan ada beberapa perubahan. Dan sebagai orang terdekat aku harus menjaga dan merawatnya hingga sembuh.

Suasana pagi itu sedikit mendung. Dan angin bertiup menerbangkan daun-daun kering juga merayu beberapa tumbuhan untuk bergoyang. Aku juga turut sedih melihat Andrea menangis. Tanganku terulur ragu ingin membelai kepala wanita ini. Dan sebelum menyentuhnya.

Andrea justru langsung berbalik dan memeluk tubuhku erat masih sambil terisak. Aku terkejut bahkan hampir terjatuh. Jantungku berdebar seiring dengan aliran darahku yang seolah berhenti sejenak.

Perasaan ini...

"Jangan tinggalkan aku, Mas Haris. Hanya kamu yang aku miliki. Tetaplah bersamaku," ucapnya sekali lagi penuh harap.

Aku bergeming seketika hatiku menghangat. Ya, wajar saja karena dulu kami pernah menjadi sepasang kekasih bahkan hampir bertunangan. Namun, semua tak sesuai keinginan kita. Lebih tepatnya aku.

"I... Ya, Reya. Aku akan tetap untukmu." Setelah itu aku merutuki perkataanku ini. Sial! Aku sudah menipunya. Bagaimana lagi? Hanya aku satu-satunya yang mengenalnya dan menolong Andrea juga Fara saat kecelakaan itu. Sedangkan korban lain sudah ada yang bertanggung jawab.

Semua berlangsung begitu cepat. Fara meninggal, Andrea tak sadarkan diri, pertanyaan dokter dan perawat tentang diriku, lalu Andrea amnesia. Ya, Tuhan maafkan aku.

Pernyataan itu terus bergaung dalam batinku. Dilema merajaiku sambil ikut memeluk erat tubuh Andrea yang berbalut gaun katun hijau. Dan dilema itu hilang berganti tekad untuk menebus kesalahan melihat mata bening indahnya menatapku penuh damba.

Ya, aku harus yakin dengan tujuanku. Lakukan yang terbaik, setelah itu selesai.

........................

Andrea Pov

Mas Haris membawaku sebuah villa yang asri jauh dari keramaian. Aku merasa nyaman. Namun, jika tunanganku memberikan perhatian lebih. Masih ada rasa canggung sedikit.

Pria ini menuntunku yang masih berjalan tertatih karena cedera ringan di kaki. Dia sangat baik selain tampan. Mas Haris mengatakan dia blasteran walau bagiku terlihat demi dominan ke Eropa secara fisik.

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang