Titik Temu 2(End)

1K 101 10
                                    

Empat belas tahun yang lalu....

Sashi mengusap wajahnya dengan sedih. Sashi yang saat itu masih berusia dua puluh tahun dinikahi oleh seorang pria yang sepuluh tahun lebih tua darinya, hanya bisa bersabar menghadapi tiga bulan belakangan ini pernikahannya di ambang kehancuran setelah berumah tangga selama satu tahun. Yang dia lakukan hanya merenungi nasib karena dulu melawan orang tua memilih Garindra dan menikah muda di Singapura.

Ternyata sekarang dia seperti mendapat karma dari orang tuanya. Garindra suami dan pria yang dicintainya justru perlahan tak menganggap dirinya karena dia sering bersama sahabat wanitanya. Lebih tepatnya cinta tak sampainya dan katanya bertemu dengan dirinya dan jatuh cinta pada Sashi hanya sebagai obat penyembuh. Sekarang mereka malah bertingkah seolah tak melihat keberadaan Sashi.

Kalau kamu mau pergi silakan! Aku sudah kesal sama kamu! Kalau aku lebih nyaman dengan Eina memang benar.

Kata-kata itu terus terngiang di dalam benaknya. Saat itu Garin baru pulang mengunjungi Eina yang baru menyelesaikan kuliahnya. Hatinya sakit tapi cinta yang masih ada membuatnya bertahan dan sekarang tiap malam dia hanya mengendap bagai pencuri. Diam-diam dia mengambil tangan suaminya yang sedang tertidur lelap lalu mengusap pada perutnya yang ternyata sudah tumbuh benih dari Garindra. Walau saat itu Garin menidurinya karena mabuk tapi dia tetap bersyukur dengan kehadiran calon anaknya.

Mia berharap Garin akan mencintai dia seperti dulu lagi dengan kehadiran anak ini. Ketika waktu yang tepat dia akan memberitahu kehamilannya. Hatinya kembali sakit menyaksikan kemesraan Garin dan Eina dan sejak saat itu dia habis kesabaran lalu memutuskan pergi meninggalkan Garin selamanya.

Flashback off

.............................................

Garin tersenyum sedih dia mengingat kenangannya bersama Sashi dulu dan hanya batinnya yang berucap maaf berkali-kali untuk Sashi dan Mia yang ternyata adalah benar anaknya setelah beberapa hari yang lalu dia mengikuti Sashi dan mencari tahu setelah melihat Sashi yang dulu dia cintai terlambat sering bersama Mia.

Di ruang kerjanya malam itu dia kembali terbayang saat ternyata Sashi dulu diam-diam mengambil tangannya untuk menyentuh perutnya. Namun, dengan berengseknya dia tak peduli karena pikirannya di penuhi Eina. Garindra Antariksa Prasetyo kembali merenungi penyesalannya.

Bahkan dia menyadari semuanya saat dia dan Eina saat itu hampir bercinta. "Aku tahu dulu sangat jahat bahkan saat bertemu denganmu di cafe masih ada rasa bersalah. Kamu pergi saat itu juga tak bisa aku mengejar kamu. Memang aku jahat."

Namun, dia sedikit bahagia saat kembali teringat beberapa hari yang lalu dia jalan bersama putrinya juga Reno atau Uli jika sempat. Melihat wajah bahagia Mia saat dia memberikan boneka ketika memenangkan permainan. Mengajaknya makan dan pasti tak jarang Reno akan sebal dan seolah merecoki dirinya dan Mia.

Melihat Reno yang cemburu membuat Garin geli karena memikirkan Reno sebal dengan ayah kandung dari sahabat spesialnya itu.

"Mia, Kalau aku sudah dewasa nanti aku kasih apa yang kamu mau. Beli restoran, jalan ke luar negeri sekalian gak main di timezone ma mall doang," ucap Reno sambil melirik sinis pada Arik alias Garin.

"Pakai apa? Uang monopoli?! Udah deh kamu makan aja yang banyak biar gak kayak kekurangan gizi gitu. Om Dewa yang sudah menraktir kita." Mia berkata dengan cerewet yang membuat Mia hanya tabah.

Garin mengusap wajahnya memandang lesu foto kebersamaan dirinya dan Mia saat mereka jalan-jalan tadi. "Papa gak tau bakal bisa sama-sama kamu terus atau gak, sayang? Tapi papa senang dengan kebersamaan kita beberapa hari ini.

Garin akan terus mengingat moment kebersamaan dengan Mia. Saat Mia mencium pipinya dengan riang, memeluknya erat saat berpisah, dan memandangnya penuh kasih dan ada Reno yang hanya merengut cemburu melihatnya.

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang