"Emph.. pelan-pelan Mas" gue mengigit bibir bawah.
"Ini susah banget masuknya. Udah berkali-kali aku masukin juga masih rapet banget" Kendra menggerutu kesal.
"Masukin lewat belakang aja kali ya yang? Guguk style" gue memberikan ide.
"Ya udah kamu nunggung dulu"
Tanpa basa-basi, gue segera membalikkan badan, menekuk kedua lutut gue di atas kasur, dan mengangkat pantat sintal gue kayak kucing kebelet kawin.
Plak.
"Aduh.." gue mengaduh karena sensasi panas yang merangsang akibat tamparan tangan besar Kendra di bongkahan pantat gue.
"Gemes banget aku sama pantat kamu" lelaki yang bersimpuh di belakang gue itu meremas-remas benda kenyal di depannya. "Kayaknya lingerie yang kitten-kitten itu cocok deh kamu pake buat nungging gini" tambahnya.
"Aku kan udah bilang kemarin. Ayang sih katanya beli dua aja" gue menggerutu. Sejak gue diperawanin, hari-hari kita emang dihabiskan untuk berkeringat bersama. Nggak siang nggak malem si uwu selalu melanglang buana di goa hangatnya. Macem dikejar setoran setelah satu minggu memperpanjang puasanya, testosteron si Mamas sangat sulit dikendalikan.
Banyak gaya sudah kita praktikan. Hampir semua sudut apartemen ini juga sudah terciprat luapan cairan cita kita berdua. Bath up dan shower kamar mandi, meja makan, sofa, dinding kaca, sampai lantai keramiknya pun menjadi tempat kita bergelung panas. Berbagai macam kostum nakal dan mainan-mainan dewasa kita beli secara online, menjadi bumbu-bumbu penyedap penyatuan tubuh kita berdua.
Belum ada sejengkal pun gue melangkahkan kaki keluar dari apartemen ini. Acara jalan-jalan gue menikmati negeri orang hanya berlangsung satu hari saja, yaitu ketika pertama kali mendarat di tanah ini. Setelah lelaki yang sudah sah menjadi suami gue itu mencicip nikmatnya tubuh gue, dia sama sekali tidak membiarkan satu kesempatan pun untuk mencumbu gue lolos begitu saja. Bahkan gue sampai hanya mengenakan bathrobe sehari-harinya. Percuma memakai baju, tangan jahil Kendra selalu melakukan manuver-manuvernya berbahaya untuk melucuti setip kain yang tertempel di tubuh gue. Sama halnya, lelaki itu juga berkeliaran di dalam apartemen hanya dengan bertelanjang dada dan sebuah sarung melilit pinggulnya. Selesai menuntaskan hasrat, biasanya gue akan kelelahan dan tertidur. Begitu bangun, aktivitas gue hanyalah makan, bermalas-malasan, lalu bercinta lagi.
"Aku masukin ya?" ujung kejantana Kendra sudah mengetuk-ngetuk pintu kenikmatan gue dari belakang. Diiringi jeritan kecil dari bibir gue, benda keras yang menengang tegak itu meluncur masuk, menumbuk-numbuk ujung rahim gue dengan segala kegagahannya.
"Mas nghh.." gue mendesah. Dimasuki dari belakang seperti ini rasanya lebih nikmat. Milik Kendra terasa sangat panjang menjelajahi titik-titik gue yang tidak tersentuh jika melakukan gaya missionary biasa.
"Emph.. Enak dek?" lelaki itu menuntun pinggul gue menyentak-nyentak batang penisnya berlawanan arah.
"Enak eungh.. dalem banget Mashh.. ahh"
Tangan Kendra mengelus-elus permukaan punggung mulus gue, terkadang berhenti di dada gue dan meremasnya dari belakang.
"Ah ah cepetin Mas" gue mulai tidak sabar.
Lelaki itu menaikkan temponya. Dadanya yang bidang menempel di punggung mulus gue, giginya menggigiti cuping telinga gue, membuat gue ambruk dengan pinggul kita yang masih saling menghentak-hentak.
"Empph.. kamu rapet banget dek.. ngh ngh" geraman Kendra makin menjadi-jadi.
Tubuh gue dimiringkan, dan satu kaki gue sedikit diangkat. Dengan posisi spooning seperti ini titik-titik g-spot gue menjadi lebih mudah diakses.

KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon
FanfictionKhanza tetaplah Khanza. Wanita mesum dengan segala keabsurbannya kini siap menempuh hidup baru dengan lelaki pujaan hatinya. Bagaimanakah perjalanan cinta tentara seksi dan dokter centil itu? Cerita sequel dari CAKRAWALA