Khanza tetaplah Khanza. Wanita mesum dengan segala keabsurbannya kini siap menempuh hidup baru dengan lelaki pujaan hatinya. Bagaimanakah perjalanan cinta tentara seksi dan dokter centil itu?
Cerita sequel dari CAKRAWALA
Kehamilan gue memasuki tri semester kedua berjalan dengan indahnya. Ya kalau cuma muntah-muntah, perut begah, atau emosi membuncah-buncah udah hal biasa. Yang penting si dedek tumbuh sehat dan berkecukupan di dalem sana.
Makin gedhe ini perut makin nempel Maminya si dedek ke Papinya. Sumpah.. ditinggal bentar aja udah kangen. Kalau di rumah, nemplok mulu kayak koala. Si Mamas cuci mobil gue pelukin dari belakang, nyuci piring juga gue dusel-dusel, sampai mau pipis aja masih gue kekepin. Ya gimana, si dedek nggak betah jauh-jauh dari Papinya.
"Ayang.. Cepet pulang. Dedek kangen" baru saja sejam bapake berangkat kerja gue udah bombardir dengan seribu satu panggilan masuk.
"Baru juga berangkat. Nanti kalau udah waktunya pulang aku juga pulang sayang.." jawabnya dari seberang.
"Tapi kangeeen.. Ayang ganti video call dong" gue merengek cem ABG yang baru pertama kali pacaran.
"Aku lagi kerja ini"
"Ya udah sambil kerja. Taruh hpnya di meja terus sambungin ke video call. Ayang kerja, aku ngemil sambil liatin kegantengan ayang" gue makin manja.
"Ya, ini aku ganti video call" sahutnya sebelum mengubah mode panggilan.
Gue biarin si bapake berkutat dengan dokumen-dokumen di mejanya. Sesekali dia melirik dan tersenyum ke arah ponsel, dimana gue masih setia memandangi keseksiannya saat serius bekerja. Sumpah.. cowok yang lagi konsentrasi penuh itu seksi abis. Apalagi kalau matanya menyipit, dahinya berkerut, bibir bawahnya digigit dan di dalam kepalanya seperti sedang mempelajari sesuatu. Ugh.. gue sange cuma mandangin gantengku yang lagi kerja gini.
"Yaang.." jurus manis manja gue keluar.
"Hmm.." dia masih serius dengan tumpukan dokumen di tangannya.
"Gatel nih.."
"Ya garukin" singkat banget jawabannya.
"Mana sembuh digaruk sendiri"
"Ya gimana lagi. Kan aku lagi kerja. Emang apanya yang gatel?" atensinya kini berpindah ke gue.
"Nih liat nih kalau nggak percaya" begitu gue mau mengarahkan kamera ponsel ke selangkangan, si sayang gelagapan mengamankan layar ponselnya.
"Udah gila kamu. Jangan suka ngawur kayak gitu. Bisa bahaya kalau kesadap" dia marahin gue.
"Kan diruangan ayang nggak ada siapa-siapa. Bebas dong mau phone sex juga" gue membela diri.
"Tuh ada CCTV di situ. Mau kamu aku kedapetan ngocok di sini gara-gara kamu?"
Gue cuma cengar cengir, "Ya udah, tapi nanti begitu pulang garukin ya, sampai basah" tidak lupa kata terakhir gue kasih sensasi mendesah, biar lebih enak.
"Iya sayangku. Nih, pake ini entar" si sayang godain gue pake lidahnya yang bergerak sensual di antara bibir tebal itu. Ugh.. makin gatel kan ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menunggu si sayang pulang rasanya tuh lama banget, kek nunggu Nobita lulus SD. Tiap sepuluh menit gue cuma lirik-lirikan sama jam, rasanya pengen banget gue tarik jarum pendeknya biar cepet gerak.
Hingga akhirnya... setelah sekian purnama, deru mesin mobil si ganteng terdengar memasuki halaman. Gue langsung ngacir menyambut si seksi di ruang tamu dengan lingerie transparan yang seksi dan menggoda. Begitu kesayangan membuka pintu, langsung gue tubruk dia dengan segala pesona gue.
"Aduh yang.. nggak sabar banget" Kendra menutup pintu dengan kakinya, sementara tangannya sibuk menahan beban tubuh gue yang menggelantung di pinggulnya. Gue udah kayak siluman ular yang melilit mangsanya. Untung suami gue tentara, kuat nahan berat tubuh gue yang nempel kayak koala.
Tangan gue menangkup kedua buah pipinya yang semakin lama semakin chubby, efek asuapan susu murni ibu Sasa, hehe.
"Mana coba tadi lidahnya yang janji mau ngenakin. Coba sini liatin" perintah gue sok bossy.
Dengan satu cengiran, si seksi mengeluarkan lidah 'berbahayanya' dan mulai dia bergerilya membasahi bibir atasnya dengan satu gerakan yang sangat lamban dan sensasional.
Tidak menunggu lama, gue juga mengeluarkan jurus lidah meliuk-liuk gemulai dan menempelkannya ke benda lunak di rongga mulut kesayangan. Ugh.. syaraf sensitif gue langsung mengirimkan sinyal ke otak untuk mengaktifkan hormon endorpin di dalam tubuh. Lidah kita saling membelit, bergumul satu sama lain, hingga akhirnya gue menyerah, Kendra berhasil mendominasi.
"Eungh.." lenguhan mas Suami membuat gue lebih bersemangat. Tangan gue tidak tinggal diam. Mengacak-acak rambutnya yang hitam lebat kemudian turun mengoyak seragamnya agar segera terlepas dari bahunya yang kokoh dan besar itu.
Kendra membawa gue ke dalam kamar. Tanpa melepas pangutan bibir kita, dia merebahkan gue dengan hati-hati di atas ranjang, memastikan berat tubuhnya tidak akan menekan perut gue yang sudah mulai membesar.
"Curang kamu ya, itu namanya serangan mendadak. Aku kan nggak persiapan. Sini aku hukum" ucap Kendra sebelum menarik tari lingerie gue lepas hingga menampakan kedua buah dada yang putingnya sudah mencuat tegak, siap dinikmati.
"Ayang ahh..." rambut Kendra gue remas seiring gerakan mulutnya menyedot-nyedot pucuk dada gue itu. Ugh.. dominasi lidah dan mulutnya memang tidak pernah bisa gue tahan. Ditambah lagi aksi tangan besarnya yang meremas-remas buah dada gue yang satunya. "Eungh.. Mas.."
Lidahnya turun menjilati setiap lekuk tubuh gue. Menjamah perut, bermain-main dengan pusar gue, lalu menurunkan celana dalam dan mengendus apa yang tersembunyi di dalamnya. "Mana coba yang gatel tadi?"
"Ini.." cicit gue manja seraya membuka kaki selebar-lebarnya. "Jilatin Mas.." gue merayu sembari mengusap-usap otot perutnya.
Satu teriak kecil lepas tatkala lidahnya dengan beringas mempermainkan bibir bawah gue di sana. Kepalanya menyeruak masuk diantara paha gue, mengobrak-abrik titik paling sensitif itu dengan mulut dan lidahnya yang panas. "Aaah.." punggung gue melengkung saking nikmatnya.
Tanpa bisa gue kendalikan, kaki gue bergerak dengan sedirinya menjepit kepala lelaki itu agar memasukkan lidahnya lebih dalam. "Iya.. di situhh Mas.. eungh" Saking tidak sabarnya, pinggul gue ikut bergerak maju mundur di wajahnya. "Maaaash aahh" lenkingan suara gue keluar bersama cipratan lendir bening yang membanjiri mulut kesayangan gue. Eungh.. suami gue emang jago bikin bininya enak.
"Gantian sini Mas yang aku sedot-sedot" tangan gue dengan cekatan melepas sabuk hitam yang melilit pinggang kokohnya.
"Aahh Sa.." telapak tangan lebar si sayang meremas rambut gue dan membimbing kepala gue bergerak maju mundur mengulum batangnya. Kepalanya menengadah, matanya terpejam dan bibirnya terus mendesis merasakan keganasan mulut gue yang menyelimuti kejantanannya. Benda panjang itu semakin mengeras, urat-uratnya ikut menegang bersamaan dengan remasan tangan gue di pangkal batangnya.
Kegiatan panas kita tergangu oleh suara bel pintu yang berbunyi berulang-ulang.
"Bentar yang. Aku liat dulu ke depan" ucapnya sembari melepaskan batang besar itu dari mulut gue.
"Aaa.." gue merengek tidak mau.
"Cuma bentar cantikku" Kendra menepuk-nepuk pipi gue lembut sebelum memakai kembali celana dan kaos hitam polos kesayangannya.
Lagi enak juga..
Awas aja kalau itu Satriya, gue bejek-bejek terus gue sambelin biar jadi guguk geprek.