mulai nyaman

1.9K 178 14
                                    

Mino membolak-balikkan kalung di tangannya, ia melirik sesaat kearah Irene yang tertidur di sofa di dekatnya. Setelah ketakutan yang mereka alami beberapa saat lalu Irene menangis dengan histeris dan entah kenapa itu membuat Mino merasakan sedikit cemas, takut-takut membawa Irene adalah hal yang akan dirinya sesali nantinya.

Mino menghela nafas, kini dirinya semakin yakin bahwa semuanya telah direncanakan. Semua yang dulu hendak Mino dan Bobby lupakan kini ingin sekali Mino ungkap kebenarannya.

"NGAPAIN DIA DISINI?" Mino refleks bangun mendengar teriakan di belakangnya, ia bahkan tidak mendengar suara pintu terbuka sama sekali.

Irene juga jadi tersentak kaget dan langsung bangun berdiri di samping Mino, menatap perempuan yang kini dikuasai amarah di depan mereka. Mino meneguk ludah sebelum berjalan ke arah perempuan itu, memegang bahunya yang secara langsung di tepis keras.

"GUE TANYA DIA NGAPAIN DISINI?" Irene hanya bisa menundukkan wajahnya, takut-takut hanya menambah amarah Adik-nya saja.

Mino kembali mencoba memegang tangan Jisoo yang kini sudah benar-benar dikuasai amarah, "Tenang ya, kita bicara dulu sebentar."

"Ck lepas, gamau gue ngomong sama kalian." Mino tetep memegang erat lengan Jisoo, Mino meneguk ludah saat Jisoo sudah hendak mengeluarkan air matanya.

Mino beralih kepada Irene yang kini menatapnya nanar, "Tunggu diluar."

Irene segera menurut, ia membawa tasnya dan berjalan keluar. Mencoba tidak menghiraukan tatapan membunuh Jisoo yang mengikutinya.

"Tenang ya." Jisoo menarik nafasnya dalam, mencoba kembali meredam amarah yang sudah hendak meledak-ledak.

"Lu bilang lu enggak kenal dia bang." Cerca Jisoo, mengingat pertanyaan-nya pada Mino beberapa hari lalu.

Mino menggaruk tengkuknya bingung, "Emang pas lu nanya gue beneran enggak kenal terus kemarin dia datang nemuin gue dan bilang kalau dia suka sama gue."

Jisoo membelalakkan matanya, Jisoo merasa sangat tidak paham dengan apa yang lelaki di depannya bicarakan. Irene itu adalah manusia paling sempurna yang Jisoo tahu, tapi mengapa menyukai lelaki seperti Mino.

"Lu serius?"

"Lu pikir gue bercanda?"

Jisoo terdiam, menatap Mino yang kini juga menatapnya meyakinkan.

"Dan lu mau sama dia?"

Mino terdiam, tidak tahu juga apa alasannya kini membuka hati untuk Irene.

"Enggak ada salahnya kan nyoba?"

Jisoo berdecak, "Lu tau kan dia gimana?"

Mino menghela nafas sebelum mengangguk, "Tapi Jis kali aja dia mau berubah, dia suka sama gue kan? Nanti biar gue arahin dia."

Jisoo menatap kearah pintu apartement yang tertutup, dimana tadi ia melihat Irene terakhir keluar. Tatapannya masih menandakan kekecewaan melihat orang yang paling tak disukai-nya terlihat di apartement yang sudah seperti tempat pelarian Jisoo.

"Tapi lu tuh gabisa pacaran kalau enggak nyoba hal lebih dan Irene itu anak baik Bang." Ujar Jisoo kembali berusaha membuka mata hati Mino untuk tak berhubungan dengan Irene.

"Hm gue tau, tapi lu gatau kan kalau dia berani ngelepas perawan-nya buat gue?" Ujar Mino dengan sikap percaya dirinya.

Kali ini Jisoo tidak bisa memungkiri bahwa dirinya sangat terkejut, hidup selama 17 tahun dengan Kakaknya itu membuatnya tahu bahwa Irene bahkan tidak pernah menyentuh masalah berat sekalipun.

Ayolah Irene anak kesayangan kedua orang tuanya, bagaimana bisa sekarang Kakaknya itu menyerahkan keperawanannya kepada lelaki bajingan seperti Mino? Akan bagaimana nasib Kakaknya di hadapan kedua orang tuanya nanti.

Different (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang