Kaka-Adik yang mulai rukun

1.2K 189 15
                                    

"Bang anterin Ka Irene pulang." Mino yang mau menyuapkan sepotong pizza kini berhenti dari kegiatannya, menatap tajam ke arah Jisoo yang berbicara dengan santainya sambil bersender manis di dada Bobby.

Apakah otak Jisoo rusak karena terlalu banyak nge-bucin?

Bobby tidak peduli dan hanya memakan banyaknya makanan yang tersedia di meja, Irene sendiri sebenarnya terkejut tapi tetap diam dan berharap bahwa Mino akan menyetujuinya. Padahal Irene membawa mobil sendiri ke sini.

"Apaan dah, pulang sendiri lah. Orang kesininya aja sendiri." Ujar Mino sinis, kembali sibuk memakan pizza yang bahkan dirinya tidak tahu milik siapa. Mino pikir Jisoo memesan makanan sebanyak ini karena dia kelaparan, karena biasanya seperti itu.

"Anterin lah udah malem." Ujar Jisoo masih tenang.

Mino mendelik, Jisoo jika sudah seperti ini tidak bisa di bantah. Tapi Mino tetap tidak ingin mengantar Irene pulang, dirinya takut kalau bersama Irene perasaan ingin memilikinya muncul kembali.

"Minta jemput calon suami lu aja." Mino bukan berbicara kepada Jisoo, tapi pada perempuan yang Jisoo minta ia antar pulang.

Irene berdehem, sadar Mino tengah menyindirnya dengan menyebutkan kata-kata 'calon suami'.

"Aku sama Jaehyun udah enggak ada apa-apa." Semua orang terkejut dengan ucapan Irene, hanya Mino yang langsung mengendalikan ekspresinya agar tidak terlalu kentara bahwa dirinya senang.

"Ck, nyusahin aja." Meski terlihat tidak ikhlas tapi Irene tersenyum saat Mino masuk ke kamar dan kembali dengan kunci mobil, ponsel dan dompet di tangannya. "Ayo."

Irene berdiri, ia menoleh pada adiknya yang masih mengamati dirinya dengan posisi masih duduk di sofa.

"Kaka pulang dulu ya." Irene menjulurkan tangannya dan mengusap rambut Jisoo, Jisoo hanya menerimanya walau ekspresi terkejut sangat tampak di wajahnya.

"Hm." Balas Jisoo singkat, langsung menolehkan wajahnya pada televisi untuk meredakan perasaan senang yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Mino dan Irene berjalan dalam keheningan memasuki lift, tidak ada yang bicara barang sedikit pun. Irene ingin memulai percakapan tapi entah apa topiknya, Mino sendiri sibuk dengan ponsel di tangannya.

Mereka berdua sudah tiba di parkiran, Irene yang melihat mobil Mino terparkir berjalan dengan tenang ke arah mobil tersebut. Tapi Irene berhenti saat Mino bicara padanya dengan nada tak bersahabat.

"Itu mobil lu." Irene mengikuti arah pandangan Mino, ia merutuki dirinya sendiri mengapa harus memarkirkan mobil sangat dekat dengan mobil Mino. Irene meneguk ludah melihat Mino yang menatap tajam ke arahnya.

"Gue enggak tahu elu pinter bohong sekarang." Ujar Mino penuh sinis. Irene tidak bohong, ia bahkan tidak mengatakan agar Mino mengantarkannya pulang. Semuanya Jisoo yang katakan, jadi dimana letak berbohongnya?

"Aku enggak bilang kalau aku enggak bawa mobil." Mino mendelik tidak terima dengan jawaban yang Irene lontarkan.

"Yaiya, tapi kenapa elu setuju aja sama Jisoo." Ujar Mino geram, jika Irene membawa mobil seharusnya dia pulang sendiri saja dan tidak perlu membuat Mino repot dengan mengantarnya pulang.

"Enggak ada alasan aku nolak Jisoo kalau yang di suruh nganternya kamu, ini jadi kesempatan aku biar bisa berduaan sama kamu." Mino melotot, selanjutnya ia mendecih mendengar apa yang keluar dari bibir manis Irene.

"Udah pulang sendiri aja lu." Usir Mino, Mino menunjuk mobil Irene dengan tangan kirinya.

"Tapi ini udah malam." Ujar Irene memelas, Mino melihat pergelangan tangannya yang terlingkar jam yang menunjukkan pukul 23:40. Mino menggeram, ia juga tidak tega jika Irene sampai kenapa-napa di jalan.

Different (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang