Mino

3.7K 223 9
                                    

Irene berjalan ke arah kantin setelah pelajaran terakhirnya selesai beberapa saat lalu, dirinya langsung ke kantin untuk sekedar makan dan langsung pulang.

"Irene." Panggilan itu membuat Irene menoleh dan tersenyum ke arah sekelompok gadis, Irene kembali berjalan setelah berpamitan kepada gadis-gadis yang bahkan Irene tidak kenali sama sekali.

Beberapa kali juga ada orang yang melambai padanya atau sekedar memberikan senyuman ke arah Irene. Sikap Irene yang terbuka dan ramah membuat semua orang yang mengenalnya tidak sungkan untuk menyapa karena dengan senang hati pasti akan Irene balas.

Irene mendudukan dirinya di tempat yang kosong, sayangnya tempat yang kosong itu berada di tengah-tengah membuat Irene tetap menjadi pusat perhatian semua orang disana. Bahkan sampai ada yang tidak ingin beranjak karena masih menikmati pemandangan bidadari yang sedang disajikan padahal makanan mereka bahkan sudah habis.

Irene sudah memesan, sembari menunggu Irene mengedarkan pandangannya dan tersenyum ramah pada orang-orang yang sedang menatap ke arahnya. Hampir seluruh orang.

Sampai pandangan mata Irene menatap dua lelaki yang sedang melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantin, mereka sedang mengobrol sambil sesekali tertawa bersama. Tanpa sadar saat kedua orang itu melewati meja Irene, Irene menahan nafasnya seolah jika ia bernafas dirinya bisa saja langsung terkena sesuatu yang menghantam.

Irene mengalihkan pandangannya pada yang lain, tidak ingin orang-orang yang sedang memperhatikannya tahu bahwa Irene sedang memperhatikan dua orang tadi.

-

Mino dan Junkyu mendudukkan diri di sebuah bangku di kantin, mereka baru saja selesai memesan makanan hanya perlu menunggu beberapa menit ke depan.

"Tumben sepi ya?" Mino ikut mengedarkan pandangannya ke segala arah kantin sama seperti Junkyu, terlihat hampir seluruh orang di kantin memperhatikan seorang perempuan yang sedang makan di meja tengah.

"Ngapain anjir liatin tuh perempuan, emang kenapa sih? Dia beda? Perasaan sama aja dia makan pake tangan bukan pake kaki." Ucap Mino santai, Junkyu juga mengangguk-angguk setuju tapi setelahnya ia menyadari sesuatu.

"Eh, dia itu bukannya yang di sebut muka dewi itu ya?" Mino tadinya hendak makan dan tidak peduli tapi saat mendengar Junkyu mengucapkan muka dewi Mino kembali menoleh pada perempuan yang masih asik memakan makanan nya.

"Muka dewi dari mananya njir? Emang di mukanya ada apaan sampe beda sama manusia lainnya?" Junkyu mendecih tidak percaya dengan jawaban yang Mino lontarkan atas pertanyaannya. Padahal Mino ini tipe playboy yang jika sudah lihat cewe cantik akan langsung dia gas, tapi sepertinya Irene tidak masuk dalam kriteria seorang Song Mino.

"Ah elu mah kan emang lebih suka jalang club." Mino tadinya hendak menjitak teman kampusnya itu tapi karena ucapannya memang kenyataan jadi Mino hanya menunjukkan cengirannya.

"Ia lah mereka mah bohay bohay, minta jajan apapun juga di kasih." Junkyu mendecih walau selanjutnya ia mengangguk menyetujui karena dia juga sama seperti Mino, kenikmatan ranjang tetap nomor satu.

"Tapi No lumayan kali kalau lo bisa sama dia."

Mino mengernyit dengan ucapan Junkyu, "Lo taukan gue itu enggak suka jadi pusat perhatian." Mino menyuapkan makanannya yang sedari tadi dianggarkan.

"Ya udah kalau gitu gue aja yang deketin, kali aja enggak ada yang taukan kalau perempuan kaya dia bisa aja jago di atas ranjang." Mino melengos tidak peduli dan memulai mencuri-curi makanan Junkyu karena Junkyu masih asik memandangi perempuan itu.

"Woy anjing makanan gue." Mino hanya menyengir dan menjauhkan makanannya dari jangkauan Junkyu tidak membiarkan Junkyu balas dendam terhadap dirinya.

"Emang sialan lu ya No."

-

Jisoo mengerjap-ngerjap mencoba membuka matanya yang terasa berat bahkan kepalanya terasa sangat pusing seolah menanggung beban 10kg.

"Aduhh." Jisoo meringis saat kepalanya terasa berdengung membuat Jisoo berdiam diri untuk meredakan dengungan itu.

Setelah sedikit enakan Jisoo berusaha duduk dan mengedarkan pandangannya nya ke segala arah, Jisoo melihat kamar yang didominasi dengan warna abu dan hitam itu. Ada juga aroma wangi lelaki di sana membuat Jisoo sedikit tenang dengan aroma itu.

Jisoo menghela nafas, "Gue disini lagi." Katanya dengan senyum miris yang tercipta di wajahnya.

Jisoo bangun dan berjalan ke luar dari kamar milik Bobby, berjalan ke arah dapur. Ia menengok-nengok mencari orang-orang pemilik apartement itu tapi tidak ada siapapun, mungkin saja Bobby sedang sekolah dan Mino sedang kuliah.

Jisoo menghampiri kulkas saat melihat ada kertas kecil yang tertempel di sana, terdapat tulisan yang tidak rapih terlihat sekali itu adalah tulisan Bobby.

Gue udah bilang lu lagi sakit makanya enggak masuk sekolah, kalau udah bangun langsung angetin sup pereda pengarnya kaya biasa biar lu mendingan. Kalau mau langsung pulang terserah tapi hati-hati.

Jisoo menghela nafas, lelaki itu selalu saja seperti itu. Selalu saja seolah memperdulikannya padahal Jisoo sangat tahu bahwa Bobby selalu berada di sampingnya karena kasihan akan dirinya. Jisoo tahu cinta yang katanya Bobby bilang dirasakannya itu sebenarnya tidak pernah ada, Bobby hanya miris akan keadaan Jisoo yang sangat hancur. Ya setidaknya begitulah pikiran Jisoo.

Jisoo melakukan apa yang Bobby tuliskan di note tadi, menghangatkan sup dan memakannya hingga rasa sakit di kepalanya perlahan mulai menghilang. Setelah membereskan semuanya Jisoo langsung pergi.

-

Jisoo baru saja hendak menaiki tangga menuju kamarnya tapi sebuah suara menghentikannya. Jisoo sangat tahu itu suara siapa.

"Dek, baru pulang?" Jisoo melengos mendengar nada Irene yang seolah sangat peduli terhadap dirinya.

"Bukan urusan lo."

"Udah makan belum? Mau kaka buatin makan?" Jisoo mendengus selalu tidak suka dengan topeng milik kakanya itu.

"Gue harus bilang berapa kali sih? Enggak usah urusin gue ya enggak usah urusin gue, dungu banget sih lu."

Irene bungkam, memang sudah biasa Jisoo melontarkan kalimat kejam seperti itu tapi rasanya tetap saja selalu sakit.

Jisoo kembali mendengus dan berbalik kembali berjalan ke arah kamarnya, Jisoo membuka pintu dan menutupnya keras membuat Irene terkejut dan termundur dari tempatnya berdiri.

Jisoo melemparkan tasnya ke kasur dan berteriak keras, "GABISA GITU GUE MATI AJA?" Teriak Jisoo frustasi.

Jisoo bahkan tidak tahu bahwa Irene mendengarnya dari balik pintu kamar milik Jisoo. Menahan sesak saat mendengar ucapan Jisoo yang bahkan sudah terulang untuk kesekian kalinya.

Jisoo kembali berteriak marah, "GUE BENCI DIA!" Jisoo melemparkan beberapa figura yang ada di dekatnya membuat suara pecahan keras yang bisa di dengar oleh Irene.

Irene tergagap tidak bisa bicara hingga akhirnya dia memutuskan kembali ke kamarnya dan kembali tak ambil pusing seperti biasa.

-

Babang Junkyu

Vote and comment biar cepet lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and comment biar cepet lanjut

Different (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang