Saya rela berbagi apapun, asal itu untuk kamu.
-Ham Wonjin-
Setelah Wonjin ngejelasin soal Zina, gak lama mamah sama papah dateng dengan paniknya.
"Ya ampun sayang, kamu gakpapa?" Tanya mamah yang langsung megang seluruh badan gue. Apalagi luka-luka yang ada di badan gue.
"Kok bisa gini? Ini lagi kenapa kepala kamu di perban gini?" Tanya papah.
"Ya mamah sama papah bisa liat gimana keadaan aku kan?"
"Yohan mana? Mana yang katanya mau jagain kamu?" Tanya mamah nyari-nyari si Yohan yang dari tdi emang gak ada di sini.
"Yohan gak salah mah, ini salah Dhe-"
"Maaf tante ini salah saya. Dhea lari-lari ngejar saya tadi. Saya kira Dhea gak bakal nyebrang gitu aja, tapi pas saya balikin badan Dhea udah teriak terus terpental dan guling-guling di trotoar."
"Kepala Dhea sempat bocor om, tante. Dhea kekurangan darah karena saat di dalam taksi Dhea sudah pingsan dan Kepalanya mengeluarkan banyak darah."
"Terus gimana? Apa pihak rumah sakit udah menyediakan darahnya?" Tanya mamah panik.
"Alhamdulillah tante, ada darah untuk di donorkan kepada Dhea."
"Alhamdulilah," ucap Mamah Rose sama papah Seungwoo.
Gue agak kaget dikit sih. Tapi yaudah lah itu emang udah biasa.
"Mamah sama papah darimana sih kenapa terlambat kesininya?" Tanya gue agak ngerengek.
"Tadi kan Wonjin udah ngehubungin mamah, tapi hp mamah di silent terus di tinggal ke halaman belakang. Pas udah lama, mamah buka hp, banyak panggilan tak terjawab dari Wonjin. Ada pesan juga dari dia, abis itu mamah buka aja karena penasaran. Mamah kaget terus hubungin papah kamu. Tapi dia lagi meeting, terus mamah suruh nunggu papah buat pulang biar ke rumah sakitnya bareng. Terus karena sore hari di jakarta itu macet, mamah sama papah terlambat." Jawab mamah yang di angguki kepala oleh papah.
"Oh gitu," jawab gue cuek.
"Yaudah, papah sama mamah mau ngurusin administrasi nya dulu ya," ujar papah
"Wonjin, tante nitip Dhea sebentar."
Mamah sama papah langsung pergi pas Wonjin nganggukin kepala.
***
Rose dan Seungwoo langsung menuju ke ruang dokter yang menangani putrinya itu setelah mengurus administrasi.
Untung saja kedatangan mereka tidak telat karena saat baru saja sampai di depan ruangan, dokter itu akan keluar meninggalkan ruangannya.
"Benarkah ini dengan dokter Hangyul yang menangani pasien bernama Dhea di ruang melati?" Tanya Seungwoo.
"Iya. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dokter bernama Hangyul itu.
"Apa benar anak saya mengalami pendarahan di kepalanya dok?" Tanya Rose.
"Iya pak, bu. Pasien bernama Dhea mengalami pendarahan yang cukup banyak tadi, namun untung saja laki-laki yang mengantarkannya itu mau mendonorkan darah karena stok darah pasien Dhea sangat langka," Jelas Hangyul.
"Benar seperti itu dok? Jadi anak saya tidak mendapat donor darah dari rumah sakit?" Tanya Seungwoo memastikan.
"Sudah saya jelaskan tadi pak, bahwa pihak rumah sakit tidak punya darah yang langka seperti itu."
Rose dan Seungwoo semakin terkejut bukan main mendengar pernyataan ini.
"Apa pendonor darahnya menuliskan identitas?" Tanya Rose.
"Iya bu."
"Boleh kami lihat?"
"Boleh saja bu, tapi nanti setelah saya menangani pasien saya, permisi." Rose dan Seungwoo hanya mengangguk.
Setelah menunggu sekitar 20 menit, Dokter Hangyul kembali ke ruangan dengan di ikuti seorang suster cantik, dan di sana masih ada dua orang tadi.
"Maaf telah membuat bapak dan ibu menunggu," ucap Hangyul sopan.
Rose dan Seungwoo tersenyum ramah. "Tidak apa-apa dok." Jawab Seungwoo.
"Kalau begitu mari masuk," ajak Hangyul yang langsung masuk ke ruangan.
Setelah mempersilahkan duduk Rose dan Seungwoo, Hangyul meminta kepada suster yang tadi mengikutinya itu untuk memberikan data dari pendonor darah tadi.
"Ini datanya pa, bu." Suster itu menyodorkan sebuah map berwarna hijau-bening.
"Silahkan di cek pak," ucap Hangyul.
Rose dan Seungwoo segera membuka map tersebut, lalu membaca data dengan fokus.
"Wonjin?" Ucap Rose dan Seungwoo bersamaan.
Ha? Apa katanya?
Duh lama gak update😂