Rahasia

385 113 1
                                    

Kenapa Wonji harus marah ke bidadari yang sangat mulia seperti Umi?

-Ham Wonjin-



Author POV

Wonjin berjalan menuju ke rumah abah. Niatnya dia ingin menemui Lisa, karena sebagai anak, pasti rindu pada ibu nya.

Wonjin sengaja tidak lewat pintu depan, karena tak ada alasan sebenarnya. Kebetulan dia ingin masuk ke rumah abahnya lewat belakang.

"Apa kita beri tahu Wonjin sekarang aja yah?" Tanya Lisa.

Wonjin yang melihat situasi serius, mengurungkan niatnya untuk menemui Lisa. Dia ingin menunggu saja di ruang makan. Dia tidak berniat menguping pembicaraan abah dan uminya. Tapi bagaimana lagi, pembicaraan mereka terdengar hingga ke telinga Wonjin.

Sunyinya malam membuat pendengaran Wonjin menjadi menajam. Untung saja Jiwon saat itu tengah mengajar santriwati mengaji, jadi Wonjin bisa bebas.

"Menurut abah, kamu jangan bilang apa-apa dulu ke Wonjin. Kasian Wonjin, pasti kaget kalo denger kabar ini."

Kabar apa? Batin Wonjin.

"Tapi kalo di pendem terus, kasian dia. Lisa takut Wonjin bakal benci sama Lisa dan ninggalin Lisa, bah."

"Lisa, kita tunggu waktu yang tepat. Abah harus menjelaskan terlebih dahulu tentang hubungan nenek Dhea dengan abah dulu."

"Memang apa lagi yang perlu di jelaskan bah?" Tanya Lisa.

"Yang pernah abah ceritain dulu. Nah, setelah itu, kamu boleh menjelaskan kepada Wonjin secara perlahan," jawab abah

Wonjin semakin bingung mendengar percakapan dua orang tua itu. Apa yang di rahasiakan darinya?

"Lisa takut Wonjin salah paham nantinya, bah."

"Lisa, Wonjin anak yang baik. Semua ini juga bukan salah kamu. Kamu udah baik sama Wonjin, yang jahat itu ibunya Wonjin yang sudah membuang dia di sini. Abah tau, gimana perasaan kamu."

Disana Wonjin syok. Benar-benar terkejut dengan pernyataan itu. Apakah Wonjin tidak salah dengar?

"Lisa udah ga-"

"Assalammualaikum."

Akhirnya Wonjin menampakkan diri di depan abah dan uminya. Dia sedikit kecewa karena rahasia yang sangat besar seperti ini harus di tutupi. Lisa dan Abah terkejut karena Wonjin yang tiba-tiba muncul.

"Maaf Umi, Abah. Wonjin tidak sopan karena sudah mendengarkan pembicaraan yang kelewat serius ini. Tapi Wonjin sangat kecewa karena hal sebesar ini harus di tutupi dari Wonjin. Kenapa Umi?"

Peneguk saliva Lisa terasa tersekat. Wanita paruh baya itu tidak bisa menjelaskan apapun. Abah menghela nafas, berusaha tenang untuk menghadapi Wonjin.

"Wonjin, duduk," perinta Abah.

Wonjin hanya menurut saja. Lalu ia duduk di hadapan Abah.

"Sejak kapan kamu mendengarkan pembicaraan ini?" Tanya Abah serius.

"Maaf bah, saya sudah dari tadi," jawab Wonjin sambil menunduk.

"Kamu sudah dari tadi? Nah kamu mendengarkan alasan kenapa kita tidak memberi tahu kamu?" Tanya abah lagi. Wonjin hanya mengangguk.

"Nah, kamu sudah tau alasannya kan, kenapa kamu malah balik bertanya? Wonjin, kamu sudah besar nak, kamu sudah dewasa. Jadi, kamu bisa mencerna percakapan kita tadi kan? Abah percaya, kamu bisa menerima ini dengan baik."

Wonjin tidak bisa menahan air matanya, laki-laki itu menangis.

"Dulu... Umi kamu sulit sekali mendapatkan keturunan. Hingga suatu saat, suami Umi kamu meninggalkan dia sendirian. Akhirnya, Umi memilih tinggal di sini bersama abah. Suatu saat, ada tangisan bayi di malam hari, dan Umi kamu menemukan kamu di dekat mesjid pesantren kita. Lalu, dia merawat kamu," jelas abah.

"Kenapa mamah Wonjin ngebuang Wonjin disini bah?" Tanya Wonjin.

"Perkara itu, abah tidak tahu. Karena kami juga tidak tahu wajah mamah kamu itu seperti apa," jawab abah.

"Maafkan Umi, Wonjin."

Lisa hanya menundukkan kepala takut. Wonjin tersenyum ke arah Lisa. Lalu dia mendekat dan memeluk Lisa dengan erat, "makasih Umi."

Lisa terkejut. Ekspektasinya tidak sesuai realita. Namun ia bersyukur.

"Wonjin nggak marah ke Umi?" Tanya Lisa.

Lalu Wonjin melepaskan pelukannya, "Wonjin gak pernah marah ke orang yang Wonjin sayangi."

Dan akhirnya mereka pun saling berpelukan hangat. Berbagi kasih sayang seperti hari-hari sebelumnya. Abah yang melihat hal itu hanya bisa mengulas senyum simpul di antara pipi-pipi yang mulai mengeriput.



Ternyata itu rahasianya. Scroll⬇

𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐃𝐙 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang